Melihat Sejarah Sepakbola Lewat Deretan Lukisan Mahakarya -->
close
Pojok Seni
20 December 2024, 12/20/2024 06:25:00 PM WIB
Terbaru 2024-12-20T11:25:51Z
SejarahSeni

Melihat Sejarah Sepakbola Lewat Deretan Lukisan Mahakarya

Advertisement



PojokSeni - Mahakarya terinspirasi dari banyak hal, terutama hal yang dekat dengan senimannya. Olahraga atau Sport menjadi salah satu yang dekat dengan banyak orang. Tentu, sepakbola, sebagai salah satu olahraga terpopuler di jagad raya, menjadi salah satu hal yang paling dekat dengan banyak orang, juga seniman. Maka, wajar kalau ada banyak karya yang terinspirasi dari sepakbola. 


Karya seni yang dibahas dalam artikel ini adalah mahakarya yang bahkan telah lahir dari sebelum masehi. Karya-karya tersebut terinspirasi dari sepakbola, entah permainannya, entah itu pemainnya. Atau mungkin atmosfer dari stadion ketika pertandingan digelar.


Beberapa mahakarya berikut ini adalah lukisan yang dilukis oleh para pelukis di zaman yang berbeda, bahkan tempat yang berbeda, juga tahun yang berbeda. Tapi, lewat deretan lukisan karya mereka, kita seakan-akan bisa melihat bagaimana sejarah perjalanan cabang sport  satu ini.


Sepakbola dalam Sejarah, Lewat Deretan Lukisan Mahakarya


Chinese ladies playing cuju karya Du Jin


Sepakbola dalam sejarah
Chinese ladies playing cuju karya Du Jin (1479)


Dalam tradisi Tiongkok, ada jenis olahraga kuno yang disebut Cuju, berarti tendangan bola. Awalnya, cuju ini adalah latihan militer pada era 476 - 221 SM, lalu dikembangkan lagi ketika era Dinasti Han (hingga 220 M). Pada akhirnya, Cuju menjadi salah satu olahraga yang digemari banyak orang, sampai akhirnya aturan sepakbola modern datang dan menjadikan Cuju berevolusi menjadi sepakbola modern. 


Nama pelukis Du Jin hidup sejak 1465 dan meninggal pada tahun 1509. Salah satu lukisannya menggambarkan para wanita Tiongkok bermain Cuju tersebut di sebuah lapangan luas.


Football Game karya Thomas Webster


Football Game karya Thomas Webster
Football Game karya Thomas Webster (1839)

Sepakbola modern yang kita kenal saat ini, merupakan evolusi dari jenis olahraga menendang "kandung kemih babi" pada perayaan Shrove Tuesday. Seorang penjaga gawang, didatangi oleh puluhan orang yang berebut untuk memasukkan bola dari bahan baku kandung kemih babi, di sebuah pedesaan di Victoria, dengan sangat baik terekam oleh pelukis asal Inggris, Thomas Webster sekitar tahun 1839. Webster memberi judul lukisan ini "The Football Game" yang menjadi cikal bakal nama Football pada olahraga sepakbola.


Sekedar informasi, hanya Amerika saja yang tidak menggunakan istilah "football" pada jenis olahraga ini. Karena, mereka telah memberikan penamaan tersebut pada jenis olahraga lain. Amerika menggunakan istilah Soccer untuk sepakbola.


Sunderland vs Aston Villa karya Thomas MM Hemy


Sunderland vs Aston Villa karya Thomas MM Hemy
Sunderland vs Aston Villa karya Thomas MM Hemy (1895)

Lagi-lagi lukisan dari Inggris. Sebuah kanvas berukuran besar dipesan oleh tim Sunderland, yang menjadi juara Liga Inggris setelah menang atas Aston Villa. Thomas Hemy menerima pesanan tersebut, dan kebetulan ia menonton pertandingan itu. Ia mengabadikan apa yang ia tonton, atmosfer dari stadion, dan tensi tinggi pertandingan, dengan sangat apik lewat lukisan yang kemudian ia beri nama Sunderland vs Astonvilla (1895). 


A London Irish at Loos karya Lady Butler


A London Irish at Loos karya Lady Butler
A London Irish at Loos karya Lady Butler (1916)

Pelukis terkemuka asal Inggris menangkap apa yang terjadi di medan perang. Sersan Frank Edwards dari pasukan Inggris, berdarah Irlandia, diminta berada di garis depan untuk maju melewati kawat Jerman dan menyerbu daerah tersebut di tahun 1915. Serangan Inggris gagal, mereka dipukul mundur, dan Frank Edwards tertembak di paha, meski masih selamat. 


