Pengaruh Lingkungan: Darah Teater Modern Indonesia -->
close
Pojok Seni
15 June 2024, 6/15/2024 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2024-06-15T01:00:00Z
Artikel

Pengaruh Lingkungan: Darah Teater Modern Indonesia

Advertisement

Teater modern Indonesia
Foto pentas Teater Keliling di Bali Jani V 2023


Catatan Rudolf Puspa

 

Di setiap zaman sejak bumi tercipta entah berapa ribu tahun lalu hingga hari ini selalu di setiap perjalanan zaman ada orang-orang yang memiliki kelebihan dari masyarakat umum. Lalu dari mereka muncul ide gagasan baru yang bisa jadi belum pernah ada atau yang merupakan hasil dari pengembangan adopsi karya yang sudah ada. Hal ini terjadi disemua bidang kekaryaan manusia dalam bentuk yang berbeda-beda. Misalnya teknologi, industri, transportasi, komunikasi, ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan. Merekalah yang kemudian menjadi penggerak kebangkitan baru atau katakanlah sebagai alat pencuci darah sehingga tumbuh warna dan aliran segar sehat. Tumbuhlah aliran baru atau darah baru yang menjadi pengaruh besar terhadap lingkungannya. Akhirnya lingkungan yang sudah baru tersebutpun mempengaruhi kelahiran2 baru yang segar untuk bertumbuh kembang.

 

Melalui kertas ini saya lebih memilih teater sebagai bidang kesenian yang saya geluti lebih dari 50 tahun belum dihitung ketika merasa senang dalam kegiatan kesenian di tingkat sekolah dasar hingga menengah atas. Ketika masih sekolah dasar memilih belajar seni karawitan gamelan Jawa. Kini baru sadar bahwa saya tinggal di kampung di mana di sana ada sekolah karawitan yang dari pagi hingga malam terus terdengar suara gamelan berbunyi. Rupanya suara itu punya pengaruh yang kuat hingga ada panggilan kuat untuk menggaulinya.  Sekolah menengah pertama pergaulan sudah berubah dan sepertinya bawah sadar saya mendesak ingin tampil unjuk diri. Hal yang tentu saja lumrah bagi anak remaja awal. Maka pilihan pun berubah ke seni pertunjukkan dan karena ada pandangan umum remaja yang mau tampil modern jadinya melihat seni teater adalah seni modern. Masuk SMA semakin kuat dengan teater yang sengaja atau tidak memberikan kepuasan menjadi tokoh manusia yang bukan abstrak seperti wayang misalnya. Sifat hero yang nyata sesuai dengan gejolak ke “hero” an jiwa remaja.

 

Terlihat bahwa lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar bahkan menjadi utama dalam setiap perjalanan kehidupan manusia sejak lahir bahkan sejak berada dalam kandungan. Jika kita menyetujui hal tersebut maka katakanlah “guru” pertama bagi manusia sejak lahir adalah ibu bapaknya. Walau entah kenapa para cerdik pandai mengatakan bahwa pendidik utama adalah ibunya. Barangkali itu salah satu sebab ketika terjadi perceraian maka hak asuh anak selalu diputuskan pengadilan diserahkan ke ibu anak2 mereka.Diperlukan alasan yang tak terbantahkan jika harus diserahkan kepada bapaknya. Betulkah memang ibu memiliki kewajiban tersebut karena ibu dinilai memiliki kelebihan dalam mendidik anak? Rehatlah minum dan selanjutnya kita berbincang kemudian.

 

Yang pasti ibu memiliki daya rasa pertama terhadap gejolak anaknya. Dimulai ketika janin yang diberikan bapaknya mulai berproses di kandungan ibunya. Disitulah ibu mulai berperan merasakan perubahan janin dari hari ke hari bahkan bisa jadi dari menit ke menit atau lebih jauh dari detik ke detik. Dari hanya denyut jantung hingga gerakkan2 bayi dalam kandungan ibulah yang merasakan. Sering kemudian sang bapaknya disuruh ibunya menempelkan telinga ke perut ibu mendengar denyut detak jantung anak dan selanjutnya ketika sudah mulai ada gerakkan2. Bahkan semakin besar akan kelihatan gerakkan tersebut di perut ibunya. Puncak perasaan, emosi sang ibu berada terkuat ketika saat melahirkan. Kekuatan daya dorong melalui tekanan aliran nafas harus disiapkan agar sekali hembus kelahiran terjadi tanpa harus lewat jeda sesaat bahkan lebih. Baru kemudian hal utama yang dilakukan adalah sang bayi ditengkurepkan ke pelukkan ibunya. Sementara pemotongan puser dilakukan. Puser yang tersambung dengan ibunya inilah penyaubung makanan untuk sang bayi selama di kandungan. Betapa menyatunya kehidupan dari ibu dan anak.

