Advertisement
Rudolf Puspa dan Dery Syrna di Spanyol |
Dalam perhelatannya ke salah satu negeri Eropa yakni Spanyol bulan Oktober 2023 teater keliling bukan hanya pentas teater namun juga memberikan workshop. Pentas ke mancanegara bagi teater keliling sudah dimulai sejak 1975 ke Singapura, Malaysia dan Australia. Selanjutnya hampir tiap tahun melanglang buana ke mancanegara hingga bisa mengikuti festival teater internasional. Selain Singapura, Malaysia dan Australia maka teater keliling pun terus meluaskan kegiatan yang bukan hanya pementasan tapi juga workshop teater ke Thailand, Timor Leste, Korea, Pakistan, Mesir, Rumania, Jerman.
Saat ini tibalah di negeri Spanyol dan khususnya akan pentas dan juga memberikan workshop di Madrid. Workshop dan pentas pertama telah dilaksanakan di GSD International school di kota Buitrago, 74 km dari Madrid. Sebuah sekolah tingkat SD,SMP,SMA dan kejuruan atau SMK. Kegiatan ini dilangsungkan pada tanggal 18 Oktober 2023 di auditorium sekolah setelah makan siang.
Istri duta besar Republik Indonesia di Madrid beserta bu Rana, bu Anggi dan Pingkan mendampingi kegiatan siang ini. Sampai di kompleks GSD International School diterima oleh bu Shinta, salah seorang pengelola sekolah ini membidangi kegiatan budaya. Kemudian diterima Mr.Max J.B.F, direktur sekolah di kantornya yang sangat gembira dan penuh antusias menyambut kesempatan yang istimewa atas kedatangan teater keliling dari Indonesia yang bukan sekedar anjangsana namun akan memberikan workshop dan pentas teater Indonesia.
Dari kantornya langsung dibawa ke ruang makan dimana akan makan bersama yang mana juga pelajar sekolah makan siang. Kami mengikuti tata cara yang harus antri bawa baki sendiri dan memilih makanan dan kemudian duduk di tempat yang sudah disiapkan. Mr. Max juga turut serta bersama sambil bincang2 tentang kegiatan sekolah dan teater. Usai makan yang ternyata cocok dengan lidah kami, Mr Max memandu untuk mengikuti aturan sekolah untuk membawa baki makanan ke tempatnya. Walaupun ada petugas kebersihan namun sekolah mengajarkan ke murid2nya untuk memiliki disiplin untuk selalu rapi dan menjaga kebersihan meja makan. Pendidikan yang sepertinya biasa saja namun memiliki dampak yang sangat mendalam yakni sadar kebersihan dan kerapian diri dan sekitarnya. Ini salah satu cara mereka menjadikan sadar kebersihan dan kerapian menjadi kebiasaan hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun.
Selanjutnya Kembali ke auditorium yang mana Dery langsung bersiap ganti pakaian dan merias diri dibantu Pingkan dan bu Anggi. Renno menyiapkan kebutuhan teknis seperti clip on, musik dan mapping. Anak-anak SD datang dan dipersiapkan dengan teratur dengan tiap kelas didampingi guru kelasnya. Namun demikian kebebasan untuk berbincang dengan teman dan juga ketika menyambut kami terasa tak ada sekat yang membelenggunya. Bahkan ketika Dolfry membuka acara pun begitu lepas teriak atau tepuk gegap gempita. Anak-anak SMP dan SMA pun memasuki ruangan dan juga tiap kelas didampingi guru kelasnya. Bagaimanapun anak-anak dibawah 17 tahun memang masih perlu ada pengendalinya sehingga tidak melepas bebas tanpa arah. Maka tidak aneh bila perlu 12 tahun untuk meletakkan dasar-dasar penting bagi anak menemukan jati diri dan kepribadiannya sebelum melepas bebas memasuki jenjang universitas.
Ketika workshop khusus anak-anak SD dan pelatih mengawali dengan kata “ola” yang artinya “halo” maka anak-anak menyambut biasa saja. Lalu diulangi lebih kuat dan disambut lebih kuat dan sekali lagi tambah kuat maka seluruh pelajar sangat kuat teriak hingga tertawa bersama pelatih dengan pelajar. Karena rata-rata lancar berbahasa Spanyol maka workshop pun disediakan penerjemah dari KBRI. Pelatih bertanya siapa yang mau jadi volunteer ikut latihan di panggung? Seketika 80% pelajar SD acungkan tangan sambal teriak “saya”. Bahkan ada yang berdiri sangat semangat loncat2. Pelatih menyatakan butuh 10 anak saja. Makin riuh acungkan tangan dan teriak agar dirinya yang dipilih. Dan ini tak terbatas pria atau wanita sama saja semangatnya. Selanjutnya dipersilahkan segera naik 10 anak. Rebutan berlari ke panggung. Dan setelah dihitung pilihan 10 anak maka yang sisanya turun dengan teratur.
