Advertisement
Oleh Zackir L Makmur
Budaya Indonesia adalah cerminan dari keragaman yang kaya, menggambarkan identitas dan sejarah yang telah terjalin selama berabad-abad. Namun, salah satu masalah utama yang dihadapi budaya di Indonesia adalah kurangnya apresiasi dari pemerintah terhadap para pelaku budaya.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa budaya bukan hanya sekedar warisan yang perlu dilestarikan, tetapi juga merupakan aset yang dapat berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi bangsa.
Pemerintah, sebelum dibentuknya Kementerian Kebudayaan, sebagai pengambil kebijakan, memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan dan mendukung budaya, tetapi sayangnya, perhatian yang diberikan selama ini sering kali tidak memadai.
Kurangnya Apresiasi Pemerintah Terhadap Budaya
Salah satu aspek yang paling mencolok dari kurangnya apresiasi ini adalah minimnya anggaran yang dialokasikan untuk program-program pelestarian budaya. Anggaran yang terbatas mengakibatkan banyak inisiatif pelestarian budaya, baik yang berskala besar maupun kecil, tidak dapat berjalan dengan optimal.
Bersamaan dari itu pelaku budaya, yang sering kali bekerja keras untuk melestarikan tradisi dan warisan lokal, sering kali menghadapi tantangan finansial yang signifikan. Tanpa dukungan dana yang memadai, mereka kesulitan untuk mengadakan acara budaya, melatih generasi muda, atau bahkan sekadar mempertahankan keberlanjutan praktik budaya mereka.
Ketidakcukupan dana untuk pelestarian budaya, mengakibatkan minimnya program-program edukasi yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya budaya. Padahal pendidikan dan pemahaman akan nilai-nilai budaya sangat diperlukan agar generasi mendatang dapat menghargai dan melestarikan warisan nenek moyang mereka.
Tanpa dukungan pemerintah dalam bentuk kurikulum yang memasukkan pelajaran budaya, banyak anak muda yang mungkin tidak mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang identitas budaya mereka. Ini berpotensi menciptakan generasi yang kurang peduli terhadap warisan budaya, yang pada gilirannya dapat menyebabkan hilangnya tradisi yang telah ada selama berabad-abad.
Kondisi ini juga menciptakan kesenjangan antara budaya yang lebih populer dan yang lebih tradisional. Dalam banyak kasus, budaya pop atau budaya yang lebih komersial, mendapatkan perhatian dan dukungan yang lebih besar dibandingkan dengan budaya lokal yang mungkin tidak sepopuler itu.
Hal ini membuat pelaku budaya lokal merasa terpinggirkan dan kurang dihargai. Ketidakadilan ini tidak hanya berdampak pada pelaku budaya tetapi juga berpotensi merusak keragaman budaya yang ada di Indonesia. Ketika perhatian pemerintah lebih terfokus pada budaya yang lebih komersial, warisan budaya yang lebih tradisional dapat tersisih dan akhirnya terlupakan.
Lebih dalam lagi, kurangnya apresiasi terhadap pelaku budaya dapat menghambat potensi ekonomi dari sektor budaya itu sendiri. Budaya memiliki potensi untuk menjadi daya tarik wisata yang signifikan, yang dapat mendatangkan pendapatan dan lapangan kerja bagi masyarakat.
Namun, tanpa dukungan dari pemerintah dalam hal promosi dan pengembangan infrastruktur budaya, potensi ini tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Masyarakat lokal yang bergantung pada kegiatan budaya untuk kehidupan mereka mungkin terpaksa mencari alternatif lain, yang tidak hanya mengancam keberlanjutan praktik budaya tetapi juga berpotensi memperburuk kondisi ekonomi mereka.
Dalam menghadapi tantangan ini, sangat penting bagi pemerintah untuk mengambil langkah konkret untuk meningkatkan apresiasi terhadap budaya. Hal ini termasuk meningkatkan alokasi anggaran untuk program pelestarian budaya, memberikan dukungan finansial kepada pelaku budaya, serta mengintegrasikan pendidikan budaya dalam kurikulum sekolah.
