Penjelasan Sekilas Tentang Kata Bahasa Indonesia Berakhiran "-if" -->
close
Adhyra Irianto
17 August 2023, 8/17/2023 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2023-08-17T01:00:00Z
Artikel

Penjelasan Sekilas Tentang Kata Bahasa Indonesia Berakhiran "-if"

Advertisement
Sufiks if dalam bahasa Indonesia
Sufiks if dalam bahasa Indonesia

Pojok Seni - Anda sering menemukan kata-kata berakhir "-if" dalam Bahasa Indonesia, bukan? Kata-kata yang dimaksud, misalnya administratif, produktif, konsumtif, agresif, adaptif, dan lain-lain. 


Sebenarnya, apa arti dari akhiran "-if" ini. Apa yang membedakan arti kata administratif dengan administrasi, produktif dengan produksi, konsumtif dengan konsumsi, agresif dengan agresi, dan lain-lain?


Bagaimana penerapan kata-kata berakhir "-if" tersebut dalam kalimat? Apakah ada hal yang khusus dalam penggunaan kata-kata tersebut?


Mari kita urai perlahan-lahan.


Afiksasi


Dalam ilmu linguistik, khususnya cabang ilmu morfologi, ada istilah "afiksasi". Afiksasi adalah sebuah proses morfologis yang mengubah leksem tertentu menjadi sebuah kata yang kompleks dengan tambahan prefiks, infiks, sufiks, atau konfiks.


Sekedar tambahan, leksem adalah satuan leksikal paling kecil dalam tataran bahasa, yang masih bersifat abstrak (belum memiliki arti) dan menjadi dasar pembentukan kata-kata. Perbedaan antara leksem dengan kata adalah; leksem merupakan "bahan" pembentuk kata. 


Pembahasan tentang leksem dan kata ini akan dibahas lebih detail dalam bahasan berikutnya di Pojok Seni. Jadi, ikuti Pojok Seni di Google News agar mendapatkan info artikel-artikel terbaru.


Proses sebuah "leksem" menjadi "kata" disebut proses morfologis. Proses morfologis terdiri dari berbagai jenis antara lain; 


  1. reduplikasi (pengulangan) seperti leksem "umang" akan menjadi sebuah kata kompleks ketika mendapatkan proses reduplikasi, menjadi kata "umang-umang".
  2. komposisi (penggabungan) seperti kata "rumah sakit" akan berbeda maknanya dengan kata "rumah" dan kata "sakit".
  3. afiksasi (penambahan) seperti kata "rela" memiliki arti yang berbeda jauh dengan "relawan" karena penambahan -wan di belakang leksem rela.


Kata-kata yang berakhiran -if yang sedikit dibahas di awal-awal artikel ini adalah sebuah leksem yang berubah menjadi kata kompleks karena mendapatkan sufiks. Sufiks adalah imbuhan yang ditambahkan di bagian belakang leksem. 


Bila ditambahkan di bagian depan, imbuhan (afiks) tersebut adalah prefiks (contoh; melempar). Bagian tengah disebut infiks (contoh: gemuruh), depan dan belakang sekaligus disebut konfiks (contoh: kepercayaan).


Dalam Bahasa Indonesia, sufiks -if bisa dikatakan masih sangat jarang digunakan. Penyebabnya, sufiks ini diserap dari Bahasa Inggris, yang dari bahasa asalnya adalah -ive (misalnya; administrative, adaptive, dan lain-lain). Proses penyerapan bahasa tersebut adalah adaptasi. Penyerapan bahasa dengan cara adaptasi ialah menyesuaikan kata serapan dengan lidah atau tata bahasa Indonesia.


Misalnya, kata significance dalam Bahasa Inggris diserap menjadi signifikan dalam Bahasa Indonesia. Begitu juga kata transportation diserap menjadi transportasi. 


Untuk lebih jelas tentang penyerapan bahasa ini, Anda bisa membaca artikel berjudul Empat Cara Bahasa Indonesia Menyerap Bahasa Asing.


Atau, Anda juga tertarik untuk membaca artikel terkait kata serapan ini berjudul Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia yang Awalnya Salah Kaprah.


