Penjilatan Kekuasaan dalam Mitologi, Seni, dan Sastra (Bagian II-Habis) -->
close
Pojok Seni
15 January 2024, 1/15/2024 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2024-01-15T01:00:00Z
Ulasan

Penjilatan Kekuasaan dalam Mitologi, Seni, dan Sastra (Bagian II-Habis)

Advertisement


Artikel ini merupakan bagian 2. Baca bagian 1 di sini: Penjilatan Kekuasaan dalam Mitologi, Seni, dan Sastra (bagian 1)


Oleh: Zacky L Makmur*

Meminimalkan Risiko sosial atau Politik


Dalam situasi di mana perubahan kekuasaan, atau ketidakpastian politik, yang dapat memengaruhi stabilitas dan keamanan individu, maka praktik menjilat kekuasaan dianggap sebagai bentuk perlindungan diri. Individu mungkin melihatnya sebagai strategi adaptasi yang dapat membantu mereka menavigasi perubahan, dan mendapatkan perlindungan dalam dinamika politik yang tidak menentu. 


Dalam pandangan ini, penjilatan kekuasaan bukan hanya sebagai tindakan oportunis, tetapi sebagai respons cerdas terhadap ketidakpastian yang mengancam. Penting di sini untuk memahami secara bijaksana bahwa penjilatan kekuasaan, dalam konteks ini, tidak selalu memiliki konotasi negatif. 


Bagi individu yang merasa terancam oleh ketidakpastian politik, penjilatan kekuasaan dapat dianggap sebagai strategi untuk meminimalkan risiko sosial atau politik yang mungkin muncul. Perilaku ini menjadi semacam perisai psikologis, yang memungkinkan individu untuk tetap relevan dan bertahan dalam kondisi tidak pasti.


Dalam karya seni dan sastra, tema ini dapat dijelajahi dengan mendalam untuk menciptakan narasi yang lebih kompleks tentang dinamika manusia dan ketidakpastian. Contohnya, dalam karya fiksi, seorang karakter yang terlibat dalam penjilatan kekuasaan sebagai respons terhadap ketidakpastian politik dapat menjadi titik pusat cerita yang menyajikan konflik moral dan psikologis yang mendalam.


Dengan demikian, ketika mengamati perilaku menjilat kekuasaan, perlu pula dipahami bahwa ini bukanlah sekadar tindakan oportunis, tetapi juga bisa menjadi strategi rasional dalam menghadapi lingkungan yang berubah. Pandangan ini memberikan dimensi baru untuk menggali kompleksitas perilaku manusia.


Selain itu dalam pemahaman perilaku manusia, peran budaya politik dan norma sosial menjadi pondasi utama pula yang membentuk dan memandu dinamika sosial suatu masyarakat. Mempelajari tradisi menjilat kekuasaan dari perspektif ini, memberikan wawasan yang lebih baik tentang mengapa dan bagaimana praktik ini dapat bertahan dalam suatu masyarakat. 


Faktor-faktor ini menjadi kunci dalam merancang pendekatan yang sesuai untuk mengatasi atau mengurangi praktik ini, tergantung pada konteks budaya dan politik tertentu. Budaya politik jadinya disini mencerminkan tata nilai, keyakinan, dan norma yang membentuk pola perilaku politik dalam masyarakat. 


Tergantung Budaya dan Politik Tertentu


Dalam budaya politik yang mendukung tradisi menjilat kekuasaan, praktik ini mungkin dianggap sebagai langkah yang wajar atau bahkan dihargai sebagai bentuk kecerdasan politik. Sebaliknya, dalam budaya politik yang mengecam penjilatan kekuasaan, individu mungkin merasa terkekang oleh norma sosial yang lebih ketat.


Norma sosial, di sisi lain, memberikan panduan tentang apa yang dianggap sebagai perilaku yang dapat diterima atau tidak dalam suatu masyarakat. Jika norma sosial menghargai integritas dan kejujuran, tradisi menjilat kekuasaan kemungkinan besar akan mendapat perlawanan dan kritik. Namun, jika norma sosial menciptakan ruang untuk strategi politik yang kurang transparan, praktik ini mungkin berkembang dan menjadi bertahan.


