Advertisement
Karya bertajuk "Wanita Duduk" tahun 2013 karya Ichwan Noor dipamerkan di Bazaar Art Jakarta 2013. |
Oleh: Adhyra Irianto
Apa sebenarnya tujuan dari adanya seni? Setidaknya, ketika Anda mempertanyakan ini pada guru, atau dosen Anda, maka Anda akan mendapatkan jawaban "template" seperti ini:
- Tujuan seni adalah untuk menjadi media ekspresi emosi, pikiran, dan ide seorang seniman. Maka, bisa disimpulkan bahwa tujuan seni adalah sebagai sebuah "ekspresi".
- Tujuan seni lainnya adalah untuk memberikan keindahan dan tentunya "kebahagiaan" sehingga seseorang (pemirsa) bisa mendapatkan sebuah pengalaman keindahan. Dari pernyataan ini, bisa disimpulkan bahwa tujuan seni adalah sebagai sebuah "pengalaman estetis".
- Dari beberapa buku pelajaran anak sekolah, didapatkan juga tujuan seni yakni untuk mencerminkan nilai, kepercayaan, hingga budaya. Maka, seni bisa melestarikan sejarah, tradisi, budaya, dan menjadi catatan sejarah. Sepertinya, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (dari sejak masih bergabung dengan Kementerian Pendidikan) memiliki definisi ini tentang tujuan seni.
- Beberapa seniman juga menggunakan seni sebagai media mereka menentang sebuah norma, memancing pemikiran dan dialektika, serta kritik sosial. Maka, seni juga memiliki tujuan sebagai "komentar atau respon sosial".
- Belum cukup sampai di situ, dalam era teknologi seperti saat ini, seni juga memengaruhi trend terbaru, teknologi, desain, sampai pemecahan masalah sosial. Maka, seni juga memiliki tujuan sebagai inovasi, dan inspirasi.
- Di bangku kuliah seni, utamanya tingkat pascasarjana, ada lagi tujuan dari seni yakni sebagai pendorong kontemplasi, pemancing pemikiran kritis, memprovokasi pemirsanya untuk mempertanyakan ulang nilai, moralitas, kondisi sosial, dan sebagainya. Maka, seni hadir dengan melibatkan intelektualitas. Itu berarti, tujuan seni adalah untuk mengakomodir pemikiran intelektual dalam sebuah karya.
- Sedangkan di tempat-tempat tertentu, seni digunakan untuk mengobati atau penyembuhan, utamanya untuk sakit "psikologis". Itu berarti, seni memiliki tujuan terapeutik untuk penyembuhan emosional.
Namun, itu hanya jawaban "mayoritas" dari lebih banyak jawaban lain tentang apa tujuan seni. Bila Anda mencari lebih banyak seniman dan pemikir hebat di bidang seni, Anda akan mendapatkan lebih banyak interpretasi atas pertanyaan simpel tersebut. Maka, kali ini, penulis akan coba merangkum semua jawaban menjadi sebuah jawaban yang lebih sederhana.
Bila Anda mencari di Google atau mungkin bertanya pada ChatGPT, maka Anda akan mendapatkan jawaban template seperti di atas. Tapi, apakah benar seni "hanya" bertujuan seperti di atas?
Sebuah Sintesa: Benang Merah
Mari mulai merumuskan jawaban ini dengan mengutip sejumlah jawaban dari seniman dan pemikir hebat dunia. Kita ambil secara random, dari era Yunani antik, sampai era post modern.
- Aristoteles (384 SM - 322 SM) filsuf Yunani kuno, mengatakan tujuan seni adalah untuk merepresentasikan makna batin, bukan (hanya) penampilan luar.
- Jean Anouilh (1910-1987) penulis drama asal Prancis mengatakan tujuan seni adalah memberi bentuk pada kehidupan.
- Bob Dylan (1941 - ...) musisi dan penulis lagu asal Inggris, menyebut bahwa tujuan tertinggi seni adalah untuk menginspirasi orang lain. Sebab, seni menurutnya adalah gerakan ilusi yang terus bergerak.
- Glenn Gould (1932-1982) pianis klasik asal Kanada menyebut bahwa seni ditujukan untuk membangun manusia secara bertahap dalam ketenangan dan kekaguman, sampai seumur hidup.
