Mengajar Drama untuk Anak dan Remaja Beserta Contoh Games -->
close
Pojok Seni
01 September 2023, 9/01/2023 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2023-09-01T01:39:46Z
Artikelteater

Mengajar Drama untuk Anak dan Remaja Beserta Contoh Games

Advertisement
Pentas teater anak
Pentas teater anak: sanggar Pasinaon Pelangi Surakarta


Oleh: Teater Senyawa


Drama, pada dasarnya merupakan aktivitas yang ditemukan di sekolah seni, kampus seni, dan grup teater. Tapi, drama menjadi sebuah materi penting yang ada di mata pelajaran Kesenian dan Bahasa Indonesia di tingkat SD, SMP, hingga SMA.


Kita kesampingkan dulu untuk anak SMA, karena mereka sudah cukup mampu berpikir kritis, percaya diri, dan memahami naskah. Kesulitan memang kerap ditemukan di tingkat SD dan SMP. 


Namun, pelatihan akting dan drama pada dasarnya akan membantu anak-anak (dan remaja) meningkatkan sejumlah keterampilan dan kemampuan yang sangat mereka butuhkan untuk tumbuh kembangnya. Manfaat pengajaran drama untuk anak inilah yang harus dipertimbangkan dalam proses penyusunan kurikulum pengajaran.


Sebenarnya, apa yang bisa dipertimbangkan untuk mengajar drama bagi anak dan remaja? 


Di Teater Senyawa, kami mencoba merumuskan kurikulum mengajar drama untuk anak dan remaja. Lewat sebuah proses "riset" dan "eksperimen" bertahun-tahun, kami menemukan bahwa pengajaran drama pada anak dan remaja ditujukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berikut ini:


  1. kemampuan berbicara dan memperbanyak kosakata
  2. kemampuan memproyeksikan suara (power, artikulasi, intonasi, mimik suara, dan lain-lain)
  3. kepercayaan diri anak untuk tampil di muka umum
  4. latihan koordinasi dan bekerja sama dalam sebuah tim
  5. melatih imajinasi, fokus dan konsentrasi
  6. melatih kemampuan berpikir cepat dan mengambil keputusan
  7. mengasah rasa empati dan simpati anak


Tujuh poin di atas merupakan hal yang paling penting untuk dicapai dalam pelatihan drama untuk anak dan remaja. Sangat disarankan, siswa yang belajar drama adalah siswa di atas kelas 4 SD, karena setidaknya sudah melewati pelajaran "membaca ABC".


Karena, meski keterampilan di atas itu sangat penting bagi anak, namun akan sulit dilakukan bila anak masih belum bisa membaca. Bila ada anggota teater yang terlalu kecil (di bawah kelas 4 SD) maka mulailah dari belajar membaca atau mengeja, sebelum anak itu siap untuk berlatih drama.


Contoh Pelatihan dan Games untuk pengajaran drama bagi anak-anak


Dengan mengetahui 7 hal yang paling penting untuk dicapai lewat pelatihan drama, maka sebagai pelatih atau guru, kita jadi menyadari apa yang harus dilakukan (dan tidak harus) untuk anak-anak. Maka, tujuh poin di atas menjadi fokus yang mesti dipertimbangkan menjadi prioritas.


Dimulai dari poin pertama, yakni kemampuan berbicara dan memperbanyak kosakata. Baik dari naskah, maupun lisan (dari pelatih), ada banyak kosakata baru yang bertambah dan bertumbuh di kepala anak-anak. Setiap ada kata-kata baru, maka pelatih akan menjelaskan maksudnya, sekaligus bagaimana penggunaannya dalam kalimat.


Poin kedua berarti latihan anak-anak tersebut mesti mampu membuat anak memproyeksikan suaranya dengan baik. Perlahan minta anak untuk melafalkan kata per silabel, kemudian melafalkan kalimat per kata. Minta anak untuk bersuara lebih keras, dan membiasakannya.


