Sisi Lain Dari Pariwisata Berbasis Budaya -->
close
Pojok Seni
04 March 2024, 3/04/2024 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2024-03-04T01:00:00Z
ArtikelBudaya

Sisi Lain Dari Pariwisata Berbasis Budaya

Advertisement
Ambrosius M. Loho

Oleh: Ambrosius M. Loho, S. Fils., M. Fil. 

(Dosen Fakultas Pariwisata, Universitas Katolik De La Salle Manado)


Budaya dan tradisi menjadi aset penting setiap pemiliknya. Dalam konteks Minahasa sebagai salah satu suku di Sulawesi Utara, seni budaya dan tradisinya tentu merupakan hal yang penting untuk dipertahankan, dikembangkan dan direvitalisasi, sehingga akan selalu menjadi hal yang utama dan primadona di Minahasa. Tidak hanya itu, kendati pemilik seni dan budaya dan tradisi itu sangat peduli terhadap kekayaan dan kekhasan yang dimilikinya, hal itu secara langsung memperkaya pariwisata Sulawesi Utara. Sebut saja, musik Bia, Musik Kolintang, Tari Maengket, Tari Kabasaran, Tradisi Pakampetan, Upacara Adat Watu Pinawetengan, dll., selalu dipelihara dan dipertahankan oleh para pemiliknya. 


Memang tidak mengherankan mengapa hal itu terus dipertahankan, karena ada sebuah keyakinan bahwa industri pariwisata sudah seharusnya bertumpu pada keunikan, kekhasan, dan kelokalan dari masing-masing daerah di Tanah Air. Sejalan dengan apa yang dikatakan akademisi Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar dalam laman https://ekonomi.bisnis.com. Bahwa: "Kondisi tersebut akan menempatkan kebhinnekaan sebagai suatu yang sangat strategis bagi pengembangan pembangunan kepariwisataan Indonesia," 


Jika kita jeli melihat, sejatinya, dalam kebijakannya, pemerintah telah memberi arah pembangunan pariwisata yang fokus kepada menjadikan kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia sebagai sarana dan media untuk pengembangan pariwisata, yang secara otomatis menyumbang bagi kepariwisataan nasional. Maka karena hal itu, potensi untuk dipromosikan secara meluas ke mancanegara sangat terbuka. 


Dalam scope Minahasa Sulawesi Utara, tim musik kolintang Minahasa bahkan telah merambah ke Serbia, Rusia, Italia, Jepang, Singapura, bahkan yang terbaru PINKAN Indonesia sebuah paguyuban yang mewadahi para pemerhati kolintang dan pelaku kolintang mengutus dua orang pelatih kolintang ke Afrika. Selain mereka melatih di sana untuk sementara waktu, kolintang secara tidak langsung dipromosikan secara meluas ke mancanegara, dengan harapan dapat menjadi wahana yang utuh dan terpadu serta mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu. 


Sejalan dengan visi dan misi pemerintah dalam mengedepankan pariwisata berbasis budaya, fakultas pariwisata Universitas Katolik De La Salle Manado, sebagai salah satu perguruan tinggi di Sulawesi Utara yang memiliki fokus di bidang pariwisata, misalnya memberi perhatian terhadap pengembangan pariwisata berbasis budaya itu. Hal itu dilakukan untuk menunjang pariwisata Sulawesi Utara. Fokus ini tentu akan turut mengangkat pula ke permukaan kearifan lokal masyarakat di daerah Sulwesi Utara, agar dunia semakin mengenal Sulawesi Utara. 


Gerakan untuk mengangkat budaya sebagai primadona para pemiliknya yang menopang pariwisata daerah, tampak lewat beberapa event festival di Minahasa, seperti festival kolintang, festival maengket, upacara ritual, dll., yang diadakan dalam setiap tahunnya. Demikian pula, salah satu tempat wisata budaya di Tomohon, yakni Rumah Budaya Nusantara (RBN) Wale Mazani, menyajikan sebuah konsep wisata edukulturek (edukasi, kultura dan rekreasi). Semua ini merupakan wujud dari menunjang pariwisata budaya di Sulawesi Utara. 


Akhirnya, dapatlah disimpulkan bahwa, pariwisata budaya dapat dilihat sebagai peluang bagi wisatawan untuk mengalami, memahami, dan menghargai karakter dari destinasi, kekayaan, dan keragaman budaya di Indonesia secara keseluruhan. Di sisi yang sama, pariwisata budaya dapat memberi kesempatan kontrak pribadi secara langsung dengan komunitas lokal dan kepada individu yang memiliki pengetahuan khusus tentang suatu objek budaya. Hal ini bertujuan untuk memahami makna sebuah budaya yang dikomparasikan dengan sekadar mendeskripsikan atau melihat daftar fakta yang ada mengenai suatu budaya. (Bdk. http://beritamagelang.id/kolom/daya-tarik-pariwisata-budaya)


Maka dari itu, kita tidak bisa memungkiri bahwa potensi Indonesia dengan segala keunikan budayanya, menjadi branding penguat pariwisata budaya yang dapat mengikat wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Bukti empirik menunjukkan bahwa kekuatan daya tarik pariwisata budaya ini terlihat ketika banyak wisatawan mengunjungi destinasi yang kaya dengan budaya setempat tersebut secara berulang (ibid). Bahkan ditengarai, Minahasa sangat sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara untuk mengikuti ritual pakampetan, termasuk upacara adat di Watu Pinawetengan, dan lain sebagainya

Ads