Latihan pertama adalah mengasah imajinasi yakni dengan kemampuan “menjadi”. Benda apa yang disebut pelatih maka mereka harus membentuk dengan tubuhnya sendiri. Ternyata cekatan dan tampak berani dan punya keyakinan. Misalnya jadi pohon maka dari sekian ribu macam pohon mereka tak ada yang lambat berpikir memilih mencari yang mana. Ucapan pelatih selesai langsung spontan sangat cepat menjawab menjadi pohon apa. Begitu ada yang ditanya pohon apa maka juga cepat menjawab pohon yang dia ciptakan itu. Ini bukti bahwa dalam hidupnya memiliki perhatian pada pohon yang ada disekelilingnya dan tentu saja bukan hanya pohon. Semakin rame ketika menjadi kucing. Kucing merangkak, berlari dan mengeong hingga berakhir dengan kelaparan lalu makan. Banyak juga yang memberanikan diri usul untuk menjadi sesuatu yang dia pilih namun pelatih tidak memberinya. Kalau sampai berani usul secara spontan itu berarti memang mereka mendapat pendidikan untuk aktif berpikir dan menyatakan serta melakukan apa yang diucapkan. Bukan anak yang bersifat menunggu perintah guru.
Sepuluh anak pertama selesai lalu ditawarkan lagi 10 anak dan lebih banyak lagi yang naik dan ketika guru meminta turun yang lebih masih ada beberapa yang meminta dengan sangat untuk ikut dan pelatih ijinkan karena mereka itu tetap tidak turun. Dari anak anak sudah tumbuh kesadaran bahwa keinginan akan tercapai dengan perjuangan yang gigih. Maka dari sepuluh jadilah 25 anak ikut latihan. Pelatih memberikan latihan “kecak” yang memang sangat kaya untuk melatih kerjasama , vokal, gerak dan kekuatan kedalaman rasa. Untuk mengeluarkan suara “cak” memang dibutuhkan power yang kuat sehingga perlu dilatih menggerakkan tangan, dada, dan pinggang jika berdiri. Perlu kemampuan atur nafas perut karena jika nafas dada maka akan terasa sakit. Luar biasa anak2 SD itu antusias dan tak ada tampak lelah bahkan semakin lama semakin powernya menguat. Tanpa disadari terjadi kompetisi untuk menjadi yang paling terdengar suara nya serta paling kaya gerakkan tubuhnya. Begitu selesai latihan kecak maka semua bertepuk riang gembira dan kembali ke tempat duduknya secara teratur dan tertib.
Waktu sudah tak cukup untuk memberikan pelatihan bagi anak SMP dan SMA. Pukul 03.45 harus sudah selesai karena pukul 4 sore harus sudah antri di halte bis sekolah. Sebelum drama dimulai kepada penonton yang berjumlah 300 siswa siswi serta para guru pendamping diputarkan video tentang sejarah teater keliling sejak berdirinya. Auditoriumnya ini cukup besar dengan 750 tempat duduk namun pada acara ini memang masih ada murid SMK nya yang tidak dihadirkan karena memiliki jadwal pelajaran yang tidak bisa ditinggalkan.
Selanjutnya mulailah pementasan drama pendek karya Rudolf Puspa yakni “love and peace” yang diambil dari naskah “the masks” Pentas drama non verbal yang hanya mengutamakan bunyi dan gerak namun terasa sebuah dialog yang memang tak ditemukan kata katanya dari awal sudah tercipta komunikasi. Rudolf Puspa muncul dari penonton paling belakang dan menyapa mereka. Spontanitas anak SMA tentu saja lebih mantap lagi dan seorang gadis dengan sigap berdiri menjawab kata2 yang tanpa kata dengan mimik dan kadang tertawa lucu. Waktu ditanya “are you understand?” ia menjawab kuat “no” lalu dijawab lagi oleh pemain “oh, same” maka ia meledak tawanya dan seluruh pelajar ikut ketawa bahkan para gurunya. Tanpa kecuali sang direktur yang juga sangat antusias melihat muridnya antusias.
