Advertisement
Ilustrasi fungsi musik di pertunjukan teater |
Oleh: Adhyra Irianto
Pojok Seni - Unsur-unsur pendukung pertunjukan teater yang kemudian dikategorikan sebagai "tata artistik" antara lain dekorasi, tata panggung, tata musik, tata rias, tata busana, dan tata cahaya. Dengan kata lain, sutradara yang memimpin divisi artistik akan dibantu oleh sejumlah ahli di bidang tertentu antara lain penata panggung, penata dekorasi, penata musik, penata rias, penata busana, dan penata cahaya.
Semua "penata" tadi adalah orang-orang yang memberikan kontribusi penting bagi sebuah pertunjukan. Namun dalam artikel ini, kita akan fokus pada "penata musik". Tidak hanya musisi handal dan cerdas, tapi penata musik teater yang baik adalah orang yang mampu mengejawantahkan ide sutradara dalam bentuk musik.
Tentu dalam teater musikal, unsur musik tidak hanya menjadi "unsur pendukung". Musik bahkan sama kuatnya dengan aktor di atas panggung. Maka dalam bahasan kali ini, Pojok Seni akan mengulas apa saja fungsi musik di teater non musikal.
Teater non musikal
Teater non musikal sebenarnya istilah yang kami ciptakan sendiri untuk membedakan di mana musik menjadi unsur pendukung, dan musik menjadi unsur utama. Dalam pertunjukan teater non musikal katakanlah seperti teater realisme, surealisme, absurd, eksistensialis, dan lain-lain, musik hadir sebagai pendukung sebuah adegan.
Tapi dalam teater "musikal", unsur musik hadir sebagai adegan itu sendiri. Ia hadir sebagai dialog, juga sebagai musik pengiring. Maka, teater non musikal yang Pojok Seni maksudkan dalam artikel ini adalah pertunjukan teater di mana musik hadir sebagai unsur pendukung, bukan unsur utama dalam pertunjukan.
Secara umum kita bisa simpulkan, sebagai unsur pendukung, maka musik hadir sebagai penguat pertunjukan. Kira-kira seperti penyedap makanan ketika memasak. Masakan tetap akan matang dan bisa disajikan tanpa penyedap makanan. Tapi, tentunya rasanya akan kurang enak, atau malah hambar.
Fungsi musik di teater
Ilustrasi musik dalam pertunjukan teater |
Musik di teater memiliki sejumlah kegunaan, berikut di antaranya:
Atmosfir dan Ambiance
Baik atmosfer pertunjukan, maupun ambiance, dalam bahasa Indonesia sama-sama diartikan sebagai "suasana". Namun keduanya memiliki arti yang berbeda.
Atmosfir adalah konstelasi dari konsep-konsep yang berhubungan. Bisa jadi itu adalah aura, atau suasana hati yang timbul. Tentunya, atmosfer akan kuat kaitannya dengan mood pertunjukan. Saat ini, anak-anak muda Indonesia kerap menyebut istilah ini dengan nama "vibes".
Sedangkan ambiance adalah ruang dan nuansa yang hadir di atas panggung. Ketika Anda sedang mandi dan bernyanyi, maka Anda merasakan suara Anda menggema, namun gema tersebut terasa benar-benar di "kamar mandi". Akan berbeda dengan gema yang Anda dapatkan di atas panggung, atau di studio rekaman misalnya. Gema tadi memberikan Anda nuansa dan "ruang".
Musik datang untuk menghadirkan keduanya, baik atmosfer maupun ambiance. Keduanya adalah suasana, namun yang satu vibes-nya, dan yang satu lagi ruangnya.
Dampak Emosional
Berikutnya, musik memiliki kaitan dengan emosi yang menghubungkan spektakel (pertunjukan) dengan spektator (penonton). Musik mampu membangkitkan emosi pemain, juga penonton. Musik juga akan menghadirkan momen-momen dramatis, konflik, dan ikut menjaga ritme pertunjukan.
Secara garis besar, pertunjukan secara keseluruhan akan sangat terdampak dengan musik ini.
Simbol dan Metafora
Ada banyak ide atau tema abstrak yang dihadirkan di atas panggung. Di saat itu, tokoh masih bergerak (mungkin belum bergerak), dan tidak ada kata-kata yang hadir. Yah, karena teater adalah dimensi atmosferal, maka kata-kata juga menjadi "unsur pendukung" dalam sebuah pertunjukan.
Musik hadir sebagai penyampai secara simbolis, melewati apa yang disebut sebagai "keterbatasan kata-kata". Penceritaan bisa hadir lewat kata-kata (dialog), namun musik akan memberikan lapisan makna lain pada narasi tersebut.
Irama dan Energi
Secara umum ada proses "pantulan cermin" pada sebuah pertunjukan. Pantulan cermin (reflecting mirror) adalah istilah kami ciptakan sendiri untuk menggambarkan bahwa ada energi yang saling memantul antara pertunjukan (spektakel) dengan penonton (spektator).
Pemain dan pertunjukan akan mengeluarkan energi yang dilemparkan pada penonton yang menikmatinya. Nah, energi tersebut terserap oleh penonton kemudian dikembalikan lagi ke atas panggung dalam bentuk respon psikologis. Saat itu, energi para aktor menjadi bertambah berkali lipat, begitu seterusnya.
Misalnya, seorang aktor mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk memunculkan adegan yang membuat haru. Ini proses yang disebut rilis energi dari atas panggung ke arah penonton. Penonton menjadi terharu karena adegan tersebut, maka penonton tanpa disadari akan "melempar energi balik" tersebut.
Maka, pemain (dan pertunjukan keseluruhan) akan mendapatkan energi balik, yang kemudian dilemparkan lagi ke penonton lewat spektakel lainnya. Penonton melemparkan balik lewat respon psikologis lainnya. Begitu seterusnya, hingga berakhir dengan tepuk tangan meriah sehabis pertunjukan.
Musik menjadi penambah sekaligus layer energi yang ikut "terlempar" dari pertunjukan ke penonton secara auditif. Tidak hanya itu, musik sekaligus menjaga irama pertunjukan, dan menambah tekstur serta variasinya.
Pengembangan Karakter
Bila di atas beberapa fungsi ditujukan bagi penonton dan pertunjukan secara menyeluruh, maka kali ini musik akan sangat berguna bagi seorang aktor untuk menghayati perannya. Dukungan musik menjadikan "vibes" dan "nuansa" (atmosfer dan ambience) bisa tercipta, maka motivasi dan dorongan dari dalam bagi para aktor bisa bekerja lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
Itu tadi beberapa fungsi musik dalam pertunjukan teater. Musik, seperti unsur pendukung lainnya, akan menjadikan pengalaman teater Anda secara keseluruhan akan menjadi lebih baik. Maka, akan lebih baik bila sebuah pertunjukan melibatkan penata musik yang tepat, serta berhasil menghadirkan musik yang tepat di adegan yang tepat.