Revolusi Sastra di Sekolah (Bagian II-Habis) -->
close
Pojok Seni
30 July 2024, 7/30/2024 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2024-07-30T01:00:00Z
Artikel

Revolusi Sastra di Sekolah (Bagian II-Habis)

Advertisement
Ilustrasi pembelajaran sastra di sekolah


Oleh: Zackir L Makmur*


Programme for International Student Assessment (PISA) menjadi indikator penting dalam mengevaluasi kemampuan membaca, matematika, dan sains siswa berusia 15 tahun secara global. PISA telah lama diakui sebagai alat evaluasi yang komprehensif dan akurat untuk mengukur kemampuan akademik siswa di berbagai negara. Dalam konteks Indonesia, hasil PISA sering kali digunakan sebagai cerminan kualitas pendidikan nasional. 


Skor literasi membaca yang rendah pada PISA 2022 menimbulkan kekhawatiran tentang efektivitas metode pengajaran yang digunakan di sekolah-sekolah Indonesia. Rendahnya skor ini menunjukkan bahwa banyak siswa yang masih kesulitan memahami, menafsirkan, dan mengevaluasi teks secara efektif, yang merupakan keterampilan dasar yang sangat penting dalam literasi.


Alat Pendidikan Menumbuhkan Empati 


Menanggapi hasil PISA tersebut, program Sastra Masuk Kurikulum (SMK) diluncurkan dengan tujuan untuk mengatasi kelemahan dalam kemampuan literasi siswa. Dengan memasukkan sastra ke dalam kurikulum, diharapkan siswa dapat lebih terlatih dalam membaca dan memahami teks yang kompleks. 


Sastra, dengan kekayaan bahasanya dan kedalaman maknanya, menawarkan bahan bacaan yang menantang dan dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan literasi yang lebih baik. Melalui analisis dan diskusi karya sastra, siswa diajak untuk berpikir kritis, mengevaluasi informasi, dan mengembangkan interpretasi yang mendalam.


Salah satu keunggulan sastra sebagai alat pendidikan adalah kemampuannya untuk menumbuhkan empati dan pemahaman terhadap perspektif yang berbeda. Membaca karya sastra memungkinkan siswa untuk memasuki dunia dan pengalaman yang berbeda dari mereka sendiri, yang pada gilirannya dapat memperkaya pemahaman mereka tentang manusia dan kehidupan. Ini juga merupakan keterampilan penting dalam literasi, di mana siswa tidak hanya memahami teks secara harfiah, tetapi juga dapat menangkap nuansa dan makna yang lebih dalam.


Bersamaan pula program SMK dirancang untuk mengasah kreativitas siswa. Karya sastra sering kali menawarkan situasi dan karakter yang kompleks, yang menantang siswa untuk berpikir di luar batasan konvensional dan menemukan solusi kreatif untuk masalah yang dihadapi karakter dalam cerita. Kreativitas ini kemudian dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan siswa, termasuk dalam pemecahan masalah di dunia nyata.


Dengan integrasi sastra ke dalam kurikulum, program SMK juga bertujuan untuk memperkaya pengetahuan budaya siswa. Sastra sering kali mencerminkan nilai-nilai, tradisi, dan sejarah suatu masyarakat. Dengan mempelajari karya sastra dari berbagai budaya, siswa dapat memperoleh wawasan yang lebih luas tentang dunia dan menghargai keberagaman budaya. Ini adalah aspek penting dalam pendidikan yang berfungsi untuk mempersiapkan siswa menjadi warga global yang toleran dan berpengetahuan.


Mengukuhkan Budaya dan Tradisi 


Studi menunjukkan bahwa sastra dapat memberikan berbagai manfaat dalam pendidikan. Membaca sastra memungkinkan siswa untuk memahami perspektif dan pengalaman orang lain, sehingga menumbuhkan empati. Ketika siswa membaca tentang karakter dari latar belakang yang berbeda, dengan pengalaman hidup yang berbeda pula, mereka belajar untuk melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. 


Ini membantu mereka mengembangkan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, sebuah keterampilan penting dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan bermakna. Karya sastra juga memicu imajinasi dan kreativitas, mendorong siswa untuk berpikir di luar batasan konvensional. Dalam dunia yang sering kali terikat oleh aturan dan batasan, sastra memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan berpikir secara kreatif. 