 

 Lalu apa hubungan cerita kelahiran ini dengan kegiatan berkesenian? Terutama bidang teater modern yang sedang berlangsung? Saya merasakan bahwa hubungan anak dan ibu memang sangat dekat sehingga ketika memulai kehidupan sang anak akan selalu sadar atau tidak membutuhkan ibu tanpa mengabaikan kebutuhan kehadiran bapaknya. Dengan melihat catatan tersebut yang saya temukan bahwa sangat logis bila seorang ibu dapat dipastikan sejak anak lahir bahkan mungkin ketika masih di kandungan secara feeling merasakan apa bakat si anak. Mungkin belum jelas banget namun dapat merasakan tanda2nya. Jadi kewajiban sang ibulah mengawasi secara terus menerus perkembangan si bayi menjadi anak dan seterusnya. Memfasilitasi kebutuhan anak bukan mengarahkan sesuai keinginan sang ibu. Dai bayi janganlah disuruh2, dibantu, tapi biarkan ia menemukan dirinya sendiri. Mau apa, ingin apa biarkan menemukan cara mendapatkan . Kalau minta diajari apa yang dia ingin barulah berikan dan jika ternyata kemudian tidak dia pakai karena menemukan caranya sendiri tak perlu menyesal. Dukung terus hingga berhasil. Anak bukan komoditas tapi manusia yang punya jiwa dan pikiran merdeka. Berikan kemerdekaan nya.Tidak ada aturan anak harus menjadi pewaris bakat ortuya. Anak Chairil Anwar ahli hukum dan jadi notaris. Sedikitpun tak ada kegiatan kepenyairan seperti bapaknya. 


Teater modern Indonesia
10 ekskul teater SMA di Jakarta asuhan Teater Keliling

 

Jika melihat suasana kebatinan wanita Indonesia yang memiliki bahkan bisa dikatakan mewarisi adab budaya yang masih feodalistik dimana kedudukan ibu masih tetap dibawah kendali suami maka tentu saja kita masih memerlukan perjuangan memerdekakannya. Kartini sudah memulai dan tidak berhasil di zamannya untuk meraih kebebasan anak wanita dalam hal pendidikan. Itu baru hal yang menyangkut bisa baca tulis. Bagaimana yang kini telah terhampar adanya berbagai bentuk kehidupan yang sangat beragam. Katakanlah salah satunya adalah kebebasan berkesenian dan menyangkut pengamatan saya khususnya teater. Saya merasakan kendala terbesar untuk berlangsungnya seni teater adalah justru datang dari lingkungan keluarga. Tidak sedikit dengar cerita bagaimana anak2 Indonesia terlebih wanita sangat sulit untuk mendapat dukungan utama dari lingkungan keluarga jika ingin berkiprah di dunia teater. Belum lagi bila mau meneruskan kuliah ke jurusan teater. 

 

Namun dengan usaha yang keras yang justru datang dari si anak sendiri dalam melawan “tiran” dari lingkaran satu terlihat ada banyak hasil2 yang membanggakan. Padahal jika dilihat di sekolah TK hingga SD banyak orang tua bangga dan sangat mendukung bahkan hingga finansiil yang dibutuhkan sekolah dalam memproduksi teater di sekolahnya. Berduyun2 saling membanggakan anaknya. Namun ketika masuk tingkat SMP mulai kendor karena mulai melihat kedepan bahwa perlu ijazah yang berguna nantinya diterima dikampus2 ternama yang jurusannya menjanjikan untuk cepat menjadi kaya dalam arti profit. Apalagi ketika SMA maka tidak mudah lagi perjalanan “bakat” anak karena makin jauh keluarga bicara soal bakat tapi lebih kepada jabatan tinggi sebuah perusahaan atau pemerintahan sehingga mendapat julukkan keluarga sukses karena dapat mendidik anak sehingga sekolah tinggi bahkan keluar negeri dan bergelar sarjana.

