Payung Terakhir: Teater Objek dan Konsep Multinarasi -->
close
Pojok Seni
17 January 2024, 1/17/2024 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2024-01-17T07:34:26Z
teaterUlasan

Payung Terakhir: Teater Objek dan Konsep Multinarasi

Advertisement

Oleh: Ikhsan Satria Irianto


Jambi/Pojok Seni - Pertunjukan teater “Payung Terakhir” adalah capaian dari kerja kolaboratif lintas disiplin seni yang melibatkan lebih dari 30 seniman dengan latar belakang yang beragam. Proses penciptaan teater kolektif ini menghasilkan produk artistik yang memiliki daya tarik interdisipliner dengan kekuatan sastrawi, gestural, musikal dan teatrikal. Karya teater yang ditulis dan disutradarai oleh Didin Siroz ini merupakan produksi dari Teater Tonggak Jambi yang bekerja sama dengan Taman Budaya Jambi. Pertunjukan yang berdurasi 45 menit ini digelar selama dua hari (13-14/01/2024) di Teater Arena Taman Budaya Jambi. 


Objek “payung” dalam karya “Payung Terakhir” tidak hanya hadir sebagai properti atau bagian dari set pertunjukan, namun “payung” memiliki peran yang esensial dan fundamental sebagai objek yang menjadi basis pertunjukan. Narasi dan forma yang dibawa oleh “payung” menjadi landasan dan basis kerja artistik. Selain itu, setiap tindakan dramaturgi yang diambil merupakan respon atas “payung”. Artinya, kehadiran entitas “payung” mendahului atau menginspirasi lahirnya gagasan. Pilihan kerja artistik ini kiranya mengusung konsep atau beririsan dengan kerja artistik dari teater objek. Teater objek adalah teater yang menjadikan objek sebagai basis penciptaan karya. Tindakan dramaturgi ini telah beberapa kali dipilih oleh Teater Tonggak Jambi sebagai landasan kerja artistiknya dan mungkin telah menjadi ciri khas kelompok mereka. Seperti objek “lesung” dan “luci” dalam karya “Lesung Luci” (karya/sutradara Didin Siroz) dan objek “lemari” dalam karya “Lemari” (karya/sutradara Hendry Nursal).


Pemilihan “payung” sebagai media yang dieksplorasi secara bentuk dan gagasan, memiliki daya estetik dan simbol yang kaya. Karya “Payung Terakhir” tidak hanya menarik secara ide, tetapi juga indah secara visual. Tindakan dramaturgi ini tentunya memiliki tendensi untuk menyediakan spektakel yang ramah untuk spektator. Seandainya, makna yang tersedia begitu terselubung di dalam simbol yang membutuhkan pengamatan dan perenungan, penonton juga dapat terhibur oleh keindahan audio dan visual yang tersaji di atas panggung. Artinya, karya “Payung Terakhir” tidak hanya menyelesaikan tugasnya sebagai media komunikasi, tetapi juga memberikan pengalaman estetik untuk berbagai segmentasi penonton. 


Objek “payung” mewadahi berbagai narasi yang hadir dan kemudian bersilangan di atas panggung. Kehadiran “payung” dengan berbagai forma mengemban berbagai simbol sosial yang begitu akrab namun memiliki makna yang mendalam. Setiap “payung” yang hadir di atas panggung membawa narasi yang direspon oleh tokoh untuk kemudian menjadi topik yang memproduksi narasi baru. Maka dapat disimpulkan bahwa kehadiran “payung” mengusung konsep multinarasi yang bertujuan untuk menawarkan berbagai persoalan yang terjadi dari “payung” itu sendiri. 


Narasi "payung" pertama adalah simbol keagungan dalam upacara adat. Narasi "payung" kedua adalah penderitaan pekerja dan relasi kuasa dalam tataniaga. Narasi "payung" ketiga adalah kerusakan ekologi. Narasi "payung" keempat adalah koalisi politik. Narasi "payung" keempat adalah unjuk rasa dan perlawanan rakyat. Narasi "payung" kelima adalah narasi terakhir, yaitu payung sebagai simbol kematian. Berdasarkan alur dari rangkaian narasi yang hadir kemudian saling memengaruhi, tergambar secara eksplisit bahwa karya “Payung Terakhir” tidak mengusung konsep metanarasi sebagai ide tunggal, tetapi memilih konsep multinarasi yang menawarkan ruang diskursif yang lebih luas dan kaya. 




Hal yang menarik dari karya “Payung Terakhir” adalah efek hujan buatan yang tidak hanya memberikan efek visual yang indah ketika disinari oleh cahaya, tetapi efek audio dan nuansa dingin yang dilahirkan mampu memberikan impresi yang kuat kepada penonton. Efek ini tentunya berpengaruh besar dalam upaya mengikat penonton untuk terlibat secara langsung dengan peristiwa yang tersedia di atas panggung. Efek hujan yang dapat dirasakan langsung oleh penonton secara indrawi mempertegas pentingnya kehadiran “payung” di tengah-tengah peristiwa. Meskipun cukup mengherankan bila air hujan dihadirkan secara natural dalam karya yang sangat simbolis.  


Selain itu, kerja direktorial sutradara juga perlu diacungi jempol karena spektakel yang dibangun oleh lebih dari 30 aktor terkomposisikan dalam penataan leveling, gruping dan blocking yang rapi. Selain itu, efek audio dan efek visual hadir dalam kesatuan yang harmoni sebagai pendukung dari peristiwa dramatik di atas panggung. Komunikasi setiap narasi juga begitu komunikatif, terutama komunikasi verbal oleh para aktor. Meskipun, pada wilayah kerja pemeranan tidak begitu ketat tergarap. Chemistry aktor yang lemah membuat aktor seakan bermain terpisah tanpa ada relasi karakter yang kuat. 


Salah satu kerja artistik yang mungkin belum tersentuh atau telah tersentuh namun tidak begitu maksimal dalam karya “Payung Terakhir” adalah wilayah kerja dramaturgial. Hal ini tergambar dari lemahnya proses reduksi ide dalam eksekusi artistik, sehingga membuat panggung begitu riuh dan gaduh oleh ide-ide yang saling tumpang tindih untuk muncul mengambil peran. Set panggung yang telah begitu ramai dengan set floor dan properti yang memiliki motif yang meriah membuat kehadiran aktor yang ramai menjadikan spektakel terlalu eksesif. Tindakan dramaturgi ini tidak hanya terlihat lebih “sesak”, tetapi juga membuat komunikasi antar simbol menjadi saling menenggelamkan. Semoga wilayah kerja dramaturgial dan keterlibatan dramaturg dapat melengkapi kerja-kerja artistik teater Jambi di kemudian hari.


Sebagai sebuah peristiwa teater, “Payung Terakhir” telah menyelesaikan tugasnya dengan memukau. Mudah-mudahan teater di Jambi yang telah selesai pada tahap kuantitas, akan segera mengalihkan fokus kepada kualitas, seperti yang telah dikerjakan oleh Teater Tonggak Jambi. Salam budaya, viva teater. 

Ads