Menginang Si Budak Inang : Pertunjukan Edukatif Lintas Media -->
close
Pojok Seni
13 August 2024, 8/13/2024 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2024-08-14T17:28:37Z
teaterUlasan

Menginang Si Budak Inang : Pertunjukan Edukatif Lintas Media

Advertisement

pertunjukan Menginang Si Budak Inang

Oleh Ikhsan Satria Irianto

 

“Pado zaman dahulu kala, manusio, tumbuhan dan hewan, hidup berbahagia dan saling melengkapi. Sampe suatu hari, datanglah raksasa besar, benamo sang Ketumbur. Seiring keserakahan manusia, yang terus bertumbuh, seraya menyerap energi kehidupan yang biso merusak hutan.”

 

Menginang Si Budak Inang adalah produksi Komunitas Manusia Berbisik (Jambi) melalui program Dana Indonesiana tahun 2023 yang didukung oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Karya pertunjukan digital yang berdurasi 35 menit ini disutradarai oleh Dwi Asti Wulanjani dengan dukungan dari berbagai tenaga profesional seni, seperti Jaguank (Komposer), Rafli (Koreografer), Titas Suwanda (Skenografer), Jamaluddin Latif (Mentor), Fila Ayuningtyas (Penulis Naskah), Artupays (Animator), Eno Onf, Mahdil, dan Rara Bidja (Ilustrator). Pertunjukan karya kreatif inovatif ini diproduksi melalui kerja kolaborasi bersama berbagai komunitas lintas disiplin seni, seperti Lab Art Project (Padangpanjang), Teater AiR (Jambi), Padang Pop Art (Padang) dan Project Kodok Ijo (Yogyakarta). Pertunjukan yang dihelat selama dua hari, Jumat dan Sabtu (9-10/08/2024) di Teater Arena Taman Budaya Jambi ini terselenggara berkat dukungan dari Taman Budaya Jambi, Zefa Craft, Buana Dancer, Dream Day dan Teras Studio.

 

Menginang Si Budak Inang mengisahkan petualangan Inang dan Bula dalam melawan raksasa Ketumbur. Awalnya, kehidupan masyarakat di hutan Candi Muaro Jambi begitu tentram dan damai. Manusia dan alam hidup berdampingan dan saling menjaga satu sama lain. Namun tiba-tiba, ketentraman itu seketika musnah ketika raksasa Ketumbur datang menyerang. Raksasa Ketumbur menyerap energi alam dan memengaruhi manusia melalui keserakahan untuk melululantahkan perkampungan. Masyarakat yang ketakuan akhirnya memutuskan untuk pergi menyelamatkan diri. Inang, seorang pemberani memulai petualangan untuk mencari dan meminta bantuan Datuk Rimau. Melalui perjalanan yang panjang dan penuh tantangan, Inang akhirnya dipertemukan oleh Bula yang memiliki tekad yang sama. Berkat petuah dari Datuk Rimau, Inang dan Bula memberanikan diri untuk bersama melawan raksasa Ketumbur. Akhirnya, dengan memadukan kekuatan panas dan dingin, Inang dan Bula berhasil mengalahkan raksasa Ketumbur. Kisah ini diceritakan oleh Nenek kepada cucu-cucunya yang begitu tertarik dengan adat dan budaya Jambi.

 

Karya pertunjukan digial Menginang Si Budak Inang adalah pertunjukan lintas media yang memadukan animasi Pop Art 2D dengan teater, musik dan sastra lisan. Visi dramatik dari penciptaan karya teater digital ini adalah menawarkan pertunjukan edukatif yang menggunakan dukungan animasi untuk memberikan pengalaman belajar tentang kebudayaan Jambi melalui dunia visual yang memukau. Penonton dapat belajar tentang tuturan dan makna seloko adat serta filosofi dari tradisi menginang melalui kisah petualangan yang berlatar lanskap situs budaya Candi Muaro Jambi. Metode pendidikan alternatif ini memiliki daya pikat yang besar untuk dapat meningkatkan antusias masyarakat umum, terutama generasi muda untuk dapat lebih mengenal adat dan budayanya. Kehadiran karya Menginang Si Budak Inang telah memberikan semangat baru dalam dunia pendidikan budaya di Indonesia, khususnya di Provinsi Jambi.


pertunjukan Menginang Si Budak Inang

Fokus segmentasi penonton dari karya Menginang Si Budak Inang sebenarnya adalah penonton dari kalangan anak-anak. Meskipun demikian, karya teater digital ini memiliki struktur dan tekstur yang digarap secara detail. Alur dramatik dibangun melalui perpaduan akting, tari dan animasi yang suasananya diperkuat oleh musik ilustrasi. Pengisi suara animasi dilakukan secara langsung untuk membuat kehadiran animasi menjadi lebih dekat dalam peristiwa teater yang tersedia secara langsung. Strategi artistik ini begitu menguntungkan untuk menawarkan pengalaman menonton yang berbeda. Penonton dapat terlibat dalam berbagai peristiwa dalam lintas media yang begitu kuat dalam menjaga intensitas emosi pertunjukan. Sehingga, karya Menginang Si Budak Inang dapat dinikmati oleh berbagai segmen penonton, dari publik awam seni hingga kritikus seni.

 

Kesederhanaan laku aktor dalam dialog-dialog berbahasa Melayu Jambi menghadirkan akting yang natural tanpa beban teatrikal yang berlebihan. Komposisi gerak tari yang atraktif dan komikal mampu menghidupkan suasana pada setiap transisi adegan. Set panggung ditata dengan nada yang sama dengan nuansa animasi, sehingga panggung mampu menjadi pintu gerbang bagi penonton untuk masuk ke dunia visual yang menawarkan berbagai dimensi untuk dinikmati.  Semua material artistik tersebut digarap secara menawan dalam balutan spektakel yang indah dan penuh warna.

 

Namun, posisi pemusik dan pengisi suara kurang berpihak kepada penonton. Bagian depan panggung yang memiliki efek daya hadir yang paling kuat diisi oleh pemusik dan pengisi suara yang membelakangi penonton. Posisi pemusik dan pengisi suara begitu mendistraksi penonton dalam menikmati peristiwa pertunjukan. Hal ini dikarenakan wilayah panggung bagian depan berada pada posisi yang sangat mencuri fokus. Sebenarnya, pilihan komposisi ini dapat dimaklumi sebagai siasat pemanfaatan ruang dalam panggung arena. Namun, blocking aktor dan penari masih terperangkap dalam pola-pola panggung prosenium. Tentunya hal ini menjadi kurang menguntungkan bagi penonton, meskipun tidak mengganggu keutuhan karya secara keseluruhan.

 

pertunjukan Menginang Si Budak Inang

Pertunjukan digital Menginang Si Budak Inang tidak hanya menawarkan visual yang segar, tetapi juga memberikan angin segar untuk ekosistem seni, khususnya di Provinsi Jambi. Jambi membutuhkan karya yang digarap secara intensif dan komprehensif untuk meningkatkan standar kualitas karya dan menghidupi ekosistem seni yang berkualitas. Untuk mencapai cita-cita itu, kerja-kerja kolaborasi perlu semakin masif dilakukan. Proses kreatif lintas disiplin yang dilakukan secara terus-menerus, tidak hanya mampu meminimkan gap dalam berkesenian, tetapi juga mampu meningkatkan kualitas karya secara keseluruhan. Semoga Menginang Si Budak Inang  menjadi pemicu kerja-kerja kolaborasi yang semakin masif di Jambi untuk selanjutnya.  


Editor: Adhyra Irianto

Ads