Sambut 51 Tahun Teater Keliling (13 Februari 1974-2025) -->
close
Sabtu 29/03/2025
Pojok Seni
13 February 2025, 2/13/2025 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2025-02-13T15:24:20Z
Opiniteater

Sambut 51 Tahun Teater Keliling (13 Februari 1974-2025)

teater keliling 51 tahun

Catatan: Rudolf Puspa (Bagian 1)

 

Bayi bernama “teater keliling” yang dibidani Dery Syrna, Buyung Z, Paul Pangemanan dan Rudolf Puspa dengan dukungan Jajang C Noer, Saraswaty, Alm Hidayat, Alm Syaeful Anwar, RW Mulyadi dan Willem Patirajawane lahir di Jakarta 13 Februari 1974.

 

Rudolf Puspa sang penggagas Teater Keliling sejak diresmikannya Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki oleh Gubernur Ali Sadikin 10 Nopember 1968; langsung bekerja sebagai stage crew TIM atas penunjukkan oleh alm D Djajakusuma. Menyimpan rasa bangga tak terkira terpilih menjadi pemain mendampingi aktor senior Sukarno M Noor yang pentas di teater tertutup TIM di hari peresmian TIM. Sutradara mas Pramana  telah memberi bekal ilmu teater yang kaya sehingga menambah energi dalam berteater ditambah tiap hari kenal dan membantu kerja artistik panggung grup-grup pengisi acara di TIM. Kuliah nyata tentang seni pertunjukkan membuatnya semakin melekat pada panggung.


teater keliling 51 tahun

 

Namun kegiatan seni pertunjukkan khususnya teater terasa sangat lambat dan bukan mudah mendatangkan penonton. Suasana ini membuatnya terusik untuk menemukan apa pangkal kelemahannya sehingga teater begitu sepi. Namun, nama-nama besar seperti almarhum Rendra, Teguh Karya dan Arifin C Noer saat itu tetap berkarya tanpa kesulitan dana karena Taman Ismail Marzuki bertindak sebagai produser. Pengisi acara di TIM dibiayai dan penjualan tiket dilakukan oleh TIM dengan berbagai cara sehingga bisa membiayai pertunjukkan walau masih juga harus ditambal subsidi dari pemerintah DKI.

 

Dari acara tahunan pertemuan teater se Indonesia yang dihadiri seniman-seniman teater dari daerah-daerah terdengar keluhan betapa rumit perijinan hingga sponsor untuk pentas teater. Hal ini semakin mengganggu jiwa dan pikiran. Dari membaca sejarah teater Indonesia yang ditulis Boen Oemarjati tercetuslah keinginan untuk pentas keliling daerah. Membaca tentang grup sandiwara keliling Dardanela yang didirikan di Sidoarjo tanggal 21 Juni 1926 oleh Willy Klimanoff semakin memperkuat tekad untuk juga memilih pentas keliling. Willy pendatang yang berdarah Rusia namun lahir di Penang Malaysia tersebut mengganti nama panggungnya dengan A.Pedro.

 

Yang membuat tekad keliling muncul adalah gambaran bahwa pada tahun 1926 di mana Indonesia masih di bawah penjajahan Belanda ada kelompok sandiwara yang pentas keliling bahkan hingga Amerika. Terlebih adalah mampu membawakan cerita-cerita yang membakar semangat bangsa Indonesia untuk melepaskan dari kungkungan penjajah. Maka dari jualan gagasan keliling akhirnya dapat terwujut kelompok yang ingin bersama bergerak dan menggerakkan seni teater untuk kembali hidup betapapun sulitnya akibat  ditahannya Rendra karena kritik-kritiknya terhadap kekuasaan dianggap berbahaya bagi kelangsungan kekuasaan.


teater keliling 51 tahun

 

Membangunkan teman-teman teater disegenap pelosok tanah air harus dilakukan. Tidak mudah mendapat sponsor terutama pihak swasta karena adanya kekawatiran  dipersulit usahanya. Maka teater keliling melakukan semacam “gerilya” justru masuk ke lingkungan pemerintahan resmi. Hal ini disadari karena zaman itu untuk bisa pentas harus ada ijin. Tanpa rasa takut akan gagal maka semua departemen yang ada didatangi yang untuk satu tempat saja bisa berhari berbulan bahkan bertahun dapat mendapat dukungan. Teater telah terlanjur menjadi hantu yang ditakuti dan tentu saja hanya dengan jalan memberikan keyakinan pihak-pihak yang pegang kunci perijinan akan dapat membukakan pintu bagi teater keliling pentas ke daerah-daerah.

