Advertisement
Franz Kafka |
Oleh: Nurhidayati Rahayu*
Keluarga Kafka adalah Yahudi yang tinggal di Bohemia, Praha, Ceko. Franz Kafka merupakan anak tertua dari keluarga tersebut. Ia adalah satu-satunya anak laki-laki dari enam bersaudara dalam keluarga. Dia memiliki dua adik laki-laki. Tetapi keduanya meninggal ketika mereka masih bayi. Tak lama menjadi anak tunggal Kafka kemudian memiliki tiga adik perempuan. Ia yang merupakan satu-satunya anak laki-laki dalam keluarga, tidak dilayani seperti anak laki-laki semata wayang. Dari sana, ia merasa orang tuanya tidak sayang padanya.
Hermann Kafka adalah seorang pengusaha eceran barang-barang mewah seperti aksesoris wanita dan pria. Beliau merupakan sosok ayah yang otoriter, temperamental, dan jarang berinteraksi dengan anak anaknya. Herman enggan mengakui bakat Kafka yang tumbuh sejak kecil, yaitu menulis. Sejak kecil hubungan Kafka dengan ayahnya susah dijelaskan, antara kekaguman dan kekesalan yang meningkat dari permusuhan menjadi kecaman. Tekad, kepercayaan diri, dan apa yang dimimpikan Kafka tidak direstui ayahnya. Kafka harus menerima sikap sang ayah yang meremehkan dan tidak peduli dengan dunia di sekitarnya.
Ibu Kafka, Julie Kafka, memberikan kasih sayang yang tak terhingga kepada putranya dan peduli akan perasaan anaknya. Ia berusaha untuk mengurangi dampak dari sifat kasar dan mudah tersinggung suaminya. Sayangnya dia gagal dalam perannya sebagai penengah antara Franz Kafka dan ayahnya, Julie terlalu lemah untuk itu. Karena hal ini, Kafka merasa tidak dekat dengan kedua orang tuanya. Lantaran hal itu, yang dirasakan Kafka saat kecil adalah kesepian dan asing di keluarganya.
Pengalaman ini menjadi hal yang mendasari karya Kafka. Dalam beberapa tulisannya Kafka menunjukkan sedikit bukti tentang penderitaan yang dialaminya di masa kanak-kanak, ia menuangkan kengerian terhadap ayahnya dalam karyanya yang menampilkan, Hermann, sebagai protagonis utama.
“Orang tua adalah masalah pertama yang dihadapi seorang anak, perlawanan pertama yang harus ia lawan; argumennya dengan mereka adalah model untuk semua pertengkarannya di kemudian hari.” Kata Max Brod, sahabat kafka dalam Franz Kafka: A Biography
Kafka adalah seorang siswa yang cerdas dan berprestasi. Pada usia 10 tahun, ia bersekolah di Altstetter State Gymnasium, sebuah sekolah untuk anak-anak berprestasi. Saat memasuki usia kuliah, Kafka melanjutkan pendidikan di Charles-Ferdinand University. Di kelas Kafka merupakan siswa yang rajin tapi tidak begitu brilian. Namun dia benar-benar berkembang di klub sastra mahasiswa yang dia ikuti pada tahun pertamanya. Kecintaannya pada sastra semakin berkembang seiring dengan tahun-tahun yang dijalani di klub tersebut. Di sana dia bertemu dengan beberapa pemuda lain yang kemudian menjadi teman dan kolega seumur hidup, termasuk Max Brod, penulis biografi dan eksekutor sastranya.
Kafka lulus dari Charles-Ferdinand pada 18 Juni 1906, dia kemudian memilih pekerjaan profesional pertamanya sebagai pengacara, Kafka kemudian keluar dari pekerjaannya dan beralih profesi menjadi pekerja asuransi. Ia tidak tertarik pada karirnya, pekerjaan kantoran sebenarnya hanyalah cara untuk menghidupi dirinya sendiri sementara dia menekuni pekerjaan sebenarnya sebagai penulis. Ia mulai mengerjakan tulisannya dari jam 11 malam dan terus melakukannya
selama dia bisa tetap terjaga. Ketekunannya mulai membuahkan hasil, dalam beberapa bulan setelah menulis, cerita pendek pertamanya terbit di majalah Hyperion.