 

Sebagai ilustrasi ada seorang anak sma peserta ekskul. Ia ingin ikut main di grup saya dan karena perlu ijin ortunya maka ia datang bawa ayahnya kerumah. Setelah banyak ngobrol yang kesannya si ortu meneliti siapa saya dan grup saya lalu mereka pulang. Tak berapa lama saya terima WA si anak dan mengatakan bapaknya tidak ijinkan. Ia harus jadi pengganti pemimpin perusahaan ayahnya karena ia anak laki2 tertua. Titik. Sudah tak ada lagi pebincangan selanjutnya dan betapa sedih anak itu dalam tangis tiap datang ke ekskul. Ia masih berusaha ketika mendapat piagam pemain terbaik dari festival dia pajang di ruang tamu. Pulang sekolah piagam sudah tak ada dan ditaruh ayahnya di kamar tidurnya. Pukulan dahsyat dan akhirnya ketika kini sudah bekerja di perusahaan dimana ia jadi ahli hukum barulah bisa bernafas dan hanya bisa menjadi penonton teater dan sudah bahagia.

 

Jadi pengaruh pertama adalah pengaruh rumah dan kedua adalah pengaruh lingkungan hidup yang besar sekali dapat mengubah “bakat” anak yang selanjutnya sering disebut “bakat” terpendam. Syukur bila suatu hari yang terpendam bisa mendapat kemerdekaannya namun jika tidak hanya akan jadi impian yang redup. Namun dari banyak penonton yang saya temui ada cerita2 miris seperti ini. Senang kini bisa jadi penonton setelah kerja dan punya uang bisa beli tiket. Tersalurlah pendaman cita2 sejak kecil untuk ke panggung namun gagal karena bla bla bla itu. Ada yang ketika diajukan proposal begitu melihat dari teater langsung dibantu karena ceritanya bla bla bla tadi. Ternyata orang2 semacam ini jumlahnya tidak sedikit dan jika rajin mencari maka akan banyak berarti bagi penghidupan teater modern Indonesia.

 

Lingkungan hidup makin cepat berubah dengan semakin gencarnya perubahan2 teknologi ke digital dan selanjutnya terus menghasilkan karya2 digital yang semakin cepat juga perubahannnya. Mau tidak mau lingkungan berkesenian yang di tanah air semakin sepi peminat karena memang tak ada yang menghidupkan lagi akhirnya berakibat menipisnya pengaruh berkesenian pada anak2. Barangkali masih ada juga seperti di Bali yang tiap kelurahan bahkan RT/RW ada ruang kumpul warga dan kegiatan utama berkesenian. Menabuh gamelan, menari, sinden dan hebatnya jika ada warga yang dua tiga kali tak hadir akan didatangi untuk dilihat apa ada kesulitan hidup misal sakit? Dengan demikian kesneian Bali masih terawat sehingga memiliki kegunaan nyata bukan hanya mengasah kepekaan rasa namun juga mampu menjadikan karya yang menghasilkan bagi kehidupan sehari2nya. Terlebih lagi didukung dengan kegiatan keagamaan yang tidak memisahkan dengan seni. Justru menyatu menjadi adab budaya kehidupan sehari2nya.

 

Kesimpuan yang saya dapatkan adalah adanya kenyataan bahwa seni teater modern Indonesia kehidupannya ditentukan oleh sepak terjang seniman2nya sendiri.  Jika sepakat menerima kenyataan ini maka kerjasama sangat diperlukan bagi mempercepat bangunan seni teater modern Indonesia semakin megah menuju puncak2 dunia. Salah satu langkah kuat adalah berusaha menerobos kegelapan hingga masuk ke kancah panggung teater di Eropa Amerika. Kehadiran disana akan sangat berarti bagi kegiatan didalam negeri. Mau tidak mau memang itulah adab yang sedang berlangsung puluhan tahun bahwa apapun kalau sudah bisa keluar negeri maka pulang akan punya harga. Walau itupun toh masih perlu kerja kuat lagi karena juga tak mudah “menjual” apa apa yang kita nilai baru ternyata belum juga diterima.  Tapi percayalah bahwa semangat saya datang saya melihat saya menang dari filosofi Perancis itu dapat diterapkan. Barangkali padanannya adalah semangat “gerilya” meraih kemerdekaan bangsa dapat digunakan.

 

Pesan mas Hilmar dirjen kebudayaan yang saya hormati begitu kuat menjadi daya picu untuk berderap terus. “Siapkan barangnya dan jangan berpikir soal dana”.

 

Salam jabat merdeka berkarya.

 

Cakung Jakarta 14 Juni 2024.

Rudolf Puspa

Email :pusparudolf29@gmail.com

Ads