 

Rumah pertama yang didekati adalah direktorat kesenian di mana telah terjalin secara pribadi antara Rudolf Puspa dengan mas Kasim Achmad yang kebetulan kepala bagian seni pertunjukkan sehingga melalui beliau bisa mendapat rekomendasi yang ditanda tangani kepala direktorat kesenian waktu itu bapak Sampurno SH. Militer yang juga penari bersama istrinya yang bisa memahami bahkan menjadi sangat dekat dengan teater keliling. Bukan hanya rekomendasi namun juga finansiil mendapat bantuan hingga pernah 3 tahun dikontrakkan rumah untuk anggota teater keliling tinggal.

 

Dengan rekomendasi yang memberi legalitas dan tercatat binaan pemerintah maka perjalanan memiliki senjata yang cukup ampuh. Masuk ke berbagai departemen dan sangat lekat dengan kementerian lingkungan hidup bahkan karena dinilai bahwa teater keliling atas kesadaran sendiri ternyata mengkampanyekan hidup berwawasan lingkungan maka mendapat penghargaan lingkungan tahun 1984 dan 1992.  Selanjutnya diberikan rekomendasi ke seluruh gubernur di Indonesia melalui dinas lingkungan hidup membantu kegiatan pentas di berbagai propinsi. Gubernurpun memberi rekomendasi ke Walikota, Bupati yang meneruskan ke camat, lurah bahkan hingga desa. Dengan pendekatan seperti ini minimal ada bantuan transport antar kota dimana dilakukan secara berantai. PT.Pelni dan penerbangan PT.Pelita mendukung usaha yang dinilai bagus karena memberi hiburan ke rakyat sambil membawa misi “kemanusiaan” . Istilah yang didapat dari pak Sampurno yang maknanya disilahkan menterjemahkan sendiri dengan selalu ingat tidak menimbulkan kekacauan.

 

Bantuan yang didapat bukan berarti gratis namun ada bayarannya namun dalam ujut karya teater. Salah satiu contoh dengan PT. Pelni di mana ada kapal Pelni masuk pelabuhan dimanapun teater keliling boleh naik dan sebagai bayarannya harus pentas di kapal dalam perjalanannya. Jadi tidak ada yang dirugikan karena PT.Pelni bisa menghibur penumpang nonton teater dan teater keliling bisa naik kapal kemanapun tujuannya. Dengan cara seperti ini maka harga diri masing-masing tetap terpelihara dan saling hormat dan menghargai. Demikian pula dengan hotel, tempat-tempat wisata dan berbagai perusahaan.  Ada kalanya sebuah perusahaan misalnya susu indomilk memberikan 3000 kaleng susu dan bebas dijual dengan harga berapapun. Perusahaan permen atau minuman juga melakukan kerjasama saling menguntungkan.

 

Semua ini selama 40 tahun Dery Syrna memimpin teater keliling bekerja sepenuh waktu untuk mendapatkan jalan agar teater dapat masuk kemanapun. Tidak jarang pagi-pagi buta sudah berada di sebuah kantor menunggu direktur atau dirjen, menteri yang ketika datang masuk lift langsung diikuti dan dalam lift secara singkat mengenalkan diri apa-siapa-mengapa-kapan-dimana dan bagaimana sehingga dipahami dan dapat dukungan. Inilah yang kami katakan system gerilya di kota bukan di hutan. Ikuti main golf yang fokusnya bincang-bincang hingga tercapai kesepakatan untuk kerjasama. Bukan hanya di kantor namun di kendaraan transportasi umum, di pasar, di halte bis, stasiun kereta langsung saja cerita ke yang ada disebelahnya tentang teater. Jadi tidak heran jika mendapat kenalan yang bisa kenalkan siapa yang ada kemungkinan bisa kerjasama.


Sejak awal berdiri teater keliling secara tegas membagi kerja antara artistik dengan managemen. Jadi yang satu membuat karya dan yang satu kasarnya menjual karya. Teater keliling menghindari kerja rangkap antara pemimpin organisasi dan sutradara. Sebab kenyataannya memang berbeda cara kerjanya. Yang satu memikirkan bagaimana yang dijual laku dan yang satunya memikirkan bagaimana hasilkan karya yang laku dijual. Agak kurang enak ya didengarnya seperti pedagang saja yang tentu orientasinya uang. Padahal teater keliling sejak awal sudah membawa sikap bahwa “uang perlu tapi bukan tujuan”.

