Pentas Teater Keliling di Galeri Indonesia Kaya: Kenapa Mesti tentang Chairil Anwar? -->
close
Pojok Seni
24 May 2024, 5/24/2024 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2024-05-24T01:00:00Z
Artikel

Pentas Teater Keliling di Galeri Indonesia Kaya: Kenapa Mesti tentang Chairil Anwar?

Advertisement


Oleh: Rudolf Puspa.


Ketika awal tahun 2024 Galery Indonesia Kaya berdialog dengan pimpinan teater keliling generasi kedua (Dolfry Inda Suri) tercetus agar teater keliling hadir di ruang pertunjukkan Galery Indonesia Kaya dengan membawa cerita yang ada hubungan dengan “sastra” Indonesia. Kamipun segera berbincang mencari apa cerita-cerita yang berbau sastra Indonesia yang ada relevansinya bagi zamannya. Mindset teater keliling generasi kedua masih tetap ingin meneruskan langkah-langkah hadir membawa “sejarah” bangsa Indonesia. Pertunjukkan yang riang menembus gelora generasi “now” agar tumbuh kesadaran ikut menengok kehidupan masa lalu bangsa. Khususnya kali ini yang bernuansa “sastra” Indonesia.


Cerita tentang penyair muda Chairil Anwar menarik untuk diolah menjadi pertunjukkan teater modern kontemporer yang membawa bentuk musikal. Teater musikal yang sedang “boming” di Jakarta dan daerah-daerah tentu semakin menuntut warna warni baru sebuah pertunjukkan teater Indonesia dari Indonesia untuk Indonesia. Tak disangsikan bila berkesempatan dapat menembus cakrawala internasonal. Seiring berjalannya waktu sudah selayaknya sneiman teater Indonesia memiliki visi misi membawa karya keruang internasional.  Perjalanan teater keliling keluar negeri yang diawali tahun 1975 hingga tahun 2023 kemarin ke Madrid Spanyol selama satu bulan membawa kabar bahwa karya teater dari Indonesia yang membawa warna keberagaman budaya Indonesia begitu kuat daya tarik yang membuat penasaran warga mancanegara untuk datang menonton hingga terucap ingin melihat Indonesia dengan datang langsung.


Mematuhi anjuran Galery Indonesia Kaya agar jumlah pemain dan crew tak lebih 30 orang maka skrip drama musikal Chairil Anwar di tulis dengan 15 peran serta 15 pendukung artistik. Sudah bukan hal yang sulit karena sejak berdirinya teater keliling justru selalu berkekuatan tak lebih 10 orang yang kerja rangkap sebagai pemain dan crew artistik hingga produksi. Sebuah kerja kesenian yang penuh cerita bagaimana membawa pertunjukkan teater yang semestinya memerlukan pemain dan crew yang dalam jumlah besar misal cerita-cerita Shakespeare harus diperas menjadi hanya 10 orang. Diperlukan asahan daya kreatifitas yang jeli, inovatif, kreatif dan yang paling utama adalah bentuk kerjasama yang sangat erat kuat. Inipun sesuai dengan ilmunya yang mengatakan seni teater adalah hasil kerja kolektif.  Hal yang seharusnya tidak menjadi beban berat mengingat bangsa Indonesia memiliki filosofi hidup bersama dalam kebersamaan yang dikenal sejak lahirnya yakni “gotong royong”.


Semangat berkesenian sebagai penyair yang dimiliki Chairil Anwar muda yang menyala sejak umur 15 tahun di Medan kota kelahirannya harus melalui jalan yang penuh kerikil-kerikil tajam yang mau tidak mau harus dijalani. Namun jiwa “pemberontak” yang tumbuh sejak ayah dan ibu kandungnya bercerai dimana ia tak bisa langsung menyetujui laku dramatik kedua orang tuanya; justru menjadikannya ingin lari jauh dari Medan dari rumahnya yang tergolong keluarga terpandang karena ayahnya mempunyai jabatan tinggi sebagai kontrolir pemerintahan Belanda. Lengkaplah ia menjadi seorang muda “petarung” yang bukan saja melawan kekuatan luar yang bertopeng penjajah negeri dan juga melawan rasa “benci” yang bersarang pada dirinya. Karya-karya puisinya ditolak penerbit-penerbit sastra di Medan dan hal ini menambah tekadnya untuk berangkat ke Batavia.



Batavia tahun 1943 hingga 1949 menjadi arena keras yang ternyata membawanya ke puncak mahligai kepenyairannya yang mana segala aspek karya puisinya selain berisikan teriakkan, dentuman, hunjaman bahkan tanpa disadari dalam hal tata puisi melawan gaya penulisan “sajak” dari angkatan pujangga lama dan baru.  Sastrawan senior waktu itu HB Yasin, Rivai Apin dan Asrul Sani justru mengalir mendukung aliran deras yang muncul menyembur dan merekapun menyatakan Chairil Anwar pelopor angkatan 45. Ia semakin dekat dengan apa arti perjuangan pemuda dalam merebut kemerdekaan yang dia rasakan secara langsung di Batavia yang menjadi pusat pemerintahan Belanda dan juga Jepang. Dua kekuasaan yang merupakan tantangan terbesar Chairil Anwar.  Iapun semakin kuat menancapkan palu godamnya di Batavia memporak porandakan segala rintangan besar hingga yang terkecilpun. Ia melaju berlari beringas keras tanpa peduli waktu untuk terus “bergerak” yang sejatinya tidak behenti sampai disitu karena iapun juga “menggerakkan” siapa saja melawan penjajahan baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri,.


