Advertisement
Ironisnya blunder Marion Jola |
Celebrated heads of state or
Especially great communicators
Did they have brains or knowledge?
Don't make me laugh
They were popular
Please, it's all about popular
Potongan lirik "Popular" dari Wicked. Tidak penting seberapa pengetahuan, atau kecerdasan yang seseorang miliki. Dia yang akan mendapatkan kesempatan lebih, apabila dia lebih populer.
Hal itu sebenarnya mungkin bisa menjawab kenapa Universal Studio Indonesia menunjuk jebolan ajang pencarian bakat bernyanyi bernama Marion Jola untuk mewawancarai para aktor dari film musikal bertajuk Wicked.
Wawancara itu yang ditampilkan di akun Instagram @universalpicsid pada tanggal 20 November 2024 lalu. Potongan video tersebut viral di dunia maya, lantaran blunder yang dilakukan si pewawancara, Marion Jola. Kalimat yang dinyatakannya tidak banyak, tapi begitu menyakitkan. Terutama "jagad per-teatermusikal-an" Indonesia.
Marion Jola menyebut tidak ada teater musikal di Indonesia. Serta, film musikal Wicked adalah film musikal pertama yang pernah ditontonnya. Film ini diangkat dari sebuah pertunjukan teater musikal dengan judul yang sama, dan meraih keberhasilan besar di Amerika.
Di sini masalahnya, di pernyataan Marion Jola bahwa tidak ada teater musikal di Indonesia. Bahkan, kalaupun ada, "tidak banyak yang tahu." Begitu kurang lebih pernyataan penyanyi yang juga mengaku penyuka jazz tapi tidak tahu satupun jazz standar (pernyataannya sendiri dalam video tersebut).
Ketika Marion Jola menyatakan tidak ada teater musikal di Indonesia, kedua aktor yang diwawancarainya, Jonathan Bailey dan Jeff Goldblum menunjukkan ekspresi tidak percaya. Bahkan, mereka sampai kaget hingga bertanya, "apakah ada banyak musik di sini?"
Ironisnya, teater musikal adalah salah satu bentuk teater yang paling populer di Indonesia. Anda bisa melihat kanal-kanal yang dikelola swasta, maupun pemerintah, banyak yang menggarap pertunjukan teater musikal, hingga film musikal.
SS wawancara Marion Jola |
Di kanal Indonesia Kaya misalnya, sejumlah karya drama musikal seperti Lutung Kasarung oleh EKI Dance Company, Sri Dewi oleh Swargaloka, sampai serial seperti Siti Nurbaya. Judul yang disebut terakhir bahkan merekrut aktor secara terbuka lewat daring, dan diikuti ribuan orang peserta dari seluruh Indonesia.
Yah, setidaknya bila Anda datang ke tempat hiburan, seperti Trans Studio, maka drama musikal akan menjadi suguhan utama di tempat tersebut. Baru-baru ini, dari tanggal 29 November hingga 1 Desember lalu, pertunjukan bertajuk Kukejar Kau Sayang digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM), dan menjadi pertunjukan teater musikal pertama yang menghadirkan juru bicara isyarat di sisi panggung.
Teater-teater besar di Indonesia, juga memiliki banyak karya drama musikal. Grup-grup legendaris Indonesia, seperti Miss Tjitjih, juga dikenal dengan karya drama musikal. Lebih ironis lagi, teater tradisional khas Indonesia juga banyak berbentuk teater musikal, bukan?
Dalam kondisi di mana teater musikal adalah salah satu "garda terdepan" (tidak bermaksud untuk memasukkannya dalam kategori avant-garde) yang ditonton oleh masyarakat umum, ditambah lagi dengan garapan teater musikal yang dikemas agar populer (misalnya dengan menggaet musisi populer sebagai aktor hingga pemusik), bagaimana bisa Marion Jola tidak tahu ada banyak teater musikal di sekitarnya?
Marion Jola sebenarnya tidak sendiri. Ada banyak rakyat Indonesia yang juga tidak tahu ada teater di sekitarnya. Tidak tertarik, juga tidak berminat untuk menonton pertunjukan teater. Bila pengetahuan Marion Jola tidak begitu banyak tentang teater di Indonesia, sebenarnya masih bisa dipahami.
Hal yang tidak bisa dipahami adalah, kenapa Marion Jola yang menjadi pewawancara? Dalam klarifikasinya yang dimuat salah satu media daring, Marion Jola berkata bahwa ia hanya membaca script yang diberikan panitia. Nah, double masalahnya. Selain memilih orang yang tidak kompeten untuk menjadi pewawancara, kenapa juga tidak dibantu dengan script yang didasarkan pada riset? Yah, setidaknya riset kecil-kecilan.
Masalahnya, dua orang yang diwawancarainya adalah dua pesohor asal Amrik. Bayangkan, dua orang itu meyakini apa yang dikatakan Marion Jola, dan sampai ke telinga pegiat teater musikal di Broadway.
Ah, tapi jejaring Broadway (bisa Anda lihat di Broadwayworld.com) juga mempromosikan jadwal sejumlah pertunjukan teater musikal di Indonesia, kok.
Artinya, Marion Jola tidak mewakili pandangan siapapun, kecuali pandangan dirinya sendiri dan (mungkin) tim yang mengundangnya. Sama seperti kalau saya tidak pernah melihat pesawat terbang, maka saya akan berpendapat bahwa tidak ada pesawat terbang di Indonesia. Sesimpel itu saja cara berpikirnya.
Kenapa Marion Jola yang tidak mengerti teater yang dipilih? Toh, kalau mau populer, setidaknya ada banyak nama-nama musisi Indonesia yang pernah terlibat dalam garapan drama musikal.
Apa mungkin Marion Jola lebih fasih berbahasa Inggris, mungkin? Atau, mungkin karena hal-hal lain?
Tapi satu hal yang pasti, Marion Jola itu populer. Itu juga sedikit disentil di pertunjukan Wicked lewat nomor "Popular".
Apa lagi yang ironis dari pemaparan panjang di atas? Yah, kalau teater musikal yang sebenarnya bisa dikategorikan bentuk teater paling populer di Indonesia, bisa dikatakan "tidak ada", bagaimana bentuk teater lain yang tidak populer di negara tercinta ini?
Yah, teater musikal yang merupakan bentuk teater yang paling populer di Indonesia saja, dibilangnya tidak ada. Apalagi bentuk teater lain! Ironis, bukan?
Coba tanyakan sama Marion Jola, apakah ada teater absurd di Indonesia?