Membaca Kembali Urgensi Ruang Apresiasi Teater Pasca Inkubasi -->
close
Pojok Seni
13 October 2024, 10/13/2024 10:32:00 AM WIB
Terbaru 2024-10-13T03:32:31Z
Artikel

Membaca Kembali Urgensi Ruang Apresiasi Teater Pasca Inkubasi

Advertisement
Peran seni teater
PAT 2024, sumber foto: Jurnalpost.com

Pojok Seni/Padangpanjang - Pekan Apresiasi Teater (PAT) 7 kembali dihadirkan setelah vakum selama 9 tahun. Perhelatan ini diadakan selama 3 hari pada tanggal 10-12 Oktober 2024 bertempat di Jurusan Seni Teater Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Kegiatan ini tidak hanya menyajikan atraksi pertunjukan, namun juga seminar yang membahas tentang “Teater pasca inkubasi.” Narasumber yang dihadirkan pada kesempatan kali ini merupakan para pegiat seni diantaranya Hasan yang merupakan perwakilan dari Dewan Kesenian Palembang, lalu ada Mahatma Muhammad, seorang pegiat seni dari Komunitas Seni nan Tumpah, serta narasumber terakhir yang juga merupakan dosen di jurusan teater institut seni indonesia padangpanjang. 


Pembahasan materi pada seminar kali ini cukup menarik dimana para narasumber membahas tentang bagaimana teater setelah masa inkubasi. Istilah inkubasi mulai dikenal pada tahun 2015 pada saat industri kreatif mulai berkembang. Inkubasi memiliki beberapa tafsiran dalam berbagai bidang keilmuan. Dalam ilmu biologi, inkubasi merupakan proses pemeliharaan mikroorganisme dengan tujuan untuk mendukung pertumbuhan atau perkembangan mikroorganisme. Dalam dunia bisnis inkubasi adalah proses pembinaan usaha kecil dan pengembangan produk baru yang dilakukan oleh inkubator bisnis. Kita dapat menyimpulkan bahwa inkubasi dalam teater adalah salah satu upaya menyadari dan melihat bagaimana kita menyadari hal-hal internal dalam diri teater. 


Teater pasca inkubasi tentu harus melewati tantangan seperti minimnya ruang apresiasi, biaya sewa gedung yang tinggi, serta persaingan dengan hiburan modern seperti film bioskop  serta platform digital. Hasan menuturkan bahwa pasca inkubasi, teater kekurangan ruang diskusi untuk membahas keberlanjutan seni teater. Pada saat ini para pegiat teater harus bisa memikirkan strategiagar ruang dialektika terus tercipta, diantaranya  membangun kolaborasi dengan komunitas-komunitas seni yang ada, membangun ruang diskusi dengan seniman-seniman underground, mengoptimalikan penggunaan ruang publik seperti kafe, taman, galeri dan tempat lainnya sebagai panggung pertunjukan. Media online atau platform digital juga dapat dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan komunikasi untuk membincangkan hal-hal seputar teater.


Dalam materi yang disampaikan oleh Wendy HS, ia mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 menggiring kita pada pemahaman baru tentang teater. Pembatasan sosisalisasi membuat kita akrab dengan media online. Media sosial membuat pernyebaran informasi menjadi lebih masif. Di masa pandemi kita bisa melihat keadaan dimana praktek teater yang merupakan kerja kolektif dilarang diadakan di ruang publik, maka terciptalah ruang diskusi juga pertunjukan di platform online. Teater tidak hanya berbicara seputar sutradara, aktor, maupun artistik saja, lebih dari itu, teater sebenarnya juga belajar kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari kita sadari kita sudah berteater, contohnya saja saat menciptakan ruang diskusi, teater bisa hadir pada saat itu.


Mahatma Muhammad juga menuturkan dalam penyampaiannya bahwa Teater Indonesia, khususnya di Sumatera Barat, mengalami tantangan serius pasca pandemi COVID-19. Ia menyatakan bahwa selama pandemi teater memasuki masa inkubasi. Dalam makalahnya yang berjudul “Teater Pasca Inkubasi:Antara Rancang Laku, Krisis Ruang, dan Pergeseran Selera” ia menyatakan bahwa pandemi telah mengubah cara kita dalam menikmati seni; penonton kini terbiasa dengan konten digital yang instan dan interaktif. Hal ini dapat dibenarkan, pasalnya segala kegiatan kesenian yang melibatkan interaksi sosial dalam ruang publik sangat dibatasi, akibatnya kita harus memikirkan cara lain untuk terus berkreasi.


Kegiatan ini membawa kita untuk merenungkan kembali nasib teater Indonesia khususnya di Sumatera Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh audiens dari berbagai kalangan yaitu mahasiswa, dosen, guru SLTA, alumni, serta pegiat seni lainnya. Diskusi berjalan seru dengan adanya tanggapan juga pertanyaan seputar teater dari para audiens. salah satu pertanyaan yang menarik adalah bagaimana menentukan target pasar saat berteater di platform digital. Hal ini ditanggapi oleh narasumber dimana ia mengatakan kita tidak perlu mencari pasar untuk pertunjukan kita, tapi kita bisa menciptakan pasar sendiri untuk mempertunjukkan hasil karya kita.  

Ads