Membicarakan Perang Lewat Perspektif John Lennon: Berpihak pada Kemanusiaan -->
close
Pojok Seni
07 November 2023, 11/07/2023 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2023-11-07T01:00:00Z
ArtikelOpini

Membicarakan Perang Lewat Perspektif John Lennon: Berpihak pada Kemanusiaan

Advertisement

Ilustrasi perang

Pojokseni - Perang Israel - Hamas yang berkecamuk, mayoritas warga Indonesia memilih untuk berpihak pada Hamas. Solusi terbaik adalah two state nation [1], di mana kedua negara berdiri berdampingan dengan wilayah yang disepakati.


Namun, dukungan ke Palestina, secara umum, bisa disebut sebagai keberpihakan, alih-alih mendukung perdamaian. Kenapa? Karena semua ingin perang ini berakhir dengan kemenangan di satu sisi, kehancuran di sisi lainnya. 


Ciri khas keberpihakan juga terlihat bagaimana Indonesia tetap diam saja melihat perang yang berkecamuk di Yaman. Perang Saudi - Yaman, masih belum menemukan titik temu. Prundingan Arab Saudi dengan Houthi yang bersekutu dengan Iran gagal, dan saat ini China mencoba memediasi kedua pihak. Sejak 2014, perang di Sanna telah menghabiskan dana miliaran rupiah, dan menelan ratusan ribu korban. Tidak salah bila kantor berita DW menyebut bahwa kejadian Yaman menjadi krisis kemanusiaan paling besar di dunia [2]. Sedangkan Media Indonesia menyebut korban tewas hingga 2021 lalu di Yaman mencapai 377 ribu jiwa[3]


Menariknya, perang yang cukup mereda di akhir 2023 ini membuat Houthi justru menunjukkan dukungan penuh pada Hamas. Hal ini yang membuat Arab Saudi (sebagai musuh bebuyutan Houthi) akhirnya menyatakan berada di pihak Israel. Amerika menyatakan diri sebagai sekutu bagi kedua negara, baik Israel maupun Saudi. Seandainya, Saudi kembali menyerang Yaman, Amerika akan kembali menyokong negeri Tanah Suci tersebut. 


Sisi lain, Turki menyerang Suriah, tepatnya Desa Bcheïrîyé, Kota Qamishli, sekitaran timur laut Suriah pada tanggal 5 Oktober 2023 lalu. Sebuah bom dijatuhkan di perkampungan warga yang diisi oleh orang-orang Kurdi daerah tersebut. Tanggal 10 Oktober, sebuah pesawat tak berawak (drone) kembali melakukan serangan di daerah tersebut. Human Rights Watch menyebut setidaknya ada 11 orang warga sipil meninggal dunia, dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan tersebut[4]


Dalam kondisi tersebut, ada tiga perang yang berkecamuk dalam waktu nyaris bersamaan. Ada perang antara Israel vs Hamas di Palestina, Arab Saudi vs Houthi di Yaman, dan Turki vs bangsa Kurdi di Suriah. Semuanya adalah perang, tragedi kemanusiaan. Sialnya, lebih banyak orang-orang tak berdosa dan warga sipil yang menjadi korban kejahatan perang ini. Tapi, di mana warga Indonesia menempatkan dirinya? Hanya di Palestina. Karena penjahat perangnya adalah Yahudi. Untuk dua tempat lainnya, "penjahat" perangnya adalah sesama Muslim (Saudi dan Turki), maka tidak banyak yang mau melihat dua perang ini. 


Inilah yang disebut keberpihakan itu. Bukan masalah tragedi kemanusiaan, tapi tentang keyakinan dan iman. Membicarakan ini, kita akan mengingat sebuah lagu yang ditulis oleh John Lennon pada tahun 1964 berjudul Imagine. Bagaimana kita mencoba melihat perang ini dalam perspektif "imagine"-nya John Lennon?


Imagine dan Rencana Perombakan Kebudayaan


Lennon dan Yoko Ono
Lennon dan Yoko Ono (foto: Jack Mitchel)


Di antara semua dekade, bagi musik pop, tidak ada yang lebih revolusioner dari dekade 60-an. Baik di Amerika, maupun di Eropa, musik pop tradisional perlahan berganti ke musik populer modern di era ini. 


Era ini menandai revolusi musik pop, lahirnya pop rock, rock n roll, psychedelic rock, blues rock, dan folk rock. Intinya, musik 60-an adalah era musik pop yang hebat. Namun, hanya John Lennon yang mencoba menjadikan kuatnya pengaruh musik pop ini untuk tujuan merombak kebudayaan.


Lagu Imagine ditulis ketika John Lennon terpengaruh pada pikiran istrinya, Yoko Ono yang berpikir luas dan terbuka. Tepatnya, buku puisi "instruksional" karya Ono berjudul Grapefruit pada tahun 1963. Ono menulis:


Imagine the clouds dripping

dig a hole in your garden to

put them in



Puisi tersebut berjudul Cloud Piece yang ditulis pada musim semi tahun 1963. Puisi ini yang menjadi inspirasi bagi Lennon untuk menulis lagu yang mengajak semua orang untuk berimajinasi, membayangkan dunia yang damai. Kedamaian tersebut hanya bisa dicapai tanpa perpecahan, konflik, dan kepemilikan.