Chairil sendirilah yang menyatakan dirinya adalah binatang jalang yang dari kumpulannya terbuang. Artinya ia mendudukan diri lebih keras bahkan “urakkan” dari binatang jalang yang berkumpul. Bukan lagi mendesah namun menggeram membakar menantang datangnya desingan peluru hingga akan tetap meradang menerjang hingga hilang pedih peri. Ia tidak menunggu tapi mendatangi musuh negeri yang adalah musuh terbesarnya. Lewat senjata “penanya” menuntut menyadarkan bahwa tulang tulang yang berserakkan adalah kepuyaanmu. Kepunyaan siapa saja yang masih tegap berdiri tegak meneruskan jiwa-jiwa pemberontak yang kini terbaring tak kuat mengangkat senjata serta berteriak “merdeka”. Inilah peringatan yang terus bergema hingga saat ini walau mungkin sudah samar-samar saja kedengarannya dari jauh.  Teruskan menjaga Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir  dalam pengertian perjuangan untuk mendapat kemerdekaan ,kebebasan sebagai bangsa yang kini sudah merdeka.  Bukan justru terus dikuasai pemangku kekuasaan yang ternyata hanya topeng karena didalamnya tersembunyi kerakusan hanya memikirkan kepentingan pribadi atau golongannya dan yang terparah adalah tetap jongos-jongos kekuatan dari luar yang masih berpenyakit imperialis. Untuk itu ia semakin tak peduli dan mau hidup seribu tahun lagi.


Jiwa “petarung” sebagai pemuda pewaris perjuangan para leluhur bangsa sedang dipertanyakan apa masih ada gaungnya? Apa semangat kebangkitan bangsa merdeka masih bersinar terang yang justru bukan dengan 100 wat namun lebih besar lagi sehingga menyadari bahwa kandungan sumber daya alam ternyata begitu dahsyat. Sumber daya alam yang adalah alasan terkuat sejak zaman lampau kenapa banyak negeri luar datang hingga menguasai bangsa pemilik aslinya lalu menguras isi kandungan alam raya nusantara. Tujuan utama adalah untuk membangun negeri dan mensejahterakan bangsa mereka. Inilah teriakkan Chairil masa kini yakni segeralah generasi now yang terus bertumbuh kembang untuk melalui kekuatan teknologi yang semakin menunjukkan perubahan-perubahan yang semakin canggih terjun menggali sendiri kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kesejahteraan bangsa kini dan kedepan. 


Semangat jiwa petarung itulah motif yang ada dalam pertunjukkan musikal Aku Chairil Anwar.  Jika “aku” bagi Chairil adalah perjuangan yang belum selesai maka sudah selayaknya “aku” zaman now lahir sebagai aku-aku yang sadar negeri beserta kandungannya lalu mengarungi dan menyelamatkan serta menjadikan bahan bagi keselarasan kehidupan bangsa dan negara yang bernama Nusantara Indonesia. Indonesia merdeka dari penjajahan dalam bentuk apapun baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri sendiri. 


Latihan selama 3 bulan diadakan dengan disiplin yang penuh dalam masing-masing peran mengorek menggali watak dan selanjutnya membawa pesan-pesan moral yang tersirat lewat pengadegananya. Latihan di sanggar teater keliling di Cakung selalu mulai pukul 05.00 pagi hingga 10 pagi yang diawali dengan olah rasa. Untuk melihat respons penonton maka latihan juga diadakan di halaman luas museum Fatahilah Jakarta kota secara terbuka. Respons penonton dadakan menjadi catatan penting.  Pertemuan dengan mbak Evawani putri tunggal Chairil Anwar sangat akrab. Ia menceritakan siapa Chairil yang ia ketahui dari cerita ibunya yang membesarkannya.  Sungguh sangat berterima kasih kepada mbak Eva yang masih segar kuat walau kini berusia 76 tahun. 

 

Pertunjukkan akan berlangsung 25 Mei 2024 pukul 15.00 dan 19.00 WIB di Galery Indonesia Kaya Grand Indonesia Jakarta pusat. Mohon maaf jika pengambilan tiket yang sudah dibuka sejak 20 Mei 2024 di Web Indonesia kaya ternyata dalam wkatu 40 menit sudah habis diambil para penonton yang sangat antusias untuk turut serta bersama teater keliling generasi kedua  bernyanyi menari bersendau gurau membawa kehangatan hingga membakar semangat bersama “binatang jalang”. Dengan demikian akan terjalin erat kebersamaan hati penulis skrip dan sutradara Rudolf Puspa dalam berdiri dan duduk sama tinggi berselancar di bumi pertiwi hari ini hingga kedepan tiada henti.


Salam jabat erat kemerdekaan.


Jakarta 23 Mei 2024.

Rudolf Puspa

Email: pusparudolf29@gmail.com

Ads