Humor: Shakespeare dan Mitos Kesehatan Sejak Yunani Kuno -->
close
Pojok Seni
14 June 2024, 6/14/2024 01:14:00 AM WIB
Terbaru 2024-06-13T18:14:59Z
Sejarah

Humor: Shakespeare dan Mitos Kesehatan Sejak Yunani Kuno

Advertisement
Change" - Acrylic painting by Ole Fick.
Ilustrasi: Change" - Acrylic painting by Ole Fick.

Pojok Seni - Berhentilah di manapun Anda berada, lalu tanyakan pada orang yang Anda temukan, apa arti kata humor? Humor akan diartikan sebagai kelucuan atau kejenakaan. Bahkan Kamus Besar Bahasa Indonesia juga menyebut humor sebagai sesuatu yang lucu, atau dalam keadaan lucu/jenaka.


Humor diserap dari kata Latin, yakni Umor. Umor berarti cair. Humor memang dianggap mencairkan suasana, menjadikan orang-orang tertawa. Tapi, awalnya humor ini digunakan di istilah dunia kesehatan. Awalnya, semua masalah kesehatan di era Yunani kuno, terhitung sejak tahun 400 SM, semuanya dikaitkan dengan humor di dalam tubuh manusia. Ada empat jenis humor, yakni darah (sanguis), lendir/dahak (phlegm), empedu kuning (choler), dan empedu hitam (melancholy). Tubuh manusia butuh keseimbangan dari keempat jenis humor tersebut, dan hal itu yang menjadikan pengobatan Yunani kuno semuanya berkisar di teori humorisme.


Alcmaeon kemudian menjelaskan lebih banyak jenis humor di dalam tubuh manusia. Aliran darah ketika membawa keempat humor ini membuat nafsu/marah (sanguis), kesedihan (melancholy), harapan (choler), dan ketakutan (phlegm). Setelah ditarik lebih jauh, ternyata konsep humor ini sudah lahir sejak era Mesir kuno, bahkan di peradaban pertama manusia, yakni Mesopotamia. Pengobatan alternatif yang bertahan sejak era India kuno hingga saat ini yakni Ayurveda, juga mengangkat permasalahan "humor" dalam tubuh manusia ini.


Abad ke-17, ketika kuman ditemukan, maka disadari bahwa penyakit tidak datang dari "humor" dalam tubuh manusia. Ditemukannya kuman ini menjadikan ada banyak penyebab penyakit, seperti lingkungan, bakteri, penularan, dan sebagainya. Sejak saat itu, teori humor tersebut terlupakan. Kata "humor" tetap berarti cair, atau cairan.


William Shakespeare Membawa Teori Humor


William Shakespeare dan teori humorisme

Teori Humor perlahan dilupakan. Bantahan-bantahan secara ilmiah bermunculan. Akhirnya, teori ini sudah tidak pernah dipakai lagi, apalagi oleh dunia kesehatan. Mungkin, generasi baru sudah tidak lagi pernah mendengar teori humor ini lagi.


Sampai suatu hari ketika seorang William Shakespeare membawa lagi teori humor yang telah hilang ini. Diduga, Shakespeare mempelajarinya ketika kecil, dan menyadari bahwa teori humor telah hilang ketika ia dewasa. Maka, Shakespeare memulai dengan penciptaan peran didasarkan pada keempat humor tersebut. Bentuk wajah, karakterisasi yang karikatural dari para "humor" ini menjadikan kata humor perlahan bergeser maknanya menjadi kejenakaan atau kelucuan.


Contoh cara Shakespeare menciptakan karakter berdasarkan "humor" misalnya ada tokoh prajurit mudah memiliki darah (sanguish) yang membuatnya panas sehingga lebih berani mati. Namun, di dalam dirinya ada juga lendir (phlegm) yang menjadikan ia ketakutan. Darah lebih banyak pada perempuan, sehingga perempuan lebih mudah terbakar amarah, namun laki-laki lebih "kering" hingga amarahnya lebih sering berakhir dengan berdarah-darah. Begitu kurang lebih Shakespeare membangun karakter-karakter dalam ceritanya.


Bahkan, keempat jenis humor itu juga menentukan bagaimana bentuk fisiologis karakternya, seperti bisa Anda lihat di bawah ini.


humorisme shakespeare


Teori Humor Dalam Kesehatan: Pseudoscience


Namun, teori humorisme ini tetap dianggap sebagai sebuah pseudoscience. Shakespeare justru hanya membuktikan bahwa teori ini lebih cocok digunakan untuk membangun karakter dalam sebuah cerita fiktif. Lihat, bagaimana karakter ciptaan Shakespeare menjadi abadi hingga saat ini, serta sangat kuat citraannya, bukan?


Bila untuk pengobatan, maka teori humorisme cukup menghasilkan banyak hal yang membahayakan. Seperti Ayurveda yang masih bertahan di India saat ini, ternyata obat-obat yang didesain berdasarkan "keseimbangan" itu ditemukan mengandung timbal, merkuri, arsenik, serta zat-zat berbahaya bagi tubuh. Lebih menariknya, produk obat-obatan tersebut juga diproduksi di luar India, termasuk di Indonesia hingga Amerika.


Tentunya, untuk masalah obat-obatan, Anda perlu berkonsultasi pada ahlinya, yakni ahli farmasi. Kata Farmasi, juga muncul berbarengan dengan kata "humor" di Yunani kuno. Farmasi berasal dari kata pharmacon yang berarti obat-obatan. Yah, dulunya kedua kata ini, pharmacon dan humor, masih sangat terkait, terutama di era Hippocrates, Galen, sampai Aristotles.


ilustrasi obat ilegal

Tapi sekarang, pengobatan alternatif yang masih mengandalkan teori-teori humorisme lampau tersebut justru menghasilkan obat-obatan yang berbahaya bagi tubuh. Hasil uji klinis menemukan bahwa obat-obatan yang dimaksud tidak bisa menyembuhkan penyakit yang diderita pasien. 


Ini perlu diwaspadai. Bila Anda ingin berkomunikasi dengan para ahli farmasi, salah satunya bisa berkomunikasi dengan Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI). Untuk kontak, Anda bisa berkunjung ke situs resminya; https://pafi.id/

Ads