Menggunakan Pendekatan Sistemik Fungsional Gramatikal dalam Analisis Prosa -->
close
Pojok Seni
11 December 2023, 12/11/2023 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2023-12-11T01:00:00Z
Ulasan

Menggunakan Pendekatan Sistemik Fungsional Gramatikal dalam Analisis Prosa

Advertisement
pendekatan sistemik fungsional gramatikal


Oleh: Adhyra Irianto* & Diah Irawati**


Pendekatan sistemik fungsional (Systemic Functional Approach) adalah sebuah sistem pendekatan analisa teks yang diperkenalkan oleh M.A.K Halliday (2004), yang dikembangkan dari teori fungsional gramatikal yang awalnya juga ditawarkan oleh Halliday tahun 1994. Secara umum, pendekatan ini ditujukan untuk menjelaskan berbagai jenis sudut pandang dalam teks. Sebab menurut Halliday, teks merupakan sebuah fenomena yang kaya akan makna dan memiliki banyak sisi, yang masing-masing menawarkan tafsiran yang berbeda, sekaligus bisa didekati dengan berbagai cara. Dengan demikian, teks bisa dieksplorasi dengan berbagai sudut pandang, termasuk fungsi dari gramatikalnya. Proses penciptaan sebuah kalimat, dimulai dari kata menjadi frasa, menjadi klausa, lalu menjadi sebuah kalimat. Kalimat ini yang kemudian masuk ke dalam sebuah paragraf, hingga menjadi sebuah teks tertentu. Proses penciptaan itu akan melibatkan ekspresi bahasa.


Proses terjadinya kalimat

Sebelum menganalisa sebuah teks utuh, dalam pendekatan sistemik fungsional, pendekatannya dimulai dari sebuah klausa. Klausa adalah bagian dari kalimat yang telah memiliki subjek dan predikat. Sebagai unit dari satuan sintaksis, Klausa bersifat predikatif. 


contoh klausa


Klausa lengkap adalah klausa yang telah terdiri dari susunan Subjek (S) + Predikat (P), dengan susunan SP untuk klausa lengkap umum, dan susunan PS untuk klausa lengkap inversi. 


Selain klausa lengkap, ada juga klausa tak lengkap. Klausa tidak lengkap disebabkan ketiadaan unsur S di dalam kalimat. Hal ini disebabkan karena klausa tersebut merupakan gabungan dengan klausa lain dengan subjek yang sama.


Klausa sebagai representasi 


Klausa sebagai representasi disebabkan klausa merepresentasikan konten dari pengalaman penulis teks. Konten yang direpresentasikan tersebut biasanya menjawab pertanyaan "siapa yang melakukan apa untuk siapa?"


Kesan menjadi kunci dalam menggunakan sistem transivitas untuk mencari makna dalam sebuah kalimat. Saat inilah sistem transivitas dalam gramatikal akan dipergunakan secara utuh. Seperti disebut sebelumnya, proses transivitas ini akan sangat terkait dengan circumstances, partisipan, dan prosesnya. Selain transivitas yang akan berkaitan dengan ideasional, ada juga mood yang berkaitan dengan interpersonal, serta tema yang terkait dengan tekstual.


Proses memiliki berbagai tipe yakni relasional antara lain memiliki atribut, memiliki identitas, dan simbolisasi. Berikutnya tipe verbal, yakni berbicara. Tipe kedua ini menggunakan kata-kata yang menggambarkan relasi abstrak. 


Tipe berikutnya adalah tipe mental dan behavioral. Mental mengandung hasil melihat, berpikir, dan merasakan. Sedangkan behaviorial menggunakan tingkah laku atau apa yang dilakukan. Kedua tipe tersebut adalah kata-kata yang menggambarkan relasi kesadaran atau hasil dari sensing.


Selanjutnya ada tipe eksistensial dan material. Tipe eksistensial mengandung klausa yang bersifat keberadaan. Berikutnya ada tipe material, yakni klausa yang bersifat kejadian, perubahan, dan perbuatan. Kedua tipe tersebut merupakan tipe perbuatan atau dunia fisikal.