Salah satu manifesto absurdisme yang disebut oleh Camus adalah, semua orang hidup untuk hari ini. Maka, manusia akan membuat hal yang terbaik untuk hari ini. Masa lalu hanya membangkitkan rasa penyesalan, dan masa depan hanya memberikan ekspektasi dan harapan yang menekan. Berpikirlah tentang hari ini, dan hiduplah hari ini.


...

Imagine there's no heaven

It's easy if you try

No hell below us

Above us, only sky

Imagine all the people

Livin' for today

(Ah..)


Imagine there's no countries

It isn't hard to do

Nothing to kill or die for

And no religion, too

Imagine all the people

Livin' life in peace

You

...


Bukankah manifesto tersebut juga menjadi manifesto Lennon dalam Imagine-nya?


Ono mendukung Lennon dan menyebut "human" sebagai satu bangsa, satu negara, satu agama. Maka perpecahan, konflik, possesif, dan keinginan untuk berperang, seharusnya tidak ada.


Kritik tentunya datang dari kaum beragama. Lagu tersebut seakan memaksa manusia hidup tanpa agama. Namun, klarifikasi Lennon adalah; "bukan hidup tanpa agama, tapi hidup tanpa pandangan 'Tuhanku lebih benar dari Tuhanmu', dan bertoleransi." 


Terlepas dari pujian dan kritikan terhadap lagu tersebut, terutama karena Lennon yang kerap berkonflik dengan anggota Beatles lainnya (berlawanan dengan isi lagunya), namun perlu dicatat bahwa pesan yang berusaha disampaikan Lennon adalah sebuah pesan kemanusiaan. Lagu ini yang kemudian menjadi manifesto post-modern, dan jadi lagu tema untuk Amnesty International (majalah Rolling Stones edisi Juni, tahun 2007, hal. 33).


Lagu ini juga menginspirasi lahirnya lagu berjudul We Are the World yang dinyanyikan oleh Michael Jackson, dan lagu berjudul Live Earth yang ditulis oleh Radiohead. Intinya sama, kemanusiaan lebih penting dari "kebenaran". 


Melihat Perang dalam Perspektif Kemanusiaan


Perang yang terjadi di Palestina, Yaman, dan Suriah pada faktanya adalah perang perebutan kekuasaan dan wilayah. Balutan isu agama di dalamnya, dihembuskan oleh salah satu pihak untuk mendapatkan simpati dunia. Arab Saudi (Islam-Sunni) bersekutu dengan Israel (Yahudi), karena musuh mereka Houthi (Islam-Syiah) bersekutu dengan Hamas (Islam-Sunni). Dan Turki (Islam) memilih tidak ikut campur pada perang tersebut karena sedang terlibat perang dengan Suriah (Islam). Bagaimana cara menyebut perang ini adalah perang agama dalam keadaan seperti itu?


Artinya apa? Hentikan keberpihakan, berpihaklah hanya pada kemanusiaan. Israel, Hamas, Saudi, Houthi, Turki, dan lain-lain adalah penjahat perang, alias penjahat kemanusiaan. Mereka ingin sesuatu, dan berperang demi tujuan tersebut. Siapa yang jadi korban? Masyarakat sipil, di antaranya anak-anak dan perempuan. 


Keberpihakan hanya membuat perang menjadi semakin hebat. Sumbangan kemanusiaan menjadi salah satu sumber keuangan Hamas untuk terus-terusan melawan Israel, di tengah keadaan Gaza yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sokongan yang didapatkan Houthi adalah dari Iran, yang merupakan musuh bebuyutan Saudi. 


Perang ini harus berakhir, entah bagaimana caranya. Tidak memihak ke salah satu pihak adalah pilihan terbaik untuk kita. Kita harus mendesak perang ini dihentikan, apapun dan bagaimanapun caranya. Selain itu, jangan pernah menutup mata atas apa yang terjadi di Yaman dan Suriah. Korban di sana juga terlalu banyak, dan kebanyakan adalah rakyat lemah.


Bila ingin berpihak, maka berpihaklah pada kemanusiaan. Tidak ada lagi masyarakat sipil, perempuan, dan anak yang boleh menjadi korban kejahatan perang, apapun alasannya. Berpihaklah pada kedamaian, bukan kehancuran salah satu pihaknya. Bersatulah agar perang berakhir, bukan ingin mendukung perang dan menghancurkan salah satu pihaknya. Israel, Saudi, dan Turki harus berhenti menyerang. Houthi, Hamas, dan Kurdi juga harus berhenti menyerang balik.


Apakah itu bisa terwujud? Entahlah. Just imagine...


Referensi:


 

[1] Two State Solution baca di https://en.wikipedia.org/wiki/Two-state_solution 

[2] Yaman-Saudi Arabia preparing to exit costly war, baca di: https://www.dw.com/en/yemen-saudi-arabia-preparing-to-exit-costly-war/a-66123416 

[3] Hingga 2021, perang Yaman telah menewaskan 377 ribu jiwa, baca di: https://mediaindonesia.com/internasional/449120/perang-yaman-telan-korban-tewascapai-377-ribupada-akhir-2021  

[4] Full costs Turkeys bombing campaign northeast Syria, baca di: https://www.hrw.org/news/2023/11/03/full-costs-turkeys-bombing-campaign-northeast-syria


Ads