Menulis Naskah Drama dalam 8 Langkah (Untuk Teater) -->
close
Pojok Seni
27 January 2024, 1/27/2024 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2024-01-27T01:00:00Z
teaterUlasan

Menulis Naskah Drama dalam 8 Langkah (Untuk Teater)

Advertisement
Ilustrasi pementasan teater: Diffusion Interogasi Tradisi


Oleh: Diah Irawati* & Adhyra Irianto**


Menulis naskah drama, berarti menyiapkan sebuah kehidupan yang akan ditampilkan di atas panggung. Cerita yang berbentuk "slice of life" (potongan kehidupan) akan lebih baik bila dihadirkan "now and here" (saat ini dan di tempat ini). Apa maksudnya?


Maksudnya, cerita yang akan Anda tampilkan hanya mengambil waktu yang tidak begitu lama, serta tempat yang menjadi latar juga tidak begitu banyak. Rata-rata naskah drama realisme yang bisa dipentaskan dalam waktu 1 - 2 jam, paling banyak hanya mengambil 2 setting tempat.


Menulis naskah drama akan lebih baik bila hanya ada satu latar tempat saja. Seperti naskah drama Malam Jahanam (karya Motingo Busye) misalnya, yang hanya menghadirkan satu latar tempat. Ada banyak naskah lain yang juga menghadirkan satu latar tempat saja, seperti Ayahku Pulang (karya Usmar Ismail), Barabah (karya Motingo Busye), dan sebagainya. Untuk contoh naskah drama, Anda bisa mengunduhnya di sini: Download Naskah Drama.


Dalam tulisan kali ini, Pojok Seni akan membagikan 10 langkah menulis naskah drama. Apa saja langkah-langkahnya? Mari simak hingga selesai.


Sebelumnya, naskah drama (untuk film disebut skenario), adalah teks tertulis yang berisi latar cerita, plot, dialog, dan arahan karakter (gerakan, motivasi, dan emosi). Itu berarti, menulis naskah drama berarti menulis cerita, plot, dialog, dan arahan karakter.


Meski demikian, perlu dicatat bahwa sutradara memiliki hak kebebasan kreatif untuk "menceritakan ulang cerita dalam naskah lewat bentuk pertunjukan". Jadi, sutradara bisa saja memotong, mengubah, menyambung ulang, menambal sulam, dan sebagainya terhadap sebuah naskah drama.


Sebab, teater adalah dimensi pertunjukan. Karena itu, efek yang dikejar pertama kali adalah atmosfer pertunjukan. Sedangkan naskah drama dimasukkan dalam kategori seni sastra, yang berarti dimensi teks. Maka, efek yang ingin dikejar pertama kali adalah keindahan tekstual.


Namun, naskah drama masih tetap sebuah pondasi pijakan sebuah pertunjukan. Hal yang perlu dicatat adalah, pertunjukan teater bukan melisankan naskah drama. Tapi, membunyikan atau menubuhkan teks tersebut.


Langkah-langkah menulis naskah drama


Langkah Pertama: Brainstorming untuk Ide Spesifik


Ini langkah yang paling pertama. Anda membutuhkan ide cerita, tapi Anda pasti percaya bahwa ada satu premis utama yang paling ingin disampaikan oleh seorang penulis naskah. 


Penulis naskah di kisah superhero misalnya, memasukkan banyak ide-ide dalam tulisannya. Tapi, premis utama yang ingin ia sampaikan adalah "kejahatan akan selalu kalah di hadapan kebenaran".


Penulis naskah romansa mungkin akan menyematkan kritik sosial dalam naskahnya. Tapi, premis utama yang ingin ia sampaikan adalah "tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan cinta yang sejati".


Maka, tentukan premis sebagai induk dari ide-ide lain yang spesifik. Kita coba ilustrasikan seperti berikut ini:


Premis utama:


Sebuah pencapaian yang didapatkan dari kecurangan tidak akan membawa berkah


Katakanlah pilihan premis yang Anda pilih sebagai sumber Anda menulis naskah drama adalah pernyataan tersebut. Sekarang, coba cari apa saja rangkaian ide lainnya yang bisa mendukung pernyataan tersebut.


  • Si A mendapatkan keberhasilan dengan kecurangan
  • Si B menjadi seseorang yang gagal karena kecurangan A
  • Maka, si B selama hidupnya menyimpan dendam dengan si A, dan bertekat untuk membalasnya.
  • Si A sepanjang hidupnya selalu takut karena si B terus mengancamnya.
  • Si B mendapatkan kesempatan untuk membalaskan dendamnya pada si A di suatu hari


Maka, terlihat sekilas bahwa tubuh cerita Anda sudah mulai terlihat. Itu berarti waktunya masuk ke langkah kedua.


Langkah Kedua: Menubuhkan Karakter Menjadi 3 Dimensi


Bila suatu benda menjadi tiga dimensi dengan panjang kali lebar kali tinggi, maka seorang "manusia" baru bisa menjadi tiga dimensi ketika ada tiga unsur; fisiologis (apa yang terinderakan), psikologis (pikiran dan perasaan), dan sosiologis (latar belakang sosial).


Misalnya, dari cerita yang dibangun di atas (baca lagi langkah pertama), kita punya dua tokoh: si A dan si B. Sekarang, beri nama terlebih dulu dua tokoh kita ini.


  • A diberi nama Simon.
  • B diberi nama Malik.