- Andrew 'Andy' Hamilton (1954 - ...) aktor dan komedian asal Inggris, menyebut tujuan seni adalah mengatakan hal yang terbaik dengan sedikit kata-kata.
- Morris Graves (1910 - 2001) pelukis asal Amerika menyebut tujuan seni adalah untuk meditasi; beristirahat dari dunia luar yang berisik, lalu membuat notasi dari esensi kehidupan, yang akan memperkuat kemampuan melihat (mata) batin manusia.
- Keith Harring (1958 - 1990) pelukis gravity dari Amerika, justru menyebut tujuan terbaik dari seni adalah ketika tidak punya alasan untuk membuat karya seni. Maka, ketika Anda membuat karya seni tanpa tujuan apapun, karya yang monumental akan terlahir.
Sebenarnya masih banyak lagi yang coba diambil kutipan-kutipan terkait "Tujuan Seni" dari para seniman lainnya. Kutipan ini diambil secara acak sebagai sampel, untuk pengambilan kesimpulan. Para seniman di atas adalah seniman dengan perspektif yang berbeda, disiplin seni yang beda, serta nyaris tidak saling bertemu secara intens satu sama lainnya.
Mari kita coba simpulkan dari apa yang mereka (para seniman dan pemikir hebat di atas) pikirkan tentang tujuan seni. Ada banyak interpretasi tentang tujuan seni, tapi bisa Anda lihat ada "alur" yang menarik dari pemikiran mereka.
Yah, semangat zaman!
Bisa dilihat semangat zaman tergambar dari tujuan mereka membuat sebuah karya seni. Awal-awalnya, para seniman terus berpikir bahwa dunia adalah sebuah kamuflase besar, di mana nilai-nilai ditentukan oleh sekelompok orang, disepakati oleh mayoritas. Ada kebenaran dan hal yang lebih mendalam, namun kabur untuk dilihat secara langsung. Seni hadir untuk membuka tabir kamuflase tersebut, membuka mata batin pemirsanya, melihat kehidupan yang sebenarnya. Era ini adalah era di mana pencarian terhadap esensi dan "definisi" dari kehidupan menjadi sebuah semangat zaman.
Kemudian, tujuan seni perlahan bergerak dari "makrocosmos" menjadi "mikrocosmos". Dari kehidupan sosial, menjadi kehidupan pribadi. Tujuan seni bergeser menjadi cara untuk mengangkat semangat hidup, meningkatkan nilai hidup seseorang, mendapatkan pengalaman hidup, dan seterusnya. Pergeseran ini dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, yang chaos dan kacau karena perang. Kehilangan arah, hilangnya makna kehidupan, dan krisis eksistensial menjadi pencarian yang paling mendominasi di era ini.
Lalu, masuk ke era teknologi, para senimannya mulai meyakini bahwa seni itu adalah tujuan itu sendiri. Yah, tujuan dari seni itu adalah seni itu sendiri. Maka, seniman akan membenarkan apa yang ia pikirkan, atau memuaskan dirinya dengan membuat sebuah karya, atau memvalidasi dirinya dengan sebuah karya.
Sampai pada era hari ini, setiap seniman mencoba untuk memperkaya pandangan atau persepsi dunia. Semuanya berasal dari visi pribadi, diterjemahkan ke sebuah karya yang bisa diapresiasi seseorang. Maka, pandangan-pandangan pribadi ini menjelma menjadi tambahan kekayaan dan keragaman persepsi di era yang serba cepat ini.
Apa yang bisa disimpulkan dari tulisan pendik ini? Yah, seni adalah semangat zaman. Anda akan mendengarkan lagu-lagu pemberontakan pada penguasa di era 1990-an, tapi akan mendengarkan lagu pertanyaan tentang diri sendiri di era 2000-an. Lalu, kegalauan dan kebingungan menghadapi kehidupan menjadi tema lagu-lagu yang hadir di dekade terakhir.
Semua mencerminkan semangat zaman, semangat senimannya, serta semangat pemirsanya. Apakah itu terkesan sangat subjektif? Mungkin, iya. Tapi, bisa terlihat jelas polanya.
Pertanyaan mendasar seperti apa tujuan seni, mungkin terkesan personal dan subjektif ketika Anda bertanya ke seorang individu. Tapi, ketika Anda mempertanyakan pada komunal, di era yang sama, maka akan terlihat jelas benang merahnya.