Regenerasi Budaya Masa Depan Indonesia
Regenerasi budaya merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi Indonesia saat ini. Negara dengan keragaman budaya yang kaya ini menyimpan warisan berharga yang telah ada sejak berabad-abad lalu. Namun, untuk memastikan bahwa budaya tersebut tetap hidup dan berkembang, diperlukan keterlibatan aktif dari generasi muda.
Sayangnya, dalam perkembangan zaman yang semakin modern dan global, banyak generasi muda Indonesia yang mulai menjauh dari budaya tradisional mereka. Hal ini menjadi tantangan besar bagi upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokal di Indonesia. Salah satu penyebab utama dari menjauhnya generasi muda dari budaya tradisional adalah pengaruh budaya asing yang semakin mendominasi, terutama budaya pop dari negara-negara Barat dan Korea.
Media sosial dan internet, meskipun memberikan platform untuk memperkenalkan budaya lokal, juga berkontribusi pada penyebaran budaya asing yang lebih mudah diakses dan terlihat lebih modern. Kecenderungan ini menciptakan kesenjangan antara nilai-nilai budaya tradisional dan minat generasi muda.
Selain itu, kurangnya edukasi tentang pentingnya budaya lokal dalam kurikulum sekolah juga menjadi faktor yang berkontribusi pada fenomena ini. Banyak pelajar yang tidak mendapatkan pemahaman yang cukup tentang nilai-nilai budaya mereka, sehingga tidak merasa memiliki keterikatan emosional terhadap warisan budaya tersebut.
Tanpa pengetahuan dan apresiasi yang memadai, generasi muda sulit untuk merasakan pentingnya melestarikan dan meneruskan budaya tradisional yang ada. Hal ini berpotensi menciptakan generasi yang tidak hanya kurang memahami warisan budaya mereka, tetapi juga kehilangan identitas mereka sebagai bagian dari masyarakat Indonesia.
Regenerasi budaya juga menjadi tantangan di tingkat komunitas. Banyak pelaku budaya, seperti seniman dan budayawan, berjuang untuk mendapatkan dukungan dan pengakuan dari masyarakat serta pemerintah. Tanpa adanya dukungan, mereka akan kesulitan untuk menjalankan program-program yang bertujuan untuk memperkenalkan budaya tradisional kepada generasi muda.
Di sisi lain, generasi muda juga perlu diberikan ruang untuk berpartisipasi dalam pelestarian budaya dengan cara yang mereka anggap relevan dan menarik. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan program-program yang menggabungkan unsur-unsur budaya tradisional dengan pendekatan modern, yang sesuai dengan minat generasi muda.
Upaya untuk mengatasi masalah regenerasi budaya ini memerlukan kolaborasi antara Kementerian Kebudayaan, masyarakat, dan sektor swasta. Kementerian Kebudayaan dapat berperan aktif dalam menciptakan kebijakan yang mendukung pelestarian budaya, termasuk penyediaan dana untuk program-program pelestarian, penyelenggaraan festival budaya, dan pengintegrasian pelajaran budaya dalam kurikulum pendidikan.
Selain itu, keterlibatan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian budaya juga sangat penting. Dengan menciptakan kesempatan bagi generasi muda untuk terlibat langsung dalam praktik budaya, mereka akan lebih menghargai dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Meskipun tantangan regenerasi budaya sangat besar, namun ada harapan untuk masa depan budaya Indonesia. Beberapa inisiatif lokal yang berhasil, seperti program pertukaran budaya, festival seni, dan pelatihan keterampilan tradisional, menunjukkan bahwa generasi muda masih memiliki ketertarikan terhadap budaya mereka jika diberikan kesempatan yang tepat.
Oleh karena itu, penting untuk terus mendorong upaya regenerasi yang sistematis dan berkelanjutan, agar budaya tradisional Indonesia tidak hanya dilestarikan, tetapi juga dapat beradaptasi dan berkembang sesuai dengan dinamika zaman.
Maka dalam menghadapi era globalisasi, regenerasi budaya harus menjadi prioritas bagi semua pihak. Budaya adalah identitas dan jiwa suatu bangsa, yang harus dijaga dan diperjuangkan. Jika tidak ada upaya yang konkret untuk melibatkan generasi muda dalam pelestarian budaya, ada resiko besar bahwa warisan budaya Indonesia yang kaya akan punah.