 

Dari naskah Mega Mega karya Arifin C Noer yang seiring waktu hingga pentas sampai 124 kali maka banyak filosofi hidup dan menghidupi merasuk kedalam kalbu. Yang paling pertama jadi sikap utama sepanjang sejarah perjalanan teater keliling adalah ucapan salah satu peran dari Mega Mega yang bernama Retno yang rela memilih menjadi pelacur untuk menyelamatkan hidupnya selalu mengatakan “Segala bisa asal mau”.  Walau tak terucap karena memiliki kemauan yang kuat bisa keliling sehingga memicu teater keliling tentu juga bisa. Ada lagi ucapan Hamung yang kerjanya menjadi penarik becak mengatakan “jangan terlalu berharap kecewa pada akhirnya”.  Ini sebuah sikap yang melatih untuk tidak mudah kecewa lalu hanya bisa mengeluh. Kenapa mesti takut gagal jika mengingat bahwa terjun ke teater tak ada yang nyuruh tapi memang pilihan sendiri. Jika sebuah pilihan kalau mau menyalahkan ya tuding ke diri sendiri. Kalau tidak mampu menerima adanya masalah yang terus menerus timbul silahkan mencari ruang lain. Tapi jika mau bersama-sama menerima dan mencari solusinya maka akan nyaman jalan terus.

 

Bicara suka duka akan lebih banyak dukanya, namun karena tertanam jiwa petualang maka duka adalah sebuah tantangan yang justru memberikan rasa nikmat ketika berhasil melampaui tantangan yang datang bagai sebuah penghalang yang seolah-olah tidak bisa dilawan. Untuk itu nasehat bapak H.Adam Malik ketika masih menjadi menteri luar negeri mengatakan “jangan menyepelekan sesuatu karena sesuatu itu akan menyepelekan kamu”. Hal yang menjadikan hidup peka menjalani berbagai kesulitan sehingga menjadi lebih terampil mengatasi karena kesulitan menjadi hal yang biasa diterima dan rasanya justru menjadi sparing partner hidup.

Advertisement

 

Penghargaan berupa piagam atau sertifikat telah diterima dari pemda diseluruh Indonesia, kampus dan komunitas atau perusahaan swasta. Termasuk juga dari luar negeri dimana teater keliling telah pentas keliling ke Singapura, Malaysia, Thailand, Australia, Korea selatan, Pakistan, Mesir, Romania, Jerman dan Spanyol. Selain pementasan umum juga mengikuti festival-festival teater internasional. Dengan demikian mendapat kekuatan yakni semakin yakin bahwa berkesenian teater itu memang perlu terus dibangkitkan hingga menjadi sebuah kebutuhan hidup baik seniman dan penikmatnya. Penghargaan dari MURI sebagai pementas terbanyak diterima tahun 2010. Kemudian Rudolf Puspa menerima penghargaan sebagai ABDI ABADI tahun 2016 dari Federasi teater Indonesia.

 

Atas ajaran sastrawan HB Yassin teater keliling selalu mendokumentasikan segala hal bahkan beliau berpesan agar oret-oretan di kertas-kertas ketika sedang memikirkan rencana kerja pun serahkan ke beliau dan akan disimpan karena itu punya nilai sejarah. Maka tersimpanlah sampai kini dokumentasi teater keliling di PDS HB Yassin yang ada di Taman Ismail Marzuki. Dan sangat gembira ketika Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) memulai mendokumentasikan kegiatan seni. Kebetulan teater keliling menjadi grup pertama yang diteliti dan yang masuk kategori kearsiapan nasional disimpan di ANRI. Kepemilikan tetap teater keliling tapi ANRI menyimpannya. Hal ini adalah sebuah kepedulian negara terhadap kegiatan kesenian bangsa sendiri. ANRI memberikan ruang khusus dengan upacara penyerahan pada tanggal 19 Desember 2019. Teater keliling pun tampil memainkan karya D Djajakusuma yakni Wek Wek, Hal yang baru pertama kali terjadi di ANRI. Tambah membanggakan ketika ada mahasiswa Goethe universitet Frankfurt Heiner Walenda Scholling mengambil gelar S2 oleh profesor pembimbingnya Prof.Dr.Bernd Nothofer memilihkan agar meneliti tentang teater Indonesia karena di Jerman belum ada yang meneliti. Dan kini meneruskan ambil S3 dengan penelitian tentang teater Indonesia zaman orde baru. Kerjasama tetap dengan teater keliling.  Alhasil dokumentasi tentang teater keliling copynya tersimpan di perpustakaan kampus tersebut dan diberitakan keseluruh Eropa jika ingin tahu teater Indonesia bisa ke perpustakaan mereka dan melihat mempelajari tentang teater Indonesia melalui teater keliling.  Hadiah menggembirakan diterima teater keliling yakni dibiayai untuk pementasan di Frankfurt membawakan karya Rudolf Puspa “Behind the masks”, sebuah pertunjukkan teater non verbal. Tiket terjual habis dua bulan sebelum pertunjukkan berlangsung.