Melalui cerita-cerita fiksi, puisi, dan drama, siswa dapat berimajinasi tentang kemungkinan-kemungkinan yang tak terbatas, yang pada akhirnya dapat menginspirasi mereka untuk menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif dalam kehidupan mereka. Analisis sastra mengharuskan siswa untuk mengevaluasi dan menafsirkan teks, yang mengasah keterampilan berpikir kritis mereka. 


Karya sastra sering kali kompleks dan sarat dengan makna tersembunyi, yang menuntut siswa untuk membaca dengan teliti dan berpikir secara mendalam. Mereka harus mencari petunjuk dalam teks, menghubungkan informasi, dan membuat interpretasi yang logis. Proses ini tidak hanya meningkatkan kemampuan analitis mereka tetapi juga membantu mereka dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di berbagai aspek kehidupan.


Sastra juga memperkenalkan siswa kepada berbagai budaya dan tradisi, memperluas wawasan mereka tentang dunia. Melalui karya-karya sastra dari berbagai belahan dunia, siswa dapat belajar tentang cara hidup, nilai-nilai, dan kepercayaan yang berbeda dari budaya mereka sendiri. Ini membantu mereka menghargai keragaman dan memahami pentingnya toleransi dan inklusivitas. 


Pengetahuan budaya yang diperoleh dari sastra tidak hanya memperkaya pemahaman siswa tentang dunia tetapi juga mempersiapkan mereka untuk berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang beragam dalam kehidupan mereka nanti.


Dengan demikian, manfaat sastra dalam pendidikan sangatlah beragam dan mendalam. Sastra tidak hanya membantu dalam pengembangan keterampilan akademik seperti berpikir kritis dan kreatif, tetapi juga dalam pembentukan karakter melalui pengembangan empati dan pemahaman budaya. Oleh karena itu, integrasi sastra dalam kurikulum pendidikan sangat penting untuk membentuk generasi yang lebih terdidik, kreatif, dan toleran.


Sejumlah Tantangan dan Kritik


Program Sastra Masuk Kurikulum (SMK) menawarkan potensi besar dalam meningkatkan literasi dan apresiasi sastra di kalangan siswa. Namun, meski terdapat peluang yang menjanjikan, implementasi program ini menghadapi berbagai tantangan dan kritik yang perlu diatasi. Salah satu tantangan utama yang harus diperhatikan adalah kesiapan guru. 


Maka untuk mencapai keberhasilan dalam penerapan SMK, diperlukan guru yang tidak hanya terampil dalam mengajar sastra tetapi juga memiliki pengalaman dan pelatihan yang memadai. Tanpa dukungan dan pelatihan yang tepat, guru mungkin tidak dapat memanfaatkan sepenuhnya metode pengajaran sastra yang interaktif dan mendalam.


Kesiapan guru merupakan faktor kunci dalam implementasi program SMK. Banyak guru di Indonesia, terutama di daerah terpencil atau kurang berkembang, mungkin belum memiliki pelatihan khusus dalam pengajaran sastra. Program ini memerlukan pendekatan yang berbeda dari metode pengajaran tradisional, termasuk penggunaan strategi yang dapat memicu minat baca dan keterlibatan siswa secara aktif. 


Jika guru tidak diberikan pelatihan yang memadai atau dukungan profesional, mereka akan kesulitan dalam mengintegrasikan sastra ke dalam kurikulum dengan cara yang efektif dan menarik. Pelatihan bagi guru harus melibatkan aspek-aspek seperti pengembangan keterampilan dalam menyajikan materi sastra, penggunaan teknik pengajaran yang inovatif, serta cara menilai dan memberikan umpan balik yang konstruktif. 


Pelatihan ini perlu dilakukan secara berkelanjutan dan mencakup berbagai teknik dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu, dukungan berkelanjutan seperti bimbingan dan sumber daya tambahan juga penting untuk memastikan bahwa guru dapat menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam praktik sehari-hari.


Ketiadaan pelatihan yang memadai dapat menyebabkan pengajaran sastra menjadi kurang efektif, yang pada gilirannya dapat mengurangi dampak program SMK. Tanpa guru yang kompeten dan bersemangat, upaya untuk mengintegrasikan sastra ke dalam kurikulum mungkin tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini dapat menghambat pencapaian tujuan program, seperti meningkatkan minat baca siswa, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan memperkaya pengetahuan budaya mereka.