Sangat cepat sang pemain merespons tangan anak-anak yang acungkan telapaknya untuk tos. Tidak cukup waktu jika semua tangan harus disambut. Pentas yang tadinya sendiri bertambah dengan ikut sertanya secara spontan Alexa yang mau menolong kebingungan si pria yang juga sedang bingung tidak tau harus kemana cari makan. Alexa membantunya mencari namun sang pria akhirnya tertidur. Munculah Wanita yang dimainkan Dery dengan menari Bali yang tentu saja sangat serius penonton memperhatikan; termasuk istri duta besar yang duduk paling depan bersama bu Rana dan Pingkan serta bu Anggi.
Singkat cerita dua peran tersebut akhirnya berdebat ketika sang pria mengatakan “I love You” . Wanita menolak karena begitu mendadak dalam pertemuan singkat. Ketika wanita meminta dukungan maka penonton wanita begitu kuat power-nya ikut berteriak “no”. Dan yang laki-laki pun ikut peran pria berteriak “yes”. Maka ketika kedua peran bertanya “because” maka masing-masing jawab “no because no“ dan “yes because yes”. Riuh penonton membela heronya masing2. Maka para peran berkejaran hingga akhirnya menghilang sembunyi. Pria dari jauh teriak “I love You” dan disambung sang pria menawarkan “peace” dan sang wanita pun sambut “peace”. Munculah mereka dan menari dengan “love peace” turun ke penonton dan ternyata pelajar2 ikut dukung “peace” dan serulah suara “peace” bergema. Tampak para guru senyum2 melihat antusias para murid yang makin tampak semangat gembira bertepuk bersama kedua peran. Dua anak SMA ikut ke panggung dan bagai komandan pasukan memberi aba2 kepada seluruh hadirin. Adegan seru berakhir dengan empat orang di panggung membungkukkan badan memberi hormat penonton yang sambut tepuk tangan sangat kuat.
Kepala sekolah memberikan komando pelajar mulai dari SMA yang duduk barisan belakang per kelas meninggalkan ruangan kembali ke kelas didampingi guru kelas bersiap untuk pulang. Kami hanya sempat dialog dengan anak anak SD karena berada didepan dan banyak menyampaikan gembiranya dengan pementasan terlebih yang ikut workshop. Ada yang langsung berbincang dengan Alexa yang lancar berbahasa Inggris sehingga akrab sekali dengan mereka. Begitulah mereka setelah kembali kekelas ambil tas segera menuju halte bis sekolah tetap didampingi guru kelas untuk memastikan tidak ada yang tidak pulang. Tanggung jawab siswa di sekolah ada pada guru, di perjalanan ada pada sopir bis dan dirumah ada pada orang tua. Begitulah Pendidikan diatur secara berantai dalam memberikan perhatian kepada siswa. Memang diperlukan perhatian penuh bagi pendidikan anak selama 12 tahun sehingga siap ketika memasuki jenjang kedewasaannya ketika memasuki perguruan tinggi dimana harus siap mandiri.
Kami beberes dan selanjutnya berpamitan ke direktur yang tampak paling antusias bahagia dan mengatakan bahwa jika saya bisa kembali muda ingin bisa selincah dengan Mr. Rudolf Puspa. Beliaupun menuliskan di buku kesan “On behalf of GSD. I’d like to thank Teater Keliling for the wonderful time spirit this afternoon. Thanks so much. See You soon.” Dan Bu Shinta yang ternyata adalah istri Mr.Max menuliskan kesannya :” Salam hangat dari Shinta & Max di GSD international school Buitrago. Madrid, Spain. It has been a great pleasure meeting You and Teater keliling team. You’re so inspiring person and looking forward to seeing Your performance.”
Rombongan kami diajak bu Shinta minum sore di sebuah café klasik dalam suasana ramah tamah yang terasa akrab sekali. Selanjutnya melihat kastil peninggalan sejarah masa lalu yang masih terawat hingga kini dan menjadi bukti nyata sebuah sejarah. Tak lupa melihat museum pelukis legendaris Picasso dirumah sahabat dekatnya yang menjadi tukang cukurnya selama hidup di Paris. Ia membayar dengan lukisannya dan Sebagian kini dipamerkan di museum yang adalah rumah tukang cukur Picasso yang memang berasal dari Buitrago Spanyol.
Kami buru-buru Kembali ke Madrid untuk malam ini nonton drama musikal hebat yaitu Mama Mia. Untuk hal ini akan ada catatan di waktu mendatang.
Madrid 21 Oktober 2023. 21.48.
Rudolf Puspa