Merenungkan Dosa dengan Ambient Naratif -->
close
Selasa 18/03/2025
Pojok Seni
17 March 2025, 3/17/2025 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2025-03-17T20:06:54Z
KritikUlasan

Merenungkan Dosa dengan Ambient Naratif



Rizal Sofyan


Hujan mengguyur Gelanggang Olah Rasa di Jalan Bukit Pakar Utara. Hari Jum’at, 7 Maret 2025 itu bertepatan dengan pembukaan Pseudo-Entertainment dari Bandung Performing Art Forum (BPAF). Program yang dikelola oleh Taufik Darwis bersama teman-teman panitia menyita ini perhatian skena seni di Bandung. Pembukaan acara presentasi karya hasil residensi ini berlangsung ramai walau suara harus bertarung dengan deras suaranya hujan di sore itu. Menurut Taufik Darwis, acara presentasi karya hasil residensi ini berlangsung selama 3 hari dari tanggal 7 hingga 9 Maret 2025 di tempat berbagai lokasi di Kota Bandung.


Saat itu saya sudah reservasi untuk melihat presentasi karya dari Rama Anggara yang berjudul Bagaimana Jika Kini Sungai Berbalik Memunggungimu?. Presentasi karya ini dilaksanakan di studio black box. Ruangan untuk presentasi di tata dalam bentuk panggung proscenium yang hanya cukup untuk 16 orang saja dalam 1 sesi. Terlihat 2 orang di depan penonton yaitu Rama dan rekannya. Rama mengoperasikan laptop sementara rekannya memainkan alat musik kecapi dan vokal.


Pertunjukan dimulai dengan Rama yang memberikan pernyataan terkenal dari Brouwer yaitu “Bandung diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum”. Kalimat yang familiar jika dikaitkan dengan Kota Bandung. Kalimat ini dapat ditemukan di bawah Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) Jalan Asia Afrika dekat Alun-Alun Kota Bandung. Lalu ia memutar ambient bentang alam di Bandung yang diputar dalam konsep audio 360˚. Atmosfir di dalam studio black box menjadi bentang alam hasil dari penataan suara. Di belakang penonton seakan-akan hadir sungai yang mengalir beserta riak-riaknya. Sementara di hadapan penonton adalah hutan dengan segala hiruk pikuknya.


Seketika petikan kecapi dari rekan Rama menambah warna baru dalam pertunjukan ambient tersebut. Ia menambahkan vokal dengan lirik terjemahan dari ”Hana Nguni Hana Mangke, Tan Hana Nguni Tan Hana Mangke”. Lirik ini merupakan filosofi Sunda yang berarti ”ada sekarang ada dahulu, tak ada sekarang tak ada dahulu”. Lirik ini menjadi pengantar dari pesan yang ingin disampaikan sekaligus benang merah dramatik. Karena setelah ini, ambient berubah menjadi riuh kota dengan suara kendaraan dan kebisingan kota lainnya. Konsep audio 360˚, kembali menciptakan pengalaman seperti di pinggir jalan tepatnya di perempatan. Ditambah kini pemetik kecapi menambah variasi lirik yang bergaya anekdot seperti acara drama radio terkenal Cangehgar. Hanya saja isi dari anekdotnya menyindir masalah ekologi. Dibawakan dengan gaya bahasa kekinian, ia mempertemukan kebucinan dan masalah ekologi. ”Jangan mau sama yang ga cinta sama alam, sama alam aja ga peduli apalagi sama kamu” begitulah kira-kira isi anekdotnya.


Pertunjukan ditutup oleh Rama dengan pertanyaan bagaimana jika kini sungai berbalik memunggungimu. Penyataan tersebut seketika membuat saya merefleksikan kembali keadaan ekologi dan masa depan dari Kota Bandung. Realitas atas Bandung hari ini yang kini terasa mulai gerah, mumet, padat, dan tak terkendali lajunya menyeruak dalam pikiran setelah Rama melontarkan hal tersebut. Pernyataan anekdot dalam pertunjukan tersebut kini terasa lebih logis.


Pertunjukan Rama mengingatkan saya pada bentuk tradisi di Baduy. Pada tahun 2023 saya menerima undangan untuk kegiatan Kantor Bahasa Provinsi Banten untuk mempelajari sastra lisan di Baduy yaitu Pupulih. Pupulih ini seperti dongeng sebelum tidur. Ia tidak hanya diceritakan secara lisan, tetapi biasanya diiringi oleh alat musik kecapi buhun dan gaya berceritanya dengan cara menembang. Isi cerita mengenai mitologi yang berisi pesan moral. Suatu ketika saat demonstrasi Pupulih kepada peserta, saya dan sebagian peserta tertidur. Mungkin karena lelah atau memang alam di siang hari itu terasa nyaman untuk memejamkan mata. Panitia dan peserta hanya bisa bercanda bahwa Pupulih memang benar dongeng pengantar tidur.

Advertisement

Saya lihat Rama berangkat dari material ambient alam dan kota yang bertolak belakang. Kemudian ia merangkainya dalam kerangka naratif. Ia ingin bercerita mengenai masa lalu, masa kini, dan masa depan lewat bentuk ambient naratif. Suasana yang diberikan dalam pertunjukannya ialah suasana yang meditatif. Jika melakukan pencarian di Youtube, ambient selalu dihubungkan pada kegiatan relaksasi seperti tidur dan meditasi. Nampaknya lewat situasi yang meditatif Rama ingin mengantar penonton untuk merenungkan kembali dosa-dosa manusia kepada ekologi.


Ambient ini bercerita bahkan ditambahkan unsur vokal beserta liriknya. Rama mengadaptasi bentuk tradisi – saya mencurigai bentuk tradisinya ialah Pantun Sunda. Kemudian ia melakukan adaptasi konten pada isi cerita. Jika saya baca, Rama ingin bahasa dan situasi yang kontekstual dengan masa kini, sehingga lahirlah teks anekdot yang memiliki karakter yang dekat dengan masa kini. Terlebih Rama menempatkan posisi di masa lalu. Ia mewakili suara dari masa lalu – termasuk filosofinya – untuk menyindir masa kini. Sepintas dua hubungan itu menciptakan pertanyaan terhadap masa depan.


Pertunjukan ini terasa sangat lambat, kurang cocok bagi penganut fast culture atau kurang sreg bagi yang terbiasa grasak-grusuk. Bagi saya, durasi ambient atau variasi dari ambient perlu dikembangkan. Agak monoton rasanya di 3/4 pertunjukan. Pilihan irama hingga warna suara pada petikan frekuensi tinggi di kecapi merusak atmosfir meditatif. Petikan itu seperti menyiratkan kesan ancaman dan karakter horor, tetapi mengganggu komposisi yang sudah dibangun.


Jika boleh, saya ingin tidur di pertunjukan ini seperti halnya yang saya lakukan di demonstrasi Pupulih tahun 2023 silam karena ambient yang begitu rileks. Hanya saja Rama tidak membiarkan itu terjadi. Ia ingin saya rileks sambil memikirkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Ia membicarakan eksistensi di mana saya harus tetap terjaga untuk merefleksikan keadaan tempat di mana saya tinggal. Pertunjukan ini terlalu syahdu untuk membicarakan kerusakan. Paradoks.

Ads