Dari itu memahami peran budaya politik dan norma sosial, menjadi landasan penting dalam merancang pendekatan untuk mengatasi atau mengurangi tradisi menjilat kekuasaan. Tidak ada solusi universal, karena setiap masyarakat memiliki konteks budaya dan politik yang khas. 


Di masyarakat yang menganut budaya politik terbuka dan norma sosial yang menilai integritas, pendekatan pencegahan melalui pendidikan dan perubahan normatif mungkin lebih efektif. Sementara itu, di masyarakat yang menerima atau bahkan membenarkan praktik ini, pendekatan yang lebih kompleks, seperti reformasi kebijakan atau gerakan sosial, sangat diperlukan untuk memicu perubahan.


Dalam seni dan sastra, tema ini sering kali menjadi bahan refleksi. Karya seni dan sastra dapat memberikan gambaran mendalam tentang konflik antara budaya politik dan norma sosial, lalu mengeksplorasi kompleksitas perilaku manusia dalam konteks politik yang berbeda. 


Melalui karya-karya seni dan sastra yang demikian bakal diperoleh  pemahaman yang lebih dalam tentang perjuangan moral dan etika dalam menghadapi tradisi menjilat kekuasaan. Bersamaan pula dari sini muncul pemahaman tentang budaya politik dan norma sosial.


Mengatasi Tradisi Menjilat Kekuasaan 


Pemahaman mendalam tentang peran budaya politik, norma sosial, dan faktor-faktor lain yang membentuk tradisi menjilat kekuasaan memberikan landasan untuk merancang solusi pemecahan yang efektif. Pemecahan yang tepat harus mempertimbangkan konteks budaya dan politik spesifik masyarakat, dan dapat melibatkan serangkaian strategi yang mencakup pendekatan pendidikan, perubahan normatif, dan reformasi kebijakan.


Lewat pendekatan pendidikan dan kesadaran, di mana pendekatan ini mencakup upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dampak negatif dari tradisi menjilat kekuasaan. Melalui program pendidikan dan kampanye kesadaran, masyarakat dapat diberdayakan untuk mengenali taktik penjilatan kekuasaan dan memahami implikasi moral dan sosialnya. 


Pendidikan politik yang mempromosikan nilai-nilai integritas, dan transparansi, dapat menjadi alat yang efektif untuk mengubah persepsi masyarakat. Maka dari sini dapat menggeser norma sosial yang mendukung atau membenarkan penjilatan kekuasaan.


Perubahan ini dapat dicapai melalui kampanye publik, narasi budaya yang baru, dan promosi nilai-nilai positif seperti kejujuran dan tanggung jawab. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya norma yang menilai integritas dapat memberikan dorongan yang kuat untuk mengubah sikap terhadap praktik penjilatan kekuasaan.


Selain itu jika praktik penjilatan kekuasaan terkait dengan kelemahan dalam sistem kebijakan, reformasi kebijakan dapat menjadi solusi krusial. Menerapkan aturan dan regulasi yang ketat, memastikan transparansi dalam pengambilan keputusan politik, dan memperkuat mekanisme pengawasan dapat membentuk lingkungan yang tidak ramah terhadap penjilatan kekuasaan.


Dalam menyusun solusi untuk mengatasi atau mengurangi tradisi menjilat kekuasaan, adalah bahwa pendekatan yang efektif harus bersifat holistik dan disesuaikan dengan konteks budaya dan politik setiap masyarakat. Kombinasi strategi pendidikan, perubahan normatif, dan reformasi kebijakan dapat membentuk fondasi yang kuat untuk menciptakan perubahan positif. 


Pentingnya melibatkan masyarakat dalam perjalanan ini tidak dapat diabaikan, karena hanya dengan partisipasi aktif dan kesadaran kolektif masyarakat, kita dapat mencapai transformasi yang berkelanjutan menuju masyarakat yang lebih etis, berintegritas, dan transparan. ***

Ads