Advertisement
Ilustrasi Capres (gambar oleh @farisalmn) |
Oleh: Zackir L Makmur*
Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah memasuki babak penetapan siapa-siapa saja kandidat presiden dan calon wakil presiden, beserta nomor urutnya. Publik mengetahui ada tiga pasang kandidat presiden dan calon wakil presiden.
Dalam konteks Pemilu itu pula, sangatlah relevan bilamana visi kandidat terhadap seni dan budaya lebih jauh ditelisik. Soalnya hal ini menjadi aspek penting dalam menentukan dukungan masyarakat.
Penting bagi pemilih untuk memahami dan mengevaluasi visi kandidat terhadap seni dan budaya. Soalnya: seni dan budaya bukan hanya mencerminkan identitas suatu masyarakat, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada pembangunan sosial dan ekonomi.
Maka kandidat yang menempatkan fokus pada pemberdayaan seniman, pemeliharaan warisan budaya, dan pengembangan infrastruktur seni memberikan sinyal kuat terhadap komitmen mereka terhadap pertumbuhan sektor seni dan keberlanjutan budaya.
Kandidat yang mendukung inklusivitas dan diversitas dalam seni mencerminkan kesadaran akan kepentingan mewujudkan representasi yang lebih adil, dan merangkul keberagaman masyarakat. Pendidikan seni yang baik juga menjadi kunci untuk menciptakan generasi yang kreatif dan berbudaya.
Oleh karena itu, pemilih dapat mempertimbangkan visi kandidat sebagai bagian integral. Dan kandidat yang memahami peran strategis seni dan budaya dalam memperkaya kehidupan masyarakat, memajukan ekonomi kreatif, dan melestarikan identitas budaya, tentulah dapat memimpin dengan lebih efektif dalam mencapai kemajuan yang berkelanjutan dan inklusif.
Memperkukuh Identitas Nasional
Calon pemimpin (dalam Pemilu) yang selalu mempunyai penilaian terhadap seni budaya sebagai fondasi integral, tentulah ia mempunyai komitmen untuk membentuk dan memperkokoh identitas nasional. Maka visi holistiknya mencakup pemahaman mendalam akan nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi, menciptakan jalinan tak terputus antara masa lalu, kini, dan masa depan.
Seni budaya bukan hanya sekedar bentuk ekspresi kreatif, melainkan juga sebagai cermin dari keragaman dan kekayaan budaya yang menjadi kebanggaan bangsa. Dalam visi ini, pengembangan kreativitas dan inovasi menjadi landasan untuk memajukan ekosistem seni dan budaya.
Calon pemimpin (dalam Pemilu) harus berkomitmen untuk memberdayakan seniman dan pencipta, memberikan dukungan finansial, pendidikan, dan fasilitas yang diperlukan agar mereka dapat terus berkembang dan menciptakan karya yang menginspirasi. Hal ini sebagai investasi jangka panjang dalam menciptakan warisan seni yang berkesan dan berkelanjutan.
Calon pemimpin (dalam Pemilu) juga melihat seni budaya sebagai kekuatan ekonomi kreatif yang mampu memberikan kontribusi substansial terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan mengintegrasikan seni budaya dalam sektor ekonomi, visi ini tidak hanya melibatkan seniman, tetapi juga berbagai pelaku industri kreatif yang menciptakan lapangan kerja. Serta meningkatkan daya saing bangsa di tingkat global.
Maka pendidikan seni budaya menjadi salah satu pilar utama dalam visi ini, dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya seni dalam pembentukan karakter dan kreativitas generasi muda. Calon pemimpin (dalam Pemilu) yakin bahwa melibatkan seni dalam pendidikan akan membentuk individu yang lebih berdaya, kreatif, dan memiliki pemahaman yang lebih dalam terhadap nilai-nilai budaya.
Selain itu, kolaborasi dan pertukaran budaya menjadi strategi penting untuk memperkaya pengalaman seni budaya. Calon pemimpin (dalam Pemilu) mendorong hubungan antar-seniman dan lembaga seni, baik di tingkat nasional maupun internasional, sebagai sarana untuk mempromosikan saling pengertian, perdamaian, dan pertukaran ide yang positif.
Infrastruktur seni budaya dan aksesibilitas menjadi fokus dalam visi holistik ini. Pemimpin berkomitmen untuk membangun fasilitas seni yang memadai, termasuk teater, museum, dan pusat seni, agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses dan menikmati keindahan seni budaya. Ini dianggap sebagai langkah penting untuk memperluas apresiasi seni di kalangan masyarakat.
Tak Memiliki Visi Seni, Merusak Identitas
Ketika seorang pemimpin tidak memiliki visi yang jelas atau komitmen terhadap menghidupkan dan melestarikan seni budaya bangsa, maka dampak buruknya dapat melibatkan berbagai aspek yang merugikan masyarakat. Juga, merusak identitas nasional secara keseluruhan.
Oleh karena itu tanpa dukungan dan visi dari pemimpin, seni budaya yang merupakan cermin identitas nasional dapat mengalami penurunan signifikan. Hal ini dapat menyebabkan kehilangan akar budaya, dan nilai-nilai warisan, yang seharusnya menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa.