Fungsi Sufiks -if


Sekarang, apa fungsi dari sufiks -if tersebut? Fungsi utama dari sufiks -if ialah mengubah sifat kata tersebut dari kata benda (nomina) menjadi kata sifat (adjektiva). Bisa kita lihat dari contoh kalimat berikut ini:


Setiap grup kesenian mesti melengkapi syarat administrasi yang ditentukan sebelum bisa melakukan pendaftaran.


Dari kalimat di atas, bisa dilihat bahwa kata "administrasi" adalah kata benda. Lihat contoh lainnya di bawah ini:


Setiap grup kesenian yang tidak lengkap persyaratannya, akan diberi sanksi administratif.


Dari kalimat di atas, kata "administratif" sudah bukan kata benda lagi, tapi menjadi kata sifat yang merujuk ke "sanksi". 


Jadi, administratif berarti "bersifat administrasi". Untuk lebih jelas kita lihat contoh yang lain.


  • Produksi minyak kelapa sawit Indonesia tahun ini menurun drastis.
  • Industri kelapa sawit Indonesia tahun ini cenderung kurang produktif.


Bisa terlihat dengan jelas perbedaan "produksi" dan "produktif" dari dua contoh tersebut, bukan? Sama seperti kata sebelumnya, produktif berarti "bersifat produksi". Maka sufiks -if bisa diartikan sebagai "bersifat".


  • Bersifat administrasi > administratif
  • Bersifat agresi > agresif
  • Bersifat konsumsi > konsumtif
  • Bersifat adaptasi > adaptif
  • dan lain-lain


Apakah semua yang berakhir -si bisa berubah menjadi -if?


Sebenarnya, bila merujuk ke Bahasa Inggris, semua kata benda yang berakhiran -tion (production, adaptation, transportation, suggestion, automation, collection, dan lain-lain) akan bisa berubah menjadi kata sifat dengan diberi sufiks -ive (productive, adaptative, transportative, suggestive, automotive, collective, dan sebagainya)


Sayangnya, hal tersebut tidak sepenuhnya bisa dilakukan di bahasa Indonesia. Misalnya untuk kata "foundation" ketika diserap ke Bahasa Indonesia menjadi "pondasi", tapi Anda tidak akan menemukan kata "pondatif" di Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Begitu juga kata "solution" yang diserap menjadi "solusi", tapi Anda juga tidak akan menemukan kata "solutif" di KBBI. Kata inpeksi berasal dari "inspection", tapi lagi-lagi "inspektif" juga tidak ada di KBBI.


Bisa jadi bukan tidak ada, tapi belum ada. Mengingat, kata-kata tersebut sudah sering digunakan, bahkan di media massa yang sudah punya nama besar sekalipun.


Kekeliruan Menggunakan Kata Berakhiran -if


Kata-kata yang berakhir -if bisa dikatakan baru dalam bahasa Indonesia. Karena itu, ada banyak kekeliruan ketika menggunakan kata yang berakhiran -if. Perlu diingat bahwa kata yang berakhir -if dalam Bahasa Indonesia, berarti masuk dalam kategori kata sifat. Sedangkan kata sifat memiliki "sifat" menerangkan sesuatu, karena itu sering menjadi penjelas kata benda.


Misalnya pada kalimat di bawah ini:


  • Adaptif adalah kesulitan utama bagi Joko, karena sifatnya yang pendiam.
  • Agresif militer yang dilakukan oleh Belanda banyak meninggalkan duka.
  • Pemberian bantuan mesin kopi menjadikan kelompok tani di Sukamaju menjadi lebih produksi.


Apa yang sama dari tiga contoh kalimat di atas? Yah, kekeliruan menggunakan pilihan kata yang tepat. Kalimat pertama seharusnya menggunakan "adaptasi", kalimat kedua seharusnya menggunakan "agresi", dan kalimat ketiga semestinya menggunakan "produktif". 


(Artikel ini ditulis khusus untuk Hari Kemerdekaan Indonesia. Mencintai Bahasa Indonesia, adalah salah satu bentuk bela negara hari ini. Baca artikel terkait Bahasa Indonesia lewat pranala ini: ARTIKEL TERKAIT BAHASA INDONESIA)

Ads