Oleh karena itu, untuk memastikan keberhasilan program Sastra Masuk Kurikulum, penting untuk memberikan perhatian khusus pada pelatihan dan dukungan bagi guru. Dengan mempersiapkan guru secara efektif, program ini memiliki peluang lebih besar untuk berhasil dan memberikan manfaat yang signifikan bagi siswa. Dengan cara ini, tantangan dalam pelaksanaan SMK dapat diatasi, dan program ini dapat mencapai tujuannya dalam meningkatkan literasi dan apresiasi sastra di Indonesia.


Sejauh Mana Kesiapan Guru 


Selain kesiapan guru, akses terhadap bahan bacaan yang berkualitas juga menjadi kendala signifikan di banyak sekolah, terutama di daerah terpencil. Ketersediaan buku dan bahan bacaan yang bervariasi dan bermutu sangat penting untuk mendukung pembelajaran sastra. Banyak sekolah di Indonesia, terutama yang berada di daerah kurang berkembang, menghadapi kesulitan dalam mendapatkan buku-buku tersebut. 


Kesulitan ini sering kali disebabkan oleh faktor-faktor seperti keterbatasan anggaran, distribusi yang tidak merata, dan infrastruktur yang kurang memadai. Tanpa akses yang memadai terhadap bahan bacaan, siswa tidak akan dapat menikmati dan memanfaatkan program Sastra Masuk Kurikulum (SMK) sepenuhnya.


Keterbatasan anggaran merupakan salah satu alasan utama mengapa sekolah-sekolah sulit mendapatkan bahan bacaan yang berkualitas. Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, memiliki anggaran yang terbatas, sehingga sulit untuk membeli buku-buku baru atau memperbarui koleksi perpustakaan mereka. 


Anggaran yang terbatas juga menghambat kemampuan sekolah untuk mengadakan kegiatan tambahan yang mendukung pembelajaran sastra, seperti kunjungan ke perpustakaan atau acara sastra. Akibatnya, siswa mungkin tidak mendapatkan akses yang cukup terhadap berbagai karya sastra yang dapat memperkaya pengalaman mereka.


Distribusi buku yang tidak merata juga berkontribusi terhadap masalah ini. Di Indonesia, terdapat perbedaan yang signifikan dalam ketersediaan buku antara daerah perkotaan dan pedesaan. Sekolah-sekolah di kota besar sering kali memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai sumber daya, termasuk buku-buku sastra, sementara sekolah-sekolah di daerah terpencil sering kali kekurangan bahan bacaan. 


Distribusi yang tidak merata ini mengakibatkan ketimpangan dalam kesempatan belajar bagi siswa di berbagai daerah, yang pada akhirnya mempengaruhi efektivitas program SMK. Selain masalah akses terhadap bahan bacaan, tantangan lain yang perlu diperhatikan adalah evaluasi dan penilaian. Menilai keterampilan sastra dan literasi memerlukan pendekatan yang komprehensif dan mungkin memerlukan penyesuaian dalam sistem penilaian saat ini. 


Keterampilan sastra melibatkan kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan menafsirkan teks, yang tidak selalu mudah diukur dengan tes standar. Tes tradisional mungkin tidak dapat menangkap dengan akurat bagaimana siswa mengembangkan keterampilan membaca dan berpikir kritis mereka. Oleh karena itu, diperlukan metode penilaian yang lebih holistik dan beragam untuk mengevaluasi kemajuan siswa secara akurat. 


Metode penilaian ini mungkin mencakup penilaian portofolio, di mana siswa dapat mengumpulkan dan menunjukkan hasil kerja mereka dalam waktu yang lebih panjang, proyek yang memerlukan analisis mendalam dan kreativitas, serta presentasi yang memungkinkan siswa untuk mendemonstrasikan pemahaman mereka secara langsung. Dengan pendekatan penilaian yang lebih luas ini, guru dapat memperoleh gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan sastra siswa.


Dengan mengatasi masalah-masalah ini, kita dapat memastikan bahwa siswa memiliki akses yang cukup terhadap bahan bacaan berkualitas dan bahwa keterampilan sastra mereka dapat dinilai dengan cara yang adil dan efektif. Ini akan membantu program SMK mencapai tujuannya dalam meningkatkan literasi dan apresiasi sastra di kalangan siswa di seluruh Indonesia.***


*Zackir L Makmur, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan, Anggota Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL), aktif di IKAL Strategic Center (ISC), dan penulis buku “Manusia Dibedakan Demi Politik” (2020)

Ads