Klausa pertukaran


Klausa pertukaran adalah terkait hubungan antara subjek pembicara dengan objek atau tujuan bicara menggunakan bahasa. Perbedaan utama antara klausa representasi dengan klausa pertukaran adalah adanya sistem mood yang dipilih berdasarkan perbedaan peran yang bisa dipilih oleh pembicara, untuk pendengarnya.


Ada istilah "pembawa mood" dan "residu" yang digunakan dalam klausa pertukaran. Pembawa mood (mood carries) adalah bobot klausa sebagai sebuah kejadian interaktif. Sedangkan residu adalah bagian klausa yang "tersisa", setelah klausa lengkap (yang memiliki subjek). Residu berisi prediksi, pelengkap dan unsur tambahan lainnya. 


Misalnya untuk contoh kalimat di bawah ini:


Rudi sedang bermain bola, apakah benar?


Rudi sebagai subjek dan "sedang bermain bola" sebagai predikat adalah klausa lengkap. Dalam kategori ini termasuk dalam "mood". Sedangkan "sisanya" yakni "apakah benar?" adalah pelengkap termasuk dalam residu. 


Apakah Rudi sedang bermain bola di halaman rumah?


Dalam kalimat interogatif seperti di atas, maka mood ditandai dengan "apakah Rudi bermain" sedangkan sisanya adalah residu. Sedangkan untuk kalimat seperti di bawah ini:


Pergi bermain bola!


Maka keseluruhannya termasuk dalam kategori pelengkap predikator, maka semuanya termasuk dalam residu.


Klausa sebagai pesan


Untuk kategori ini, klausa menghadirkan fungsi menghadirkan informasi. Pesan tersebut sangat jerlas terkait dengan sistem "tema", yang terkait dengan organisir informasi dengan klausa individual dan teks lebih banyak lagi. Dalam klausa sebagai pesan, organisir kalimatnya berbentuk tema + rima.


Tema yang dimaksud adalah informasi yang diberikan, dan berfungsi sebagai titik awal pembicaraan. Sedangkan "rheme" (dalam artikel ini ditulis rima) adalah sisa pesan di klausa berikutnya dengan tema yang dikembangkan. Lihat contoh kalimat berikut ini.


klausa sebagai pesan

Dalam bahasa Indonesia, informasi pertama berada di klausa pertama (Ayah membelikan sepeda baru), dan itu adalah "theme". Sedangkan klausa berikutnya (setelah sepeda lama rusak parah), adalah rheme.


Menggunakan sistemik fungsional gramatikal bisa digunakan untuk menganalisis prosa. Bagaimana caranya? Tentu, kali ini perhatian penulis diarahkan ke klausa. Misalnya untuk contoh teks di bawah ini:


Ketika di suatu pagi, dengan seragam merah putih, aku melangkah gontai menuju sekolah.

Bisa kita urutkan bahwa struktur kalimat tersebut seperti ini:

Ketika di suatu pagi
pelengkap

dengan seragam merah putih
klausa pelengkap (rheme)

aku melangkah gontai menuju sekolah
klausa utama (theme).

Terlihat bahwa klausa tersebut merupakan klausa sebagai sebuah pesan. Pesannya jelas dan dikembangkan di klausa berikutnya. Bila Anda melangkah menuju sekolah, tentunya pertanyaannya bisa pagi hari untuk sekolah seperti biasa, dan siang hari untuk kegiatan ekstrakurikuler. Maka pelengkap "ketika di suatu pagi" menjelaskan bahwa Anda kemungkinan datang ke kegiatan belajar mengajar (intrakurikuler). Sedangkan klausa yang bersifat sebagai rheme, menjelaskan lagi kedatangan Anda sebagai siswa karena menggunakan seragam merah putih. Bukan sebagai guru, satpam, atau lain-lainnya.

Demikian pengantar singkat tentang sistemik fungsional gramatikal yang bisa digunakan untuk analisis prosa (teks). Tentunya, penjelasan ini masih belum lengkap, dan masih butuh penjabaran lebih lanjut. Hal itu akan dilanjutkan di tulisan berikutnya.

Ads