Advertisement
Oleh: Adhyra Irianto
Ada keindahan dari tubuh manusia, kata Agustinus (345-430 M), seorang filsuf dalam risalah pendeknya berjudul de Pulchro et Apto (tentang yang indah dan pantas). Argumennya tentang estetika dimulai dengan premis bahwa "angka adalah hakikat dari semua sesuatu". Maka, seni juga berbicara tentang "angka".
Angka yang dimaksudnya adalah "matematika". Agustinus berpendapat bahwa seluruh tubuh manusia menjadi indah dilihat karena "pembentukan keseluruhannya" dan dari "kepantasan". Bila disimpelkan, tubuh manusia menjadi indah dilihat karena ada sebuah susunan yang "benar".
Keindahan, baru akan terlihat dan muncul bila hadir dari sesuatu yang tersusun dengan benar atau "pantas". Susunan yang benar itu diartikan sebagai sebuah keselarasan antar setiap unsur atau bagian di dalam tubuh manusia tersebut. Maka sesuatu yang indah akan memiliki sebuah kepantasan (aptum & accodomatum).
Dari Agustinus, bisa kita ringkas bahwa sebuah seni baru bisa mencapai level "bagus" kalau sudah melewati tahap "benar". Bicara tentang hal yang benar, maka yang dimaksudkan adalah rasio dan proporsi. Seni bersifat rasional, karena penataan bagian-bagiannya didasarkan pada proporsi.
Secara kasat mata, hal tersebut terlihat di seni arsitektur, grafis, seni rupa, dan setipenya. Namun, bila dikaji lebih dalam, hal tersebut juga berada di dalam seni tari, teater, sastra, dan musik.
Rasio diartikan sebagai hubungan matematis antara dua (atau lebih) objek. Untuk membangun sesuatu yang proporsional, maka diperlukan pertimbangan matematis. Karena itu, hakikat keindahan menurut Agustinus berarti sebuah hubungan matematis antar bilangan.
Agustinus, selain filsuf, juga dikenal sebagai pemikir Kristen. |
Bilangan atau angka-angka (matematik) adalah dasar dari semua sesuatu. Gawai, kendaraan, lampu, sound system, dan semua alat-alat yang saat ini ada di sekitar Anda, dibuat berdasarkan matematika. Itu berarti, rasio dan proporsi menjadi dasar dari semua sesuatu. Dan itu termasuk karya seni.
Maka, Agustinus dengan percaya diri meyakini bahwa semua yang ada dalam hidup ini, semua kenyataan yang Anda lihat, semua tersusun dengan matematika.
"Tanyalah sebenarnya pada para seniman, apa yang menggerakkan tangan mereka. Hal itu adalah 'angka' sebab semua gerakan yang mereka gunakan untuk membuat karya seni penuh dengan perhitungan."
Pernyataan itu didasarkan pada sumber inspirasi dari seorang seniman adalah alam semesta. Sedangkan alam pun tersusun, terbentuk, dan terstruktur dengan hitungan tertentu. Tanpa bilangan, maka sesuatu akan kehilangan bentuk.
Katakanlah Anda sedang memanggang ayam potong. Dengan hitungan yang kurang, Anda akan mendapatkan ayam panggang yang kurang matang. Dengan hitungan yang tepat, Anda akan mendapatkan ayam panggang yang matang. Dengan hitungan yang berlebih, Anda akan mendapatkan ayam panggang yang gosong. Tanpa menggunakan hitungan apapun, Anda tidak akan mendapatkan ayam panggang apapun.
Karena hidup dan alam semesta didasarkan pada hitungan, maka seni semestinya memiliki pakem tentang bilangan. Suatu karya akan menjadi "indah" ketika telah melewati level "benar", yang berarti tepat hitungan dan proporsinya.
Golden ratio (rasio emas), sebuah proporsi yang diajukan Fibonaci untuk menghasilkan sesuatu yang indah karena tepat. Rasio emas ini adalah salah satu argumen yang menguatkan pendapat Agustinus. |
Untuk contoh kasus yang diajukan Agustinus, adalah untuk menghadirkan keindahan dari tiga jendela berjajar yang diletakkan di sebuah dinding. Tiga jendela tersebut harus sama besarnya, untuk diletakkan berjajar. Bila berbeda ukurannya, maka ukuran yang paling besar ke sedang dan ke ukuran yang kecil harus sama rasionya. Misalnya, 4 meter untuk ukuran jendela yang satu, maka jendela yang sedang haruslah berukuran 2 meter, dan jendela satu lagi haruslah berukuran 1 meter.