Serangan Fajart: Politik "Santun" Omong Kosong dan Memburuknya Indeks Demokrasi -->
close
Pojok Seni
13 February 2024, 2/13/2024 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2024-02-13T13:03:03Z
Artikel

Serangan Fajart: Politik "Santun" Omong Kosong dan Memburuknya Indeks Demokrasi

Advertisement


Deklarasi dan Manifesto Serangan Fajart
Pembacaan Manifesto Serangan Fajart (Foto: Budi ID)


Pojok Seni - Setelah melewati masa orde baru yang sedemikian ketat dengan sensor dan filterisasi konten, isu-isu dulu seakan kembali lahir lagi di era para milenial saat ini. Cara kotor dalam berpolitik, KKN, dan indeks demokrasi yang semakin menurun, diperparah dengan dalih "politik santun" yang justru melanggengkan kelicikan oligarki dan elit politik saat ini.


Politik santun menjadi sebuah omong kosong yang dijadikan dalih untuk membungkam suara keras dari masyarakat yang mengkritik sistem. Seniman, dalam kondisi ini menjadi satu golongan yang semakin tersingkir dari medan sosial, khususnya ketika berbicara tentang politik. 


Masyarakat masuk ke dalam sebuah kondisi simulakra (meminjam terminologi Jean Baudrillard), alias "ilusi salinan dari realitas". Sebuah realitas yang didesain, seakan menjadi sebuah gelembung untuk menciptakan kenyamanan fana, dan mematikan rasa. Juga menutup kemampuan untuk melihat di luar gelembung, melenakan, seakan-akan semuanya baik-baik saja.


Deklarasi dan Manifesto Serangan Fajart
Diskusi usai pembacaan manifesto (foto: Budi ID)

Maka sekelompok seniman menyatukan diri dalam gerakan yang diberi nama "Serangan Fajart" (stilir dari kebiasaan para calon wakil rakyat di 'injury time' Pemilu). Gerakan ini bertujuan agar para seniman lain, dan juga khalayak umum tidak terlena dan mati rasa di simulakra yang diciptakan oleh para petinggi di negeri ini.


Serangan Fajart membicarakan tentang kematian etika dan estetika, lalu menyerukan agar para seniman ikut serta dalam gerakan ini di daerah masing-masing. Agar nalar lebih kritis, rasa juga semakin dalam. Agar kebenaran dan keadilan dapat ditemukan kembali di negeri ini.


Perasaan yang telah mati, dibangkitkan kembali. Karena manusia sebagai makhluk berperasaan, juga mesti merasakan murka, malu, bahagia, benci, sedih, kecewa, dan kasih sayang. Matinya perasaan karena terbelenggu gelembung simulakra hanya akan menjadikan jiwa menjadi sia-sia. Mata tertutup pada ketimpangan, pada kerusakan, pada kecurangan, dan ketidakadilan. Sampai akhirnya semuanya menjadi seperti hal yang biasa, padahal dibiasakan. 


Deklarasi dan Manifesto Serangan Fajart
Diskusi dan deklarasi Serangan Fajart di Jakarta (foto: Budi ID)


Demokrasi, yang dirayakan lewat kontestasi lima tahunan ini, katupnya tertutup. Perlu letupan jiwa untuk membukanya kembali. Katup demokrasi yang tertutup telah lama menyumbat sendi kehidupan. Karena itu, gerakan ini ditujukan untuk membangkitkan lagi rasa, dari kematiannya.


Sejumlah seniman ikut ambil bagian dalam deklarasi dan manifesto yang digelar secara hibrid ini. Kegiatan ini digelar di Studio Hanafi, pada hari Selasa, 13 Februari 2024. Tepat sehari sebelum pemilu digelar.

Ads