Sehingga terjadilah kurangnya pengembangan bakat dan kreativitas. Di mana bakat dan kreativitas seniman tidak tergali atau dikembangkan secara optimal. Jelaslah ini dapat mengakibatkan kurangnya inovasi dalam seni budaya, dan merugikan potensi pertumbuhan ekonomi kreatif.
Pemimpin yang tidak menghargai peran seni budaya dalam ekonomi kreatif, juga dapat mengabaikan potensi kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam pengembangan sektor ekonomi, terutama karena seni budaya dapat menjadi sumber pendapatan dan lapangan pekerjaan yang signifikan.
Maka tanpa visi yang jelas dari pemimpin, kesadaran masyarakat tentang nilai seni budaya dan warisan budaya nasional dapat menurun. Tentulah ini dapat memicu kurangnya apresiasi terhadap kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa.
Juga, pemimpin yang tidak memprioritaskan seni budaya karuan saja tidak menginvestasikan sumber daya dalam pembangunan infrastruktur seni yang memadai. Pada gilirannya mengakibatkan terbatasnya aksesibilitas masyarakat terhadap kegiatan seni dan fasilitas seni budaya.
Tanpa dukungan dan visi pemimpin, peluang untuk berkolaborasi dengan komunitas seniman dan lembaga seni di tingkat nasional dan internasional dapat terlewatkan. Ini dapat merugikan potensi pertukaran ide dan pengalaman, serta membatasi penciptaan karya seni yang lebih beragam dan kaya.
Pemimpin yang tidak memiliki visi untuk melestarikan seni budaya , jelaslah mengabaikan upaya pemberdayaan komunitas lokal dalam pelestarian warisan budaya mereka sendiri. Sehingga hilangnya keberlanjutan dan keaslian seni budaya di tingkat lokal.
Selain itu, pendidikan seni budaya tidak mendapatkan perhatian yang memadai dalam kurikulum pendidikan. Ini dapat mengurangi kemampuan pendidikan untuk membentuk generasi muda yang memiliki pemahaman mendalam tentang nilai-nilai budaya.
Pentingnya Pemimpin Memiliki Visi
Pentingnya pemimpin memiliki visi yang kuat terhadap seni budaya menjadi krusial untuk menjaga keberlanjutan, kekayaan, dan keragaman warisan budaya nasional. Tanpa dukungan yang memadai, dampak buruk dapat merugikan perkembangan sosial, ekonomi, dan identitas budaya sebuah bangsa.
Dari itu seni budaya bukan hanya ekspresi kreativitas semata, tetapi juga jendela yang membuka pandangan kita terhadap sejarah, tradisi, dan kisah-kisah yang menjadi akar budaya bangsa.
Dengan visi yang kuat, pemimpin mendorong pemberdayaan seniman dan lembaga seni, menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan bakat, dan menghasilkan karya-karya yang mencerminkan keberagaman dan dinamika masyarakat.
Keberlanjutan warisan budaya nasional menjadi fokus utama visi pemimpin. Dalam konteks ini, pemimpin harus memastikan bahwa seni budaya tidak hanya dilestarikan dalam bentuk fisik, tetapi juga diperbarui dan dihidupkan kembali agar relevan dengan dinamika zaman. Dengan demikian, seni budaya dapat terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, memberikan fondasi yang kuat untuk pemahaman identitas budaya.
Dukungan pemimpin terhadap seni budaya memiliki dampak langsung pada perkembangan sosial masyarakat. Seni budaya memberikan ruang bagi dialog dan refleksi, memperkuat kohesi sosial, dan membangun pemahaman bersama antar warga. Tanpa dukungan yang memadai, masyarakat dapat kehilangan platform penting untuk mengatasi perbedaan, merayakan kesamaan, dan mempererat ikatan sosial.
Identitas budaya sebuah bangsa tercermin dalam seni budaya yang dihasilkan. Tanpa dukungan pemimpin, identitas budaya dapat terancam menjadi samar atau terdistorsi. Visi yang kuat terhadap seni budaya menciptakan dasar untuk memahami dan menghargai nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat, memperkuat rasa kebanggaan nasional, dan membangun pemahaman lintas budaya.
Ketidakseimbangan dukungan terhadap seni budaya juga dapat merugikan upaya diplomasi budaya suatu negara. Seni budaya sering menjadi sarana efektif untuk membangun jembatan antara bangsa, mempromosikan pengertian lintas budaya, dan merajut hubungan positif antara negara-negara di dunia. Tanpa visi yang kuat, peluang untuk memanfaatkan potensi diplomasi budaya dapat terlewatkan.
Pada akhirnya, pemimpin yang memiliki visi yang kuat terhadap seni budaya pastilah memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi perkembangan sosial, ekonomi, dan identitas budaya suatu bangsa. Visi tersebut menciptakan fondasi yang kokoh untuk melibatkan masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian seni budaya. Juga untuk memastikan bahwa warisan budaya nasional tetap hidup dan berkembang untuk generasi-generasi mendatang. ***
Zackir L Makmur, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan, Anggota Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL), aktif di IKAL Strategic Center (ISC), serta menulis beberapa buku antara lain buku fiksi “78 Puisi Filsafat Harapan: Percakapan Kaboro dan dan Kinawa” dan non fiksi “Manusia Dibedakan Demi Politik”.