Menumbuhkan Rasa Memiliki Budaya
Salah satu tantangan serius dalam pelestarian budaya lokal di Indonesia, adalah kurangnya rasa memiliki di kalangan masyarakat. Ketika masyarakat tidak merasakan kebanggaan, atau tanggung jawab, terhadap budaya yang ada di sekitar mereka, pelestarian budaya seringkali dianggap remeh.
Ketidakpedulian ini menciptakan kondisi di mana budaya lokal yang seharusnya dipertahankan justru menjadi rentan terhadap pengabaian. Dalam konteks ini, penting untuk menggali lebih dalam mengapa rasa memiliki terhadap budaya lokal sangat diperlukan, serta dampak negatif yang timbul akibat kurangnya rasa tersebut.
Kurangnya rasa memiliki terhadap budaya lokal sering kali berakar dari ketidakpahaman tentang nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tersebut. Masyarakat yang tidak diajarkan mengenai sejarah, makna, dan pentingnya budaya lokal cenderung melihatnya sebagai hal yang kurang relevan.
Telisiklah dari sini terhadap generasi muda yang terpapar budaya asing melalui media sosial dan hiburan modern, mungkin menganggap budaya lokal sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman. Kesenjangan antara generasi yang lebih tua –yang mungkin masih memegang tradisi— dan generasi muda yang lebih terbuka terhadap budaya luar, menciptakan tantangan tersendiri.
Jika generasi muda tidak memahami warisan budaya yang dimiliki, mereka tidak akan merasa perlu untuk melestarikannya. Akibat dari kurangnya rasa bangga dan tanggung jawab terhadap budaya lokal, sangat jelas terlihat dalam beberapa kasus klaim budaya oleh negara lain.
Indonesia telah mengalami berbagai insiden di mana budaya-budaya lokalnya, seperti batik dan lagu-lagu tradisional, diklaim sebagai warisan negara lain. Klaim-klaim ini mencerminkan betapa pentingnya melestarikan budaya lokal dengan cara yang efektif dan menunjukkan betapa rentannya budaya tersebut ketika masyarakatnya tidak memiliki rasa memiliki.
Dalam konteks global, di mana identitas budaya sering kali diperebutkan, pelestarian budaya lokal harus menjadi perhatian utama agar tidak hanya diakui secara sah, tetapi juga dihargai di tingkat internasional.
Menumbuhkan rasa memiliki terhadap budaya lokal memerlukan upaya sistematis dari kepemimpinan Kementerian Kebudayaan terhadap ajakanan dari berbagai pihak. Pendidikan adalah salah satu alat utama untuk mencapai tujuan ini.
Dengan mengintegrasikan kurikulum yang mengajarkan nilai-nilai budaya, sejarah, dan tradisi lokal, generasi muda dapat diberikan pemahaman yang mendalam tentang identitas mereka. Kegiatan-kegiatan seperti festival budaya, pertunjukan seni lokal, dan pelatihan keterampilan tradisional dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan dan menguatkan rasa bangga terhadap warisan budaya.
Selain pendidikan, dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan lembaga budaya juga sangat penting. Kebijakan yang mendorong pelestarian budaya, seperti pemberian dana untuk program-program budaya, dukungan terhadap seniman lokal, dan promosi budaya dalam sektor pariwisata, dapat memberikan insentif bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap budaya mereka.
Ketika masyarakat melihat bahwa pelestarian budaya dihargai dan didukung oleh pemerintah, mereka akan lebih cenderung untuk berkontribusi dalam upaya tersebut.
Membangun Konsep Pelestarian Budaya
Pelestarian budaya di Indonesia merupakan suatu kebutuhan mendesak, untuk menjaga kekayaan warisan budaya yang telah ada sejak lama. Namun, salah satu tantangan yang signifikan dalam usaha ini adalah konsep pelestarian budaya yang kurang tepat.
