Kekuatan Musik Kolintang Minahasa -->
close
Pojok Seni
29 January 2025, 1/29/2025 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2025-01-29T01:00:00Z
ArtikelEstetika

Kekuatan Musik Kolintang Minahasa

Advertisement
estetika musik kolintang minahasa

Oleh: Ambrosius Loho, M. Fil. *


Kita bisa menemukan dari berbagai sisi bahwa musik kolintang pada dasarnya adalah seni musik yang menampilkan sebuah pertunjukan. Namun grup musik itu adalah grup musik seni tradisional yang memiliki kekhasan dalam setiap tampilannya. Pada saat yang sama, musik kolintang perlu untuk digali kedalamannya dalam hal nilai-nilai estetisnya yang pada dasarnya sangat kuat. 


Musik kolintang diyakini memiliki nilai estetis yang khas berbasis tradisi Minahasa. Maka karena itu, benarlah bahwa elemen dasar pertama sebuah karya seni adalah objek estetis. Adapun objek estetis adalah aspek yang diamati maupun yang diciptakan seseorang. Elemen dasar kedua adalah subjek estetis adalah subjek yang mengamati atau kreator yang membuat objek estetis. Pada praktisnya, elemen dasar kedua ini nyata ketika berhadapan dengan objek estetis, sang subjek akan mengalami pengalaman tertentu. Elemen dasar ketiga adalah nilai estetis. Nilai estetis adalah tolok ukur yang digunakan subjek untuk menimbang keindahan-kejelekan, ketertarikan-ketidaktertarikan, pada suatu objek. (Junaidi, 2013).


Maka, sebagaimana kebudayaan, yang katakanlah membawahi kesenian, seni musik kolintang juga merupakan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Hasil karya yang sarat nilai dan makna. Dan harus diakui, penulis coba menguraikannya dengan sangat detail, karena penulis berangkat dari pengalaman praktis (bandingkan fakta bahwa penulis juga masih menekuni dunia kepelatihan musik kolintang hingga kini). Hal ini memberi sebuah pemahaman tegas bahwa kebudayaan penuh dengan nilai reflektif, yang memang harus digali. 


Monroe Beardsley, menjelaskan adanya tiga ciri yang menjadi sifat-sifat yang ‘membuat baik & indah)’ benda-benda estetis pada umumnya. Ketiga ciri itu ialah: Pertama, kesatuan (unity). Dengan kesatuan dimaksudkan bahwa benda estetis itu tersusun secara baik atau sempurna bentuknya, dan musik kolintang juga demikian, secara visual tersusun rapi dan berbentuk sempurna. Kedua, kerumitan (complexity). Benda estetis atau karya seni yang bersangkutan, tidak sederhana sekali, melainkan kaya akan isi maupun unsur-unsur yang saling berlawanan ataupun mengandung perbedaan-perbedaan yang halus, dengan benda estetis lainnya. Ketiga, kesungguhan (intensity). Suatu benda estetis atau karya seni yang baik, harus mempunyai kualitas tertentu yang menonjol dan bukan sekedar sesuatu yang biasa-biasa saja. Tak menjadi soal kualitas apa yang dikandungnya (misalnya suasana suram atau gembira, sifat lembut atau kasar), asalkan merupakan sesuatu yang intensif atau sungguhsungguh. (sebagaimana diuraikan oleh The Liang Gie, 1983, hal. 4648).


Dengan demikian kita bisa melihat bahwa estetika musik kolintang erat terkait dengan ketiga ciri yang diuraikan di atas. Dengan demikian, maka ketika kita melihat ada sesuatu yang indah, itulah juga renungan tentang keindahan. Di sisi yang sama, sebagaimana kebudayaan, musik kolintang juga merupakan suatu cara berkehidupan dalam bermasyarakat yang sesuai dengan norma dan aturan dalam masyarakat. Maka karena satu kesatuan dengan kebudayaan, musik kolintang juga merupakan hasil karya yang melahirkan daya refleksi, yang dengan adanya daya refleksi itu, penggalian nilai-nilai estetis cukup terbuka. Dan yang diuraikan dalam tulisan-tulisan ini akan memberi khasanah yang mendalam bagi setiap penikmatnya.


Akhirnya sebagaimana uraian penulis terdahulu berjudul Harmoni dalam Sebagai Cermin Hidup, kita bisa melihat pula bahwa harmoni dalam sebuah karya seni, mencapai puncaknya kalau keseluruhannya yang benar-benar serasi dan tidak ada yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, tidak berlebihan atau berkekurangan. (Hauskeller 2015: 28). Maksudnya harmoni akan sangat nampak dan bahkan mencapai puncaknya, jika secara keseluruhan dalam karya seni yang ditampilkan, mengandung keserasian, keselarasan dan bahkan kesepadanan. Dalam arti tertentu, kesamaan konsep dalam menampilkan sebuah karya seni, tentu menjadi sasaran pokok. 


Jadi, selain harmoni, kekuatan seni musik kolintang, adalah bukanlah keindahan fisik atau apa yang ditampilkan di atas panggung saja, yang lazim dibuat orang atau para penggarap musik kolintang, melainkan persepsi kebenaran. Maksudnya persepsi tentang kebenaran yang lebih dalam, dari realitas yang kita hadapi sehari-hari. Di sini lebih terkait dengan kebenaran kehidupan, kebenaran kultural.


*Penulis adalah Dosen Fakultas Pariwisata Universitas Katolik De La Salle Manado - Pegiat Filsafat-Seni-Budaya, Anggota Tim 5 Naskah Akademik Kolintang.

Ads