Eksplorasi Tubuh Mekanik dalam Karya Kutha -->
close
Pojok Seni
02 February 2025, 2/02/2025 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2025-02-02T01:00:00Z
KritikteaterUlasan

Eksplorasi Tubuh Mekanik dalam Karya Kutha

Advertisement
Eksplorasi tubuh mekanik dalam karya Kutha


Oleh: Ikhsan Satria Irianto


Pertunjukan teater bertajuk “Kutha” karya Devi Hanan digelar sebagai perayaan 25 tahun Teater Art in Revolt (AiR) Jambi. Pertunjukan yang disutradarai oleh E.M Yogiswara ini merupakan produksi ke-60 dari kelompok teater yang tetap produktif sejak tahun 2000. Karya "Kutha" dihelat pada hari Jumat (31/01/2025) dan Sabtu (01/02/2025) di Teater Arena Taman Budaya Jambi. Karya yang menandai perayaan ulang tahun perak ini terselenggara berkat dukungan dari UPTD. Taman Budaya Jambi, Gerai Betubi, Perfect Loundry dan Rumah Jahit Boyen.


Pertunjukan “Kutha” merupakan sebuah refleksi dari perjalanan spiritual manusia di ambang batas kehidupan. Karya teater yang bernuansa religius ini menawarkan pengalaman transendental melalui peristiwa antara hidup dan mati. Situasi liminal telah membawa manusia pada keterlemparan ke dalam sebuah ruang interogasi surealistik. 


Ruang interogasi ini dipenuhi oleh berbagai dosa yang menuntut pertanggungjawaban. Keterlemparan ini menyebabkan manusia kembali mengingat Tuhannya, meskipun dalam kondisi yang sudah sangat terlambat. Karya ini menegaskan kembali bahwa teater tidak hanya berkutat pada problematika kehidupan, tetapi juga mampu menjangkau pengalaman transenden pasca-kehidupan.


Spektakel “Kutha” memiliki kekuatan pada daya hadir aktor di atas panggung. Set panggung yang minimalis dengan penggunaan properti yang minim memberikan porsi yang lebih leluasa untuk menampilkan aktor sebagai media mayor dalam upaya penyampaian makna. Untuk menuntaskan tugas tersebut, pendekatan akting yang dipilih dalam pertunjukan ini adalah akting karikatural. 


Pendekatan akting ini tentunya merupakan pendekatan akting yang tepat untuk teater yang tidak berusaha menampilan ilusi atas realistas. Walaupun, pendekatan akting ini terkadang kurang optimal dalam menjaga alur dramatik. Meskipun demikian, pemilihan pendekatan akting ini tentunya telah berada pada koridor yang relatif tepat dalam penciptaan teater postrealistik. 


Akting karikatural dalam karya “Kutha” diwujudkan melalui eksplorasi tubuh yang kaku dengan gerakan yang repetitif. Setiap aktor memiliki gerakan yang berbeda, namun secara keseluruhan tubuh yang hadir dapat dikategorikan sebagai tubuh mekanik. Eksplorasi ini sengaja mengambil jarak yang jauh dari gerak organik (natural). Secara eksplisit, tubuh mekanik ini berusaha menegaskan bahwa tokoh yang hadir memiliki dimensi yang melampaui personifikasi. 


Kehadiran tokoh karikatural dalam karya “Kutha” memang menolak untuk didefinisikan sebagai manusia. Strategi pemeranan ini terbukti berhasil ketika tokoh utama dan tokoh karikatural memiliki distingsi yang signifikan, sehingga mampu meminimkan kesalahan tafsir atas makna pertunjukan. 


Hasil dari eksplorasi tubuh ini dimanfaatkan sebagai bisnis akting untuk seluruh tokoh, kecuali tokoh utama. Tokoh utama mempertahankan bisnis akting yang cenderung realistik.  Tubuh mekanik diwujudkan ke dalam gestur tokoh karikatural secara kosisten, hal ini menggambarkan totalitas aktor dalam mendalami peran. Meksipun begitu, eksplorasi tubuh yang stabil cenderung terperangkap dalam situasi yang mononton karena intensitas yang tidak meningkat. 


Hal lain yang menarik dari eksplorasi tubuh mekanik ini adalah penggunaannya bersama dengan dialog yang cenderung realisitik. Secara pola penyampaian, dua pendekatan ini memiliki konvensi dan tujuan yang cukup berjauhan. Namun, setelah dipadukan di atas panggung, eksperimen ini menghasilkan sebuah akting yang eksentrik dan menawarkan efek audio-visual yang unik. Meksipun, tetap saja tidak begitu kuat dalam menggiring alur dramatik menuju klimaks. 


Secara bentuk, tubuh mekanik dalam karya “Kutha” memang menawarkan efek visual yang berbeda, namun masih sangat minim rasa. Eksplorasi tubuh yang dihasilkan baru menyentuh aspek fisikal, belum sampai pada tataran tubuh ekspresif. Hal ini menyebabkan implikasi yang dihasilkan lebih kepada dampak secara visual, tidak secara emosional. 


Semoga eksplorasi ketubuhan ini terus berlanjut hingga menyentuh wilayah rasa dari aktor, agar mampu digunakan untuk menggugah perasaan penonton. Pada tahapan itu, eksplorasi tubuh mekanik telah bertumbuh menjadi tubuh yang lebih organik atau tubuh biomekanik.



Kejutan dalam karya “Kutha” adalah seluruh aktor merupakan aktor pemula yang baru pertama kali merasakan sensasi berperan. Keberanian ini tentunya perlu mendapatkan apresiasi yang besar karena beban tampil di karya perayaan ulang tahun perak tentunya memiliki bobot yang cukup berat. 


Namun, setelah melihat karya ini berhasil dipentaskan sebanyak tiga kali tanpa terkendala, maka dapat dikatakan bahwa para aktor telah menuntaskan kerjanya dengan cukup baik. Meskipun memang masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan untuk proses selanjutnya.


Selain itu, keberhasilkan aktor pemula ini juga menegaskan bahwa regenerasi Teater AiR Jambi berjalan dengan baik. Semoga di usia yang ke 25 tahun ini Teater AiR menjadi lebih bijak dalam upaya menyingkap kebenaran. Selamat ulang tahun yang ke-25 untuk Teater AiR Jambi, semoga selalu jernih dan tidak mudah tercemar. 

Ads