Apakah Lulusan Seni akan Sangat Dibutuhkan di Masa Depan? -->
close
Pojok Seni
28 December 2024, 12/28/2024 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2024-12-28T01:00:00Z
Artikel

Apakah Lulusan Seni akan Sangat Dibutuhkan di Masa Depan?

Advertisement
Apakah Lulusan Seni akan Sangat Dibutuhkan di Masa Depan?
Pertunjukan "Waiting for Godot"


Oleh: Adhyra Irianto


Pertanyaan (atau mungkin pernyataan) yang menjadi judul di atas terlalu tendensius. Tapi, pembahasan ini tidak melulu pada sekolah seni seperti Institut Seni Indonesia (ISI), Intitut Seni Budaya Indonesia (ISBI), Sekolah tinggi kesenian, institut kesenian, tapi juga ke berbagai universitas umum yang membuka jurusan seni di dalamnya. Tidak hanya jurusan seni, tapi sastra (seni berbahasa) juga harus menjadi sorotan. Karena pertanyaan yang sama akan selalu diajukan pada mereka.


Kita sisihkan terlebih dulu jurusan "pendidikan seni", karena secara disiplin ilmu, mereka adalah "ahli pendidikan". Mereka memang ditujukan sebagai tenaga pengajar, entah itu guru, maupun membuka kursus. Harus dibedakan, karena lulusan seni menciptakan seniman, sedangkan lulusan pendidikan seni menciptakan tenaga pengajar. Maka, pertanyaan yang menjadi judul di atas akan sangat tidak relevan. Apakah lulusan tenaga pengajar sangat dibutuhkan di masa depan? Yah jelas masih sangat dibutuhkan, dong.


Kita hanya akan membicarakan lulusan seni, dan sastra, apakah mereka dibutuhkan di masa depan sesuai dengan basic keilmuan mereka. Untuk lulusan seni, di tingkat S1, mereka bergelar S.Sn (sarjana seni), sedangkan lulusan sastra bergelar S.S (sarjana sastra). Pertanyaannya, apakah mereka akan (sangat) dibutuhkan di masa depan?


Selama manusia hidup, selama itu juga seni diperlukan untuk menjadikan manusia hidup selayaknya manusia. Jurusan seni dikhususkan untuk Anda yang berminat memahami, menyelami, dan mempertanyakan kehidupan dan dunia. Di jurusan ini, apapun ide Anda, akan dipikirkan secara mendalam, memaksimalkan pikiran sekaligus perasaan, dan kemudian diwujudkan lewat sebuah karya. Karya itu menghadirkan dialektika, gagasan Anda akan bertemu dengan gagasan dari penonton, menimbulkan diskusi, lalu menghadirkan perubahan dan ide-ide baru.


Seni menjadikan Anda untuk bernalar. Entah itu menalar realita, atau mungkin menalar imajinasi Anda sendiri. Itu yang kemudian menjadikan peradaban terus berlangsung. 


Sayangnya, seni adalah kebutuhan "mewah" alias tersier bagi manusia. Kapan manusia membutuhkan kebutuhan tersier? Yah, ketika kebutuhan utama (primer) dan pendukung (sekunder) sudah terpenuhi. Masalahnya, jurusan lain menawarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pendidikan misalnya, menawarkan Anda menjadi seorang guru. Profesi yang jelas, dan jelas ditujukan untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Begitu juga jurusan IT, ekonomi, pertanian, teknik sipil, dan sebagainya.


Pertunjukan Pelukis & Wanita
Pertunjukan Pelukis & Wanita

Jurusan seni ini, senasib dengan jurusan filsafat dan sastra. Coba lihat sejarah, siapa yang bisa mengakses sastra, musik klasik, panggung teater, hingga menjadi seorang filsuf sejak dulu? Yah, orang-orang yang berasal dari kalangan atas, dan sudah selesai urusan primer dan sekundernya. Anak seorang raja, akan duduk belajar sastra, atau belajar melukis. Kemudian, berdiskusi ilmu dengan gurunya. Tapi, anak seorang pedagang akan belajar cara berdagang, begitu juga anak seorang pekerja kasar.


Sistem sosial dan ekonomi di Indonesia masih belum siap mengakomodir seorang seniman, sastrawan, atau filsuf, bisa menerapkan semua kelimuannya menjadi sebuah karya, tanpa harus memikirkan apa yang harus dimakan besok. 


Lebih dari 25 juta penduduk Indonesia, hidup di bawah garis kemiskinan. Total 69% penduduk Indonesia hidup dalam kategori menengah ke bawah. Menengah ke atas, hanya 22%. Sedangkan sekelompok elit tidak sampai 2%. Bagaimana mereka mau memikirkan, mendiskusikan, atau membicarakan ide-ide baru dari sebuah karya sastra, atau sebuah karya seni, kalau masih harus memikirkan besok makan apa?


Bukankah Sastra, Film dan Musik Banyak yang Populer?


Pertanyaan ini saya dapatkan ketika memaparkan data asli di atas. Bukankah ada banyak penulis yang sukses, pemusik yang kaya, dan sineas yang berhasil?


Mohon maaf sebelumnya, bisakah Anda tuliskan nama-nama penulis yang populer, film yang banyak penonton, dan musik yang banyak pengemarnya itu?


Apakah ada karya yang mendorong seseorang menjadi berpikir avant-garde, memulai sebuah perubahan, atau minimal mengubah pemikirannya terhadap realita? Jawabannya, tidak.

Pertunjukan Ruwat Bumi: Endapan Ingatan
Pertunjukan Ruwat Bumi: Endapan Ingatan

Novel yang best seller adalah karya-karya pop dari Tere Liye, Asma Nadia, dan tulisan yang pop lainnya. Musik yang dikenal juga musik yang "relate" untuk menikmati kesedihan, atau mungkin berjoget riang. Film seperti "Agak Laen" adalah tipe film yang akan menjadi pemuncak deretan film terlaris. 


Kenapa? Karena memang (baru) di level itu karya yang bisa dinikmati lebih banyak orang di Indonesia. Apakah nama-nama pemenang nobel literatur misalnya, akan laku keras seperti Tere Liye di Indonesia? Apakah akan lebih banyak pendengar Yanni, ketimbang Mahalini? Apakah film pemenang Citra tahun ini jumlah penontonnya melampaui Agak Laen? 


Bisa saja, bila studi seni jauh lebih digalakkan, maka standar "selera" seni juga meningkat. Kenapa, karena penerimaan sebuah karya (persepsi estetis) akan meningkat, maka pengalaman apriori dari penikmat seni juga meningkat. Karena itu, kualitas dari pengkarya juga akan terus meningkat, karena tahu kualitas persepsi estetis dari penikmatnya terus meningkat.


Saat ini, secara sosiokultural, juga secara ekonomi, masyarakat Indonesia masih belum bisa menerima jurusan seni. Tapi, masih ada beberapa lowongan pekerjaan yang ditujukan untuk alumnus jurusan seni, kok. Jadi, kalau yang Anda pikirkan adalah bekerja setelah tamat kuliah, lowongan untuk jurusan seni tetap ada, meski sedikit. Tapi, kalau yang Anda pikirkan adalah untuk menjadi seorang yang berpikir kritis, menyelami manusia, berpikir di luar kesepakatan yang berlaku, menalar realita, berimajinasi, lalu mewujudkan semua hasil tersebut dalam sebuah karya seni untuk menggugah dan mengubah orang lain, maka jangan ragu untuk tetap mengambil jurusan seni.

Ads