Advertisement
Rachman Sabur |
Pojok Seni/Padangpanjang - Pekan Apresiasi Teater 7 kembali berlanjut di hari kedua, Jum’at (11/10/2024). Pagelaran dimulai dengan sesi Diskusi dan berbagi mengenai pengalaman bersama bapak Rachman Sabur yang memiliki kelompok tersendiri di Kota Bandung yakninya, Payung Hitam.
Sesi diawali dengan perkenalan singkat oleh bapak Rachman berlanjut dengan obrolan berbagi pengalaman bersama peserta sesi. Dalam obrolan bapak Rachman beerbagi kehidupannya dahulu semasa berkuliah yang mana tidak mengambil teater dahulunya namun ranah tari. Pengalaman itupun menambah keterbukaan pada dirinya sendiri untuk lebih mengenal kediriannya.
Beliau sendiri bercerita bahwa dengan mengenal kedirian, tidaklah harus dalam lingkup kecil pengetahuan dan inilah jalan yang mempertemukan dirinya dengan teater. Dalam mengenal teater beliau mengenal berbagai seluk-beluknya baik itu Teater Barat yang mana sebagai asal usul teater sendiir yang diketahui publik namun juga Teater ‘ketimuran’ yang berada dekat dengan diri kita sehari-hari. Yang sama-sama kita ketahui teater tradisi, teater bangsawan diranah minang jugalah termasuk ranah Teater ‘ketimuran’.
Melihat sisi tradisi, kebdayaan di daerah sekitar membuka kembali pandangan beliau dalam melihat teater dalam cakupan luas. Bapak Rachman sendiri mengatakan bahwa memang pembelajaran mengenai teater barat juga harus dipupuk, namun pengenalan akan teater timur, kebudayaan kita sendiri juga harus dielstarikan. Diteruskan pula oleh beliau dimana perihal ini membuka pandangan terhadap wawasan mengenai kedirian, ketubuhan, diri sendiri lebih dalam walau tak pernah berakhir.
Penganalan diri harus dikerjakan secara konkret atau dengan kerja nyata dilapangan, baik itu proses latihan, kehidupan sehari-hari yang menyangkut akan tubuh dan juga dilakukan dengan mengenal alam sekitar. Bapak Rachman dalam sesi ini berbagi mengenai pengenalan dirinya terhadap sensasi, intuisi, rasa atau karsa dirinya sendiri dengan turut ikut andil dalam berinteraksi dengan alam, manusia-manusia sekitar dan juga bisa dalam ranah kuliner karena beliau menyampaikan bahwa kuliner itu terkait dengan rasa pribadi yang mana hanya dikenal dan dijelajahi diri sendiri.
Kenangan nyata, pengalaman konkret yang terjadi haruslah terus diingat diri sendiri baik dalam tubuh, pikiran maupun rasa. Dalam sesi ini beliau berbagi mengenai dirinya yang telah hidup dalam dunia teater disegala lini, aktor, sutradara, penata artistik dan penulis naskah. Dalam perbincang beliau menyatakan bahwa dengan menjadi penulis, ia dapat ‘merekam’ segala pengalaman kediriannya yang bisa selalu ia kenang, ia perbaiki dan bahkan menjadi inspirasi dirinya menciptakan naskah dan pertunjukan bergaya baru.
Pengalaman menulis menciptakan renungan kebaruan dalam diri beliau, sebab memancing dirnya menangkap masalah yang belum tertangkap. Dan beliau berucap bahwaa memang itu adalah suatu hal baru yang perlu dieksekusi namun diperlukan semacam penyaring untuk menjaga, menciptakan seuatu karya baru, dekat dan merupakan ungkapan diri sendiri.
Pengalaman-pengalaman itu adalah sarana rahasia beliau dalam penjalajahan diri. Karena beliau berbagi bahwa tanpa sebuah proses pencarian akan seperti apa tubuh kita belum bisa tercapai. Tubuh perlu dikenal dengan cara terus berkelana, terus mewujudkan sesuatu dalam wujud nyata untuk dapat menemukan kedirian yang ingin dicari itu.
Setiap diri punya sedikit perbedaan satu sama lain. Ada yang ingin namun sedikit malas, ada yang malas tetapi bersikukuh. Bapak Rachman menyampaikan bahwa diri sendri adalah tiang dari pencarian sebab orang lain tidak akan tahu secara persis apa yang diri kita cari, apa yang diri kita inginkan dan apa yang menjadi kesulitan diri kita. Sebab itu, kepekaan diri, dan inisiatif diri untuk bersikeras terhadap keinginan akan capain diri diperlukan.
Tidak perlu cemas akan kesalahan, kegagalan yang mungkin saja nanti ditemui, karena itu akan menjadi unsur pembentuk, pendukung dalam capaian kita sendiri. Karena itu, berkelanalah ke segala arah, dimanapun itu. Wilayah atapun ranah lain akan memberikan pertolongan sendiri terhadap ide-ide kebaharuan yang perlu untuk diciptakan.
Keseimbangan antara beberapa hal akan meciptakan semacam harmoni yang dapat mwnyatukan segala hal. Beliau juga menyampaikan hal yang demikian, dalam pembicaraannya beliau menyampaikan bahwa merupakan suatu fakta bahwa kita punya rasa, intuisi, pikiran, budaya sekitar maupun budaya luar. Kendati demikian tidak perlulah berpihak pada satu bidang namun seimbangkan segala bidang. Sebab dalam pencarian ketubuhan diperlukan keseimbangan yang akan menjadi jalan kepada penganalan diri.
Pembiaran diri dalam hanyut akan sekitar, baik itu budaya, alam, manusia maupun apresiasi akan apapun. Dikarenakan berbagai hal memiliki ide-ide, pemikiran-pemikiran tersendiri yang tidak terpikirkan oleh orang lain yang bisa menghadirkan semacam penyadaran akan masalah-masalah, identitas diri yang belum tergali disamping pencarian bentuk baru dalam ranah seni.
Tersulah mencari, teruslah menggali. Akan tiba saatnya kita menemukan semacam harta karun ataupun keajaiban. Kegelisahan, permasalahan, segalau kekacauan akan bertemu pada satu titik temu yaitu kebaruan yang dapat menjadi sebuah terang dalam kegelapan.
Kesimpulan dari semua pembahasan bisa diambil penulis yakninya, anjuran untuk terus mengena, melakukan penyelaman terhadap diri. Dalam ranah teater maupun seni perlu semacam kebaruan, ide-ide, kesadaran-kesadaran baru yang dapat menciptakan suatu usulan terhadap permasalahan sosial maupun budaya. Ini tak hanya bermanfaat pada sekitar namun juga diri sendiri.
Sesi pagi itu berakhi dengan beberapa tanya jawab dengan peserta sesi dan ditutup pada pukul 11.45. Nantinya pagelaran Pekan Apresiasi Teater 7 akan berlanjut dengan seabuah Workshop dengan pemateri kelompok Teater dan Tari asal Rotterdam, Belanda yakni Maas Theater en Dans. Mari datang, saksikan dan ikuti bersama-sama. (Rifky Luthfi Ananda)