 

Bergerak dan menggerakkan teater ke seantero pelosok tanah air tentu membutuhkan pemikiran seorang art director untuk mampu kreatif dengan apa yang ada di sekitar tempat pertunjukkan. Ini salah satu cara untuk tidak memberi beban keuangan yang tipis untuk kebutuhan artistik seperti set dekor, set dan hand prop, costume, tata lampu, sound system. Demikian pula keliling di zaman itu masih harus naik kendaraan umum sehingga sangat dibatasi membawa barang agar tidak merepotkan. Jika naik pesawat bagasi jangan melampaui batas. Disini tugas seorang stage manager untuk mengaturnya. Jika memang perlu ada yang harus dibeli maka memiliki alasan yang kuat tepat sehingga pimpinan produksi paham harus mengeluarkan dana. Sang pimpro memang harus aduhai dalam hal mengatur keuangan. Dalam hal mengisi perut tetap memperhatikan sehat jasmani yang akan berpengaruh pada sehat rohani. Tempat rehat tidur harus siap tidur di atas tikar di ruang2 yang bukan semanis hotel. Maka senjata ampuh selalu mengingatkan yakni “segala bisa asal mau”.


 

Dalam hal penyutradaraan untuk menghindari hasil karya yang monoton maka saya sejak awal memberikan pemain ruang sepenuhnya untuk menafsirkan peran. Kekuatan teater salah satunya adalah dalam hal menafsir cerita dan selanjutnya tiap-tiap peran. Saya lebih banyak mendengar apa yang pemain tangkap dan kemudian mengolah dan menjadi pilihannya untuk memainkan apa yang dia temukan atau tafsirkan. Lalu saya minta melakukan dan saya harus open mind sehingga bisa meresapi apa penampilannya sesuai dengan apa yang dia sendiri inginkan. Selanjutnya saya menemani, mendorong, bekerjasama menemukan mana expresi paling tepat. Tentu sebagai sutradara juga punya tafsir sendiri. Di sini keindahannya yakni memadukan semua tafsir pemain dengan tafsir sutradara sehingga yang penting adalah tercapai satu kesepakatan bersama. Dan kata akhir tentu saja ada di tangan sutradara yang memang kewajibannya adalah meramu, merenda menjadi satu karya teater yang tepat dan dari segala aspek terpenuhi. Pesan dari cerita sesuai tafsir yang bisa saja berbeda dengan penulisnya. Saya sepakat dengan apa yang dikatakan mas Arifin C Noer bahwa ketika skrip sudah ditangan sutradara maka dia menjadi pemilik skrip. Sebagai pemilik punya kebebasan untuk membangun sebagai sebuah pertunjukkan yang menarik.

 

Kini teater keliling menginjak umur 51 tahun. Juga sudah memasuki generasi kedua yang lahir pada abad di mana teknologi sangat mendominasi kehidupan. Semakin hari kecanggihan teknologi semakin cepat menghasilkan perubahan2 yang terus menerus tumbuh kembang. Mau tidak mau senimanpun perlu menyadari dan bukan mengikuti secara buta tuli tapi justru memanfaatkan teknologi dalam menunjang gagasan baru dalam karya. Jika tidak maka sudah bisa ditemui bagaimana kesenian yang masih memakai paham konvensional mulai ditinggal karena anak-anak kelahiran tahun tujuh puluhan hingga kini sudah berbeda dalam berpikir bertindak dan berlaku.


Untuk bincang tentang teater keliling generasi kedua akan ada di bagian kedua.

 

Dirgahayu 51 tahun Teater Keliling 13 Februari 2025.

 

Salam jabat merdeka berkarya,

Jakarta 12 Februari 2025.

Ads