Advertisement
![]() |
Apa itu key opinion leader (KOL)? |
Pojok Seni - Dalam Digital Marketing Strategy, dikenal dua istilah yang "nyaris" sulit dibedakan. Keduanya adalah Key Opinion Leader (KOL) dan Influencer.
Keduanya kadang dianggap melakukan tugas yang sama, tapi keduanya sangat berbeda jauh. Bila Anda adalah orang yang berkecimpung di dunia digital, entah itu blogger, vlogger, maupun YouTuber, tentu Anda juga pernah mereview sesuatu, entah itu produk maupun jasa, bukan? Nah, lewat review tersebut, apabila positif, tentunya Anda jadi menawarkan, mempromosikan, atau memperkenalkan produk tertentu.
Dari gambaran tersebut, bisa dilihat bahwa KOL dan Influencer terlihat cukup mirip. Apalagi, keduanya juga akan sama-sama menawarkan, mempromosikan, atau memperkenalkan produk tertentu.
Namun, rate card (harga jasa promosi yang ditetapkan dalam kerjasama) dari keduanya saat ini juga nyaris setipe. Biasanya, jumlah pengikut (followers) dan tingkat keterlibatan (engagement) menjadi penentu rate card. Nah, untuk hal ini, baik KOL maupun influencer menjadi "sama" di mata brand yang akan menggunakan jasa mereka.
Perbedaan Utama Antara Influencer dan Key Opinion Leader?
![]() |
Gambar ilustrasi seorang KOL |
Key Opinion Leader (KOL) adalah seseorang atau komunitas yang memiliki satu keahlian, disiplin ilmu, pekerjaan profesional, dan pendapatnya terkait hal tersebut didengarkan oleh publik.
Ini yang membedakannya dengan influencer (pemengaruh). Tingkat kepercayaan masyarakat juga sangat berbeda. Misalnya, untuk mencari sebuah produk perawatan gigi, apakah Anda lebih mendengar seorang influencer terkenal, atau pernyataan seorang dokter gigi?
Pojok Seni, mengkhususkan diri menulis hal-hal terkait seni, khususnya seni pertunjukan. Ketika Pojok Seni yang rata-rata penulisnya adalah lulusan S2 kampus seni, menulis atau merekomendasikan hal-hal terkait seni, tentu lebih dipercaya ketimbang menulis tentang prediksi sepakbola.
Tapi, ketika Pojok Seni merekomendasikan sebuah pameran, film, pertunjukan tari atau teater, dan event tertentu, maka akan berbeda hasilnya dengan rekomendasi dari influencer.
Tentu, Anda masih ingat bagaimana seorang pesohor negeri ini membuat malu satu negara hanya karena mengatakan "Indonesia tidak punya teater musikal", bukan? (Lebih jelas, baca di artikel ini: "Teater Musikal Paling Populer Saja Dibilang Tidak Ada, Apalagi Teater yang Lain" (Ironisnya Blunder Marion Jola).
Yah, itu yang terjadi ketika seseorang berbicara di luar kapasitasnya.
Maka, dalam strategi marketing di dunia digital, brand bisa jadi memerlukan influencer untuk memperbesar atau memperkenalkan produk mereka ke khalayak banyak. Tapi, tentunya membutuhkan KOL untuk meningkatkan kepercayaan publik pada produk mereka.
Sebuah produk kecap misalnya, mungkin akan meningkat tajam penjualannya karena melibatkan seorang influencer dengan pengikut jutaan. Tapi, dengan sedikit rekomendasi dari seorang chef meski tidak sampai jutaan pengikutnya, maka hal itu akan meningkatkan kepercayaan publik pada produknya secara masif.
Menentukan Rate Card untuk KOL
Sekarang, apakah "tarif" untuk menggunakan jasa seorang KOL itu sama dengan influencer? Lebih murah ataukah lebih mahal?
Khususnya untuk akun Instagram, Tiktok, dan Youtube, tentunya influencer dan KOL memiliki rate card tersendiri untuk hubungan bisnis dengan brand. Hal itu juga terkait dengan engagement, eksposure, jumlah follower, dan lain-lain.
Nah, penentuan rate card untuk KOL ini masih tergolong unik. Sebab, tercatat, lebih dari 250 ribu KOL di Indonesia ini meletakkan harga yang terlalu murah.
Selain itu, 100 ribu KOL di Indonesia justru meletakkan harga yang terlalu mahal. Selisih harganya juga sangat jomplang!
Nah, riset terlebih dulu berapa rate card yang tepat untuk akun Instagram, TikTok, maupun YouTube Anda. Anda bisa menggunakan berbagai situs yang bisa menentukan harga rate card Anda dengan tepat.
Jadi, harga yang ditetapkan akan sangat sesuai dengan engagement rate, eksposure, dan "nilai" dari akun Anda. Sekarang, coba cek berapa rate card yang tepat untuk akun Anda, lalu mulailah berbicara dengan latar belakang keilmuan atau kemampuan Anda.
Hindari berbicara di luar kapasitas, agar tidak melakukan blunder atau melakukan kesalahan saat berpendapat. Sudah berencana untuk memulai menjadi KOL?