Membedah Keniscayaan Inovasi Musik Tradisi: Catatan Singkat dari Lokovasia 2024 -->
close
Pojok Seni
08 September 2024, 9/08/2024 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2024-09-08T01:00:00Z
ArtikelBudaya

Membedah Keniscayaan Inovasi Musik Tradisi: Catatan Singkat dari Lokovasia 2024

Advertisement

Oleh: Ambrosius M. Loho, S.Fils., M.Fil. 


Dalam beberapa refleksi sepekan ini, penulis merasa bahwa inovasi adalah sebuah keniscayaan. Terjadi demikian karena, kendati musik tradisi itu sungguh-sungguh berakar dari tradisi, namun inovasi tetap diperlukan.


Dalam gerak bersama untuk pemajuan kebudayaan, berinovasi sering dipahami tidak sebagaimana mestinya, terutama terkait tradisi yang diinovasikan, karena inovasi sering dianggap sebagai sebuah bentuk 'memodernkan' tradisi, atau mentransformasi bentuk dasar sebuah tradisi tertentu, sehingga tampak secara visual tradisi itu berubah.


Maka dari itu, kita perlu mendudukan pengertian inovasi untuk memberi fondasi yang kuat agar tradisi tidak hilang bersama inovasi itu. 


Inovasi sering disejajarkan dengan invention (penemuan) namun sesungguhnya apa yang membedakannya? Kata inovasi dan invensi secara semantik tumpang tindih, tetapi sebenarnya sangat berbeda. Invensi dapat merujuk pada penemuan, atau produk imajinasi apa pun. Pengertian invensi yang paling sering disalahartikan sebagai inovasi adalah sebuah perangkat, penemuan, atau proses yang dihasilkan setelah penelitian dan percobaan, penemuan yang dimaksud itu, biasanya sesuatu yang sebelumnya tidak pernah ada.  


Sedangkan, inovasi, pada bagiannya, dapat merujuk pada sesuatu yang baru atau perubahan yang dilakukan pada produk, ide, atau bidang yang sudah ada. Bisa dikatakan bahwa telepon pertama adalah sebuah penemuan, telepon seluler pertama adalah sebuah penemuan atau inovasi, dan ponsel pintar pertama adalah sebuah inovasi. (https://www.merriam-webster.com/dictionary/innovation).


Dalam dunia bisnis, beberapa penulis mengatakan bahwa inovasi terdiri dari penciptaan ide ide baru dan implementasinya ke dalam produk, proses atau layanan baru, yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi nasional yang dinamis dan peningkatan lapangan kerja serta penciptaan keuntungan murni bagi perusahaan bisnis yang inovatif. (Kogabayev, 2017). 


Berbanding lurus dengan itu, ada juga yang berpendapat bahwa inovasi adalah sebuah proses yang menggabungkan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, dan manajemen, yang bertujuan untuk mencapai hal yang baru dan meluas dari kemunculan ide hingga komersialisasinya dalam bentuk produksi, pertukaran, dan konsumsi. 




Kendati begitu, pada akhirnya definisi yang cukup memadai untuk dijadikan rujukan adalah bahwa inovasi itu adalah wujud dari penciptaan ide baru dan implementasinya ke dalam sebuah produk, atau juga proses, atau penciptaan sebuah keuntungan murni bagi sesuatu yang inovatif. 


Di sisi yang sama, inovasi tidak pernah merupakan fenomena satu kali, tetapi merupakan proses panjang dan kumulatif dari sejumlah besar proses, mulai dari fase generasi ide baru hingga tahap implementasinya. Ide baru mengacu pada persepsi tentang cara baru untuk memproduksi. Melalui proses implementasi, ide baru tersebut dikembangkan dan menjadi produk baru yang dapat dipasarkan.


Dalam kaitan dengan seni tradisi, bagaimana kita bisa memahami sebuah inovasi dalam musik tradisi, sementara kita harus tetap mempertahankan tradisi yang konon, dianggap tidak membawa dampak yang besar untuk sebuah impresi penikmat seni, pengamat dan pemerhati seni.


Sekurang-kurangnya dapat dipahami bahwa inovasi dalam seni merupakan sebuah praktik yang didasarkan pada penemuan. Penemuan adalah sebuah kreasi, atau secara harfiah berarti “mengarang, mengarang dengan imajinasi. Ini adalah kemampuan yang sangat penting bagi manusia, yang sangat diperlukan dalam seni. Namun demikian, inovasi pada dasarnya bukanlah sebuah bisnis. Inovasi adalah kreasi/imajinasi dan merupakan juga sebuah bentuk kemampuan atau kreativitas. Ini adalah aktivitas manusia yang tidak sesuai dengan homo 'oeconomicus' (manusia ekonomi), melainkan 'homo ludens' (manusia yang bermain). (https://www.cutter.com/journal/whats-art-art-innovation-487086).


Maka dari itu, improvisasi, pengulangan, eksperimen, manajemen estetika, pemasaran metafisik, dan ruang untuk bermain adalah prasyarat untuk sebuah produk yang inovatif. Pengitegrasian estetika juga merupakan sebuah langkah yang penting bagi sebuah inovasi dalam seni tradisi sekalipun.


Demikian juga dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan teknologi yang berorientasi pada inovasi, akan mengembangkan model yang menjamin para pekerjanya untuk melakukan pekerjaan yang inovatif dengan kualitas yang handal. Maka dari itu, kita perlu memahami bahwa estetika (yang konon selalu identik dengan karya seni atau hal-hal yang bersifat seni), tidak hanya penting dalam pembuatan mobil yang unggul, tetapi juga penting dalam penjualannya. 


Oleh karena itu, Andrew Recinos dalam https://www.tessitura.com/items/articles/thought-leadership/2021/creativity, menyatakan bahwa hilangnya pemikiran inovatif dapat dikaitkan dengan berkurangnya dukungan terhadap seni dan budaya di sekolah dan komunitas. Kreativitas itu seperti otot yang tumbuh lebih kuat melalui latihan. Ketika seni dan budaya menurun di komunitas kita, kita tidak perlu heran bahwa penciptaan ide kita juga mengalami kemunduran. Namun dia menegaskan lagi, kita jangan kuatir karena sebetulnya seni & budaya itu menumbuhkan kreativitas, kreativitas mengarah pada inovasi, dan inovasi membantu memecahkan banyak masalah. 


Mari kita tetap berakar dari tradisi, karena tradisi adalah akar kita. Inovasi penting, namun inovasi yang sesungguhnya adalah berakar pada tradisi.***


Penulis adalah Dosen Fakultas Pariwisata Universitas Katolik De La Salle Manado.

Ads