Tapi, lihat lukisannya. Sersan Frank Edwards yang dilukis memang sedang berperang, tapi sambil menggiring bola menuju medan perang. Saat itu, sepertinya para tentara sedang gandrung-gandrungnya pada jenis sport satu ini. Lady Butler, melukis dengan indah kejadian yang sangat menarik tersebut di tahun 1916.


Going to the Match, karya LS Lowry


Going to the Match karya LS Lowry
Going to the Match karya LS Lowry (1923)


Seberapa gila orang-orang di Manchester dengan sepakbola? Benar-benar gila. Bahkan, lukisan dari LS Lowry pada tahun 1923 menggambarkan betapa antusiasnya warga Manchester untuk datang ke Old Trafford di Stretford, Manchester. Bagaimana para pekerja yang mungkin baru pulang bekerja di musim dingin sore hari, beramai-ramai datang ke stadion untuk menyaksikan pertandingan terakbar hari itu, Manchester United melawan Manchester City. Apakah ada yang lebih penting dari itu bagi warga Manchester?


Wembley, karya WR Howe Browne


Wembley, karya WR Howe Browne
Wembley, karya WR Howe Browne 1923

Stadion termegah pertama di Inggris, Wembley, selesai dibangun pada tahun 1923. Bayangkan, untuk tahun itu, penonton yang bisa ditampung mencapai 127 ribu orang. Dan bayangkan lagi, jumlah segitu masih belum cukup untuk menampung penonton yang ingin datang menyaksikan partai final piala FA antara Bolton Wanderers melawan Westham United. Pertandingan berakhir dengan kemenangan Bolton Wanderers, dan para penonton memenuhi stadion bersejarah di Inggris tersebut.


O Vincere o Morire karya anonim


O Vincere o Morire karya anonim
O Vincere o Morire karya anonim (1950)

Pemain timnas Italia datang dengan penuh percaya diri ke Paris untuk mengikuti Piala Dunia tahun 1938. Mereka keluar sebagai juara di tahun itu, karena mengalahkan Hungaria di final dengan skor 4-2. Tapi, ada kisah menyedihkan di balik itu. Semua pemain, sampai pemain cadangan, bermain dengan penuh rasa takut. Wajar saja, sebab pemimpin diktator mereka, Benito Mussolini, mengirimkan telegram pada mereka yang bertuliskan O Vincere O Morire (menang atau mati). Hal tersebut diabadikan oleh seorang seniman yang melukis bagaimana perasaan para pemain timnas Italia saat itu. Tentu saja, pelukisnya anonim, karena kalau sampai ketahuan ia yang melukisnya, ia bisa menjadi korban keganasan sang diktator tersebut.


Hillsborough karya Georg Eisler


Hillsborough karya Georg Eisler
Hillsborough karya Georg Eisler (1989)

Stadion Hillsbororugh di Sheffield, Inggris menghadirkan pertandingan semifinal piala FA antara Liverpool melawan Nottingham Forest pada tanggal 15 April 1989. Sayangnya, pertandingan tersebut berakhir maut. Hampir 100 orang meninggal karena padatnya stadion, dan tersorot kamera televisi bagaimana orang-orang mencoba menyelamatkan diri dari padat yang menjepit itu. Seorang pelukis bernama Georg Eisler mengabadikan kejadian mengerikan tersebut di lukisannya tahun 1989.


The Art of the Game, karya Michael Browne


The Art of the Game, karya Michael Browne
The Art of the Game, karya Michael Browne (1997)

Era 1990-an adalah era keemasan Manchester United. Mereka tidak hanya mendominasi Inggris, tapi juga Eropa. Pelukis Michael Browne melukis sebuah lukisan yang mirip dengan Resurrection (1460) karya Piero della Francesca. Tapi, tokoh-tokohnya yang diubah. Ada seorang raja yang diganti dengan Sir Alex Ferguson. Juga ada sang messias yang diganti dengan Eric Cantona. Filsuf yang meletakkan mahkota di kepala kaisar, diganti dengan John Curtis. Serta para prajurit Roma yang suci, diganti menjadi Nicky Butt, Gary Neville, David Becham, dan Philip Neville. Lukisan ini dibuat oleh Michael Browne pada tahun 1997 silam.


Lukisan ini tidak hanya menggambarkan dominasi dari klub berjuluk setan merah tersebut. Tapi juga menggambarkan bagaimana sepakbola sudah menjadi seperti "agama" bagi para penggemarnya.


Memahami sejarah sepakbola lewat Lukisan


Itu tadi deretan lukisan mahakarya yang dilukis para pelukis berbeda generasi, meski sebagian besarnya berasal dari Inggris. Hal yang wajar, mengingat Inggris adalah tanah dimana sepak bola terlahir. Perjalanan olahraga sepakbola dari permainan anak berbahan kulit kandung kemih babi, berevolusi menjadi sebuah "isme" yang memiliki penggemar fanatik.

Ads