“Tuhan tidak ingin aku menulis, tapi aku harus,” Tulis Kafka kepada seorang teman.
Pada bulan Februari 1924, kesehatan Franz Kafka mulai menurun. Saat kondisinya memburuk, Kafka berbicara dengan rekannya saat itu, Max Brod. Sebelum meninggal, di ranjang kematiannya ia menginstruksikan temannya untuk membakar semua karyanya yang tidak diterbitkan yang mencakup serangkaian catatan, surat, draf, gambar, dan beberapa karya yang gagal diterbitkan. Semua itu dia tulis setiap larut malam setelah pulang kerja. Brod memutuskan untuk tidak melaksanakan permintaan terakhir Kafka karena dia tidak ingin karya hebat temannya hilang begitu saja. Brod tidak melakukan seperti yang diinstruksikan, melainkan dia mengeditnya, memolesnya, dan akhirnya menerbitkannya. Berkatnya kita dapat membaca
mahakarya Kafka hingga hari ini.
Dilansir dari tulisan Dr Hendrajit dalam Redaksi Seni, Franz Kafka dalam wasiatnya untuk Max Brod menuliskan:
Max yang terhormat, harapanku yang terakhir: Semua karya yang aku tinggalkan (termasuk yang ada di lemari buku, lemari pakaian, meja tulis, di rumah dan di kantor, atau di mana pun berada yang kamu rasa perlu), pada buku-buku harian, manuskrip-manuskrip, surat-surat, sketsa-sketsa gambar yang aneh maupun yang layak dan sebagainya yang kamu temukan, tak perlu dibaca dan jangan disisakan untuk dibakar. Sebab itu semua karya tulis maupun sketsa-sketsa gambar yang ada di tempatmu atau orang lain dengan namaku. Surat-surat yang masih terdapat di orang yang tidak mau memberikan kepadamu, paling tidak ia diwajibkan membakarnya sendiri.
Sahabatmu
Franz Kafka.
Hampir semua karya Franz Kafka bersumber dari rasa keputusasaan dan kesendirian yang dirasakan manusia ketika dihadapkan pada kejadian janggal dalam kehidupannya. Karya Kafka berikut adalah salah satu contohnya The Metamorphosis.
Setelah mengetahui perubahan fisik Gregor, ayahnya yang kejam menyuruh Gregor bersembunyi di kamarnya. Ayahnya merasa perubahan yang dilakukan Gregor menimbulkan masalah bagi keluarga. Gregor merasa tidak berdaya dan terisolasi dari keluarganya. Hingga akhirnya dia mati perlahan di kamarnya. Selain menggambarkan ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi kejadian aneh, novel ini juga mengangkat isu penyakit mental dan hubungan kompleks antara ayah dan anak.
Cyrus Abbassian, konsultan psikiater di Rumah Sakit Nightingale London berkomentar di British Medical Journal (2007) “Gejala yang dialami Gregor mirip dengan gangguan mental yang disebut psikosis. Mereka yang mengalaminya menjadi tidak mampu membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata.”
Gregor merasa cemas karena perubahan pada tubuhnya. Dia merasa tubuhnya asing. Selain itu, ayahnya menyukai serangan fisik dan menganggap Gregor adalah makhluk yang berbahaya. Jadi Gregor putus asa akan cinta keluarganya.
Kafka mengekspresikan kecintaannya terhadap literatur dengan cara menulis. Banyak karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti The Metamorphosis dan The Trial. Hingga saat ini karyanya telah memengaruhi banyak sekali penulis, kritikus, seniman, dan filsuf selama abad ke-20 dan ke-21.
Aulia Fathur, salah satu penggemar tulisan Franz Kafka, mahasiswa Universitas Andalas Padang menuturkan bahwa penulis legendaris ini telah memberikan pengaruh besar pada sastra modern. Tema-tema universal, gaya penulisan unik dan pengaruhnya pada gerakan sastra telah mempengaruhi penulis lain dan masih relevan hingga saat ini. “Karena itu juga saya mengenal Kafka melalui orang lain yg terinspirasi oleh dirinya yaitu, Albert Camus,” tegas Aulia Fathur.
*Penulis adalah mahasiswa Sastra Inggris, Universitas Andalas