Pelestarian budaya seringkali dipandang sebagai upaya yang sekadar mempertahankan tradisi melalui seremonial, tanpa memahami perlunya strategi yang efektif dan adaptif terhadap perubahan zaman. Dalam era globalisasi dan digitalisasi ini, penting untuk menggali lebih dalam mengenai bagaimana konsep pelestarian budaya dapat diubah agar lebih relevan dan menjangkau seluruh elemen masyarakat.
Pertama-tama, harus dipahami bahwa pelestarian budaya tidak cukup hanya dengan melakukan ritual atau acara adat secara rutin. Meskipun acara-acara tersebut penting untuk menjaga identitas budaya, mereka harus disertai dengan pendekatan yang lebih komprehensif.
Dari itu pemanfaatan teknologi dan platform digital dalam mendokumentasikan, dan menyebarluaskan budaya lokal, dapat menjadi salah satu cara efektif untuk menarik perhatian generasi muda. Di era di mana teknologi informasi berkembang pesat, budaya lokal harus bisa bersaing dengan berbagai bentuk hiburan dan informasi yang tersedia secara online. Dengan mengadaptasi konten budaya ke dalam bentuk digital, seperti video, aplikasi, atau media sosial, pelestarian budaya dapat lebih mudah diakses dan diminati oleh generasi muda yang lebih familiar dengan teknologi.
Namun, sayangnya, banyak upaya pelestarian yang masih bersifat formal dan tidak melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat luas. Pendekatan yang terlalu kaku, dan terpusat, dapat mengakibatkan kurangnya keterlibatan masyarakat dalam proses pelestarian budaya.
Untuk mengatasi hal ini, harus ada inovasi dalam konsep pelestarian yang melibatkan kolaborasi antara Kementerian Kebudayaan, organisasi non-pemerintah, dan komunitas lokal. Misalnya, mengadakan workshop, pelatihan, atau festival yang mengajak masyarakat untuk terlibat langsung dalam praktik budaya mereka, ini agar dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap warisan budaya.
Di samping itu, pendidikan juga memegang peranan penting dalam mengubah cara pandang masyarakat terhadap pelestarian budaya. Kurikulum yang mengedepankan nilai-nilai budaya lokal dan menjelaskan pentingnya pelestarian budaya seharusnya diterapkan di sekolah-sekolah.
Dengan mengenalkan siswa kepada kekayaan budaya mereka sejak dini, diharapkan mereka akan tumbuh dengan rasa bangga dan tanggung jawab untuk melestarikan budaya tersebut. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada seni, tari, dan tradisi lokal, sekolah-sekolah dapat menjadi wadah yang efektif untuk menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal.
Konsep pelestarian budaya yang lebih adaptif dan inovatif juga dapat dilihat dari bagaimana budaya lokal dapat diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Misalnya, merancang produk lokal yang mengedepankan unsur budaya, seperti kerajinan tangan atau kuliner tradisional yang dikemas dengan cara modern –jelas ini dapat membuat budaya lokal tetap relevan di mata masyarakat.
Ketika masyarakat melihat dan merasakan langsung manfaat dari pelestarian budaya dalam kehidupan sehari-hari mereka, rasa memiliki dan kebanggaan terhadap budaya tersebut akan semakin meningkat.
Maka dalam menghadapi tantangan globalisasi yang terus berubah, penting untuk menyadari bahwa pelestarian budaya bukanlah usaha yang bersifat statis. Tanpa adanya inovasi dan strategi yang tepat, budaya lokal berpotensi semakin tergerus oleh arus modernisasi.
Oleh karena itu, dengan membangun konsep pelestarian budaya yang lebih adaptif, inklusif, dan inovatif, kita dapat menjaga kekayaan budaya Indonesia agar tetap hidup dan berkembang, sekaligus menjawab tantangan zaman yang terus berubah. Ini adalah tanggung jawab bersama yang memerlukan komitmen dari semua pihak—pemerintah, masyarakat, dan generasi muda—agar warisan budaya Indonesia tetap terjaga dan dihargai.***
* Zackir L Makmur, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan, Anggota Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL), aktif di IKAL Strategic Center (ISC), dan penulis buku Manusia Dibedakan Demi Politik (2020)