Begitu juga dengan poin-poin lainnya. Latihan untuk anak bisa berupa games (permainan) yang menyenangkan, tapi dapat melatih poin-poin tersebut. Berikut beberapa jenis games yang biasa kami gunakan dalam pelatihan drama pada anak.


Ejawantah Suwit


Dalam konsep suwit, ada tiga hal yang saling mengalahkan. Misalnya telunjuk menang atas kelingking, kelingking menang atas jempol, dan jempol menang atas telunjuk. 


Konsep yang sama juga ditemukan di batu-gunting-kertas, dan model suwit lainnya. Permainan tangan anak-anak satu ini bisa diejawantahkan dalam bentuk sebuah permaianan yang menggunakan dialog.


Misalnya; Timun Emas 


  • timun emas menang atas raksasa, 
  • raksasa menang atas ibu timun emas
  • ibu timun emas menang atas timun emas.


Konsep suwit dijadikan adegan, dengan dialog-dialog pendek yang didapatkan dari kertas undian. Bagi peserta latihan dengan pasangan, lalu minta mereka memilih kertas tersebut.


Kertas tersebut berisi peran dan dialognya. Kemudian, minta anak untuk "memilih lawan" lalu melafalkan dialognya dengan kencang dan percaya diri. Lawannya kemudian melafalkan dialog yang didapatkan dari kertasnya, juga dengan kencang dan percaya diri. 


Agar terasa lebih dramatik, minta anak-anak untuk tetap diam dan berbalik badan hingga hitungan ketiga. Tepat di hitungan ketiga, siswa berbalik badan dan barisan sebelah akan mengucapkan dialog berisi tiga-empat kata yang menunjukkan perannya. 


Latihan ini bisa dieksplorasi sesuai kreasi dari pelatih, untuk melatih bermain peran, gerakan, fokus, sekaligus ketegangan.


Tak Tik Boom


Permainan klasik namun menjadikan anak lebih fokus dan bisa berkolaborasi dengan baik. Anak-anak mesti membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan dan mengucapkan Tak, Tik, dan Boom.


Cara kerjanya adalah ketika anak berkata Tak, maka harus dilanjutkan oleh anak yang berada di sebelah kanannya.


Ketika anak berkata Tik, maka yang harus melanjutkan adalah anak yang berada di sebelah kirinya.


Sedangkan ketika anak berkata Boom, maka yang harus melanjutkan adalah anak yang berada tepat di seberangnya.


Tentunya, pengucapannya tidak mesti harus berurutan Tak - Tik - Boom. Seorang anak yang mengatakan Tak, lalu dilanjutkan ke sebelah kanan. Bila anak di sebelahnya menjawab Tik, maka akan kembali ke anak sebelumnya. 


Maka, untuk melanjutkan terus ke sebelah kanannya lagi, anak tersebut akan kembali mengatakan Tak. 


Bisa juga ditambahkan dengan gerakan tangan, tepuk tangan, atau hentakan kaki untuk mewakili Tak, Tik, atau Boom. 


Bayangan Cermin


Permainan selanjutnya masih dimainkan oleh pasangan. Pertama, biarkan mereka memilih siapa yang menjadi bayangan cermin, dan siapa yang menjadi "manusia". 


Inti latihannya adalah, peran "manusia" melakukan gerakan dengan sangat lambat (slow motion), dan lawannya di depan berperan sebagai bayangan di cermin. Ia mengikuti setiap gerakan sampai persis seperti pantulan cermin.


Biarkan latihan tersebut hingga gerakan mereka benar-benar seperti seseorang dengan bayangannya di cermin. Latihan tersebut membuat keduanya akan saling bertukar energi, mengkomunikasikan sesuatu lewat gerak, dan ketelatenan. 


Setelah terlihat cukup persis, berikutnya minta keduanya untuk bertukar peran.


Itu contoh-contoh game yang bisa dicoba untuk latihan teater dengan anak. Berikutnya, akan dibahas beberapa jenis games lainnya yang bisa diterapkan untuk latihan teater anak dan remaja, dalam artikel berikutnya.

Ads