Tentunya, dua tokoh ini belum hidup hanya karena diberi nama. Sekarang bangun unsur fisiologisnya terlebih dulu.


  • Simon: tinggi, berambut ikal, berkulit putih, bertubuh tegap, hidung mancung, suara cukup berat, berjalan selalu tergesa, dan seterusnya.
  • Malik: tinggi, berambut lurus, berkulit gelap, bertubuh tegap, berhidung bangir, suara ringan, berjalan santai, dan seterusnya.


Setelah membangun unsur fisiologisnya, sekarang sosiologisnya.


  • Simon: terlahir dari keluarga berada dan terpandang, punya jaringan dan koneksi, suku Jawa, beragama Islam, dan seterusnya.
  • Malik: terlahir dari keluarga biasa, hidup berkecukupun tapi tidak berlebih, terbiasa disiplin, keturunan Arab, dan seterusnya.


Dukungan dari dua unsur tersebut bisa membuat Anda mereka bagaimana sifat, karakter, watak, motivasi, dan sebagainya dari dua tokoh tersebut. Hal inilah yang disebut unsur psikologis dari tokoh itu.


  • Simon: manja, tak biasa menahan kepuasan, kerap bertindak seperti seorang bos, dan seterusnya.
  • Malik: terbiasa mandiri, apa adanya, keras, dan seterusnya.


Watak dari karakter bisa berubah sepanjang perjalanan cerita. Seorang ibu yang takut kecoa, bisa mengamuk ketika melihat kecoa, karena ingin melindungi putrinya. Seorang perempuan yang lemah dan selalu takut, akan mengamuk ketika orang yang ia cintai diperlakukan semena-mena. Hal-hal tertentu bisa mengubah karakter seseorang. 


Jadi, semuanya saling terkait. Watak bisa membawa alur cerita. Cerita juga bisa mengubah watak dari karakter yang Anda ciptakan. Setelah karakter tadi sudah diciptakan, maka masuk ke langkah ke tiga.


Langkah Ketiga: Aransemen Cerita


Berikutnya, mari menulis cerita ini secara garis besar. Menulis aransemen cerita hanya memerlukan satu atau dua halaman saja. Siapapun yang membacanya sudah tahu bagaimana inti ceritanya. Setidaknya, aransemen ini memuat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini: 


  • bagaimana alur ceritanya? 
  • apa penyebab konfliknya? 
  • bagaimana saat konflik terjadi? 
  • bagaimana pemecahan masalahnya? 
  • apa dampaknya? 
  • dan apa yang terjadi pada tokoh-tokoh setelah itu?


Saat ini Anda sedang mengaransemen cerita. Bagian yang tertulis adalah plot utama. Untuk mendukung plot utama mampu "berjalan" dengan baik, maka Anda membutuhkan sejumlah sub-plot yang mendukung plot utama tersebut. 


Atau, dalam beberapa kesempatan, Anda bisa menulis naskah drama didasarkan pada pengalaman atau cerita kehidupan Anda sehari-hari. Untuk itu, Anda bisa membaca artikel ini: Bagaimana mengubah Pengalaman Sehari-hari Menjadi Naskah Drama


Langkah Keempat: Membangun sub-plot


Sub-plot adalah plot pendukung, entah berbentuk cerita dari beberapa tokoh, atau mungkin bentuk lainnya (seperti flashback misalnya). Buat daftar tokoh Anda di sisi lain untuk memastikan tokoh-tokoh Anda tidak "melakukan sesuatu" yang di luar watak, karakter, dan kemampuan mereka.


Langkah Kelima: Riset latar


Sebenarnya, riset-riset sudah bisa dilakukan di awal. Tapi, untuk riset latar, sebaiknya dilakukan setelah cerita berhasil Anda bangun. 


Kenapa? Agar tempat yang Anda riset adalah tempat yang benar-benar Anda perlukan. Riset tempat ini diperlukan untuk membangun sisi 4 dimensi dari latar tempat Anda.


Langkah Keenam: Menulis cerita keseluruhan


Baik, sekarang karakter Anda sudah lengkap, alur cerita sudah lengkap, sub-plot juga sudah lengkap, begitu juga dengan latar waktu dan tempat, maka mulailah menulis cerita Anda.


Kesulitan penulis pemula untuk menyelesaikan tulisannya adalah; mereka tidak tahu kemana cerita itu akan dibawa!


Langkah Ketujuh: Editing


Setelah cerita Anda tulis, maka lakukan editing seperlunya untuk tulisan Anda tersebut. Pastikan, tidak ada adegan yang bertele-tele, terlalu panjang, atau terlalu pendek. 


Jangan sampai ada emosi yang melompat (jumping), tiba-tiba konflik dan sebagainya. Pastikan jahitan antar adegan benar-benar rapi dan terjaga sampai selesai adegan.


Langkah Kedelapan: Pentaskan!


Berbeda dengan karya sastra lain, naskah drama baru bisa utuh ketika sudah dipentaskan. Saat dipentaskan, Anda akan melihat bagaimana ceritanya secara keseluruhan. Mungkin ada tambahan, mungkin juga ada yang dikurangi, berdasarkan pementasan tersebut.


Intinya, semakin sering dipentaskan, naskah Anda akan semakin baik. Semakin banyak dipentaskan, maka semakin banyak diperbaiki. 


Selamat mencoba menulis naskah drama.

Ads