PojokSeni - Dalam "Death of a Salesman," Arthur Miller dengan cermat merajut kisah kejatuhan mimpi protagonis kita, Willy Loman, di tengah gelombang perubahan sosial Amerika pada 1940-an. Miller menghadirkan perpaduan realisme dan ekspresionisme, seolah menghidupkan kembali pergeseran nilai-nilai sosial yang menghantam keras para "orang kecil."
Sinopsis Death of Salesman karya Arthur Miller
"Death of a Salesman," karya Arthur Miller, adalah sebuah drama yang menggambarkan kisah tragis seorang salesman tua bernama Willy Loman. Willy adalah seorang pria yang pernah memiliki mimpi besar untuk mencapai kesuksesan dan kemakmuran, namun akhirnya dia terjebak dalam realitas yang kejam dari American Dream yang memudar.
Willy Loman, seorang salesman keliling yang sudah menua, semakin merasakan tekanan dari kegagalannya dalam mencapai kesuksesan yang dia impikan. Dia hidup bersama istrinya yang setia, Linda, dan dua anak laki-laki mereka, Biff dan Happy. Willy sering mengalami kilas balik masa lalu yang mengganggu pandangannya terhadap realitas.
Biff, yang dulunya adalah seorang atlet berbakat dengan masa depan cerah, kini hanya menjadi pekerja serabutan yang belum menemukan jalur hidupnya. Konflik utama dalam cerita berpusat pada hubungan yang tegang antara Willy dan Biff, serta ilusi Willy tentang kesuksesan dan kebahagiaan yang terus menghantuinya.
Advertisement
Di sepanjang cerita, Willy berusaha keras untuk mendapatkan pengakuan dan cinta dari keluarganya, serta untuk membuktikan bahwa hidupnya tidak sia-sia. Namun, kenyataannya semakin menghancurkan harapannya, hingga akhirnya Willy memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan harapan bahwa uang asuransi kematiannya akan memberikan masa depan yang lebih baik bagi keluarganya.
![]() |
Death of Salesman dipentaskan oleh Teater Petra dalam gelaran FTJ tahun lalu (foto: kumparan) |
"Death of a Salesman" adalah sebuah kritik tajam terhadap masyarakat yang menjunjung tinggi materialisme dan kesuksesan semu. Melalui kisah Willy Loman, Arthur Miller mengungkapkan sisi gelap dari American Dream dan mengajak penonton untuk merenungkan nilai-nilai yang sebenarnya penting dalam hidup.
Gagalnya American Dream: Bagaimana Standar Kesuksesan itu?
American Dream, sebuah ideologi kebebasan, kesetaraan, dan usaha pribadi, menjelma dalam benak Willy Loman sebagai khayalan penuh kesalahan nilai dan pencarian popularitas semu. Tragedi Willy menelanjangi kontradiksi mimpi ini, memperlihatkan ketidakmampuannya menghadapi realitas dan kurangnya tindakan nyata untuk mengubah nasibnya.
Informasi diwariskan lewat kepercayaan, kebiasaan, dan akhirnya diejawantahkan dengan nilai-nilai. Lewat itulah American Dream seharusnya terus diturunkan ke generasi selanjutnya. Apa yang menjadi semangat dari American Dream? Yah, itu adalah demokrasi, kesetaraan gender, dan kemandirian wirausaha. Seharusnya, hal tersebut tidak memudar, terutama di era yang semakin maju.
Sebuah kamuflase bernama "kesuksesan" digambarkan oleh motivator, menjadi standar "kesuksesan" bagi mayoritas masyarakat. Banyak uang, banyak pengikut, atau popularitas, atau mungkin jabatan, hal-hal itu yang kemudian mengekang banyak orang untuk terus mengejar "mimpi", tapi bukan mimpinya, melainkan "mimpi mayoritas" yang telah menjelma menjadi New American Dream.
Di balik kisah tragis Willy Loman, Arthur Miller menyematkan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya Amerika. Tragedi yang dialami Willy mencerminkan kelemahan manusia yang universal, namun juga menekankan pentingnya rasionalitas individu dalam menghadapi himpitan materialisme modern. Artikel ini menambahkan dimensi gen budaya untuk memperkaya interpretasi, melampaui pandangan yang melihat drama ini sekadar sebagai kegagalan American Dream.