Ekspansi Dramaturgi: Dramaturgi Baru dan Paradigma Pasca-Mimetik -->
close
Adhyra Irianto
02 August 2023, 8/02/2023 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2023-08-02T02:31:44Z
Materi Teater

Ekspansi Dramaturgi: Dramaturgi Baru dan Paradigma Pasca-Mimetik

Advertisement
dramaturgi baru


PojokSeni - Pembacaan terhadap buku berjudul New Dramaturgy: International Perspectives on Theory and Practice (edited by Katalin Trencsényi and Bernadette Cochrane, Bloomsbury Methuen Drama, 2014) membuka peluang pengembangan diskusi dramaturgi, dan tentunya dramaturg teater di Indonesia. Bila dramaturgi adalah sebuah impression management, maka dramaturg (teater) adalah orang yang bekerja sebagai "manajer impresi" tersebut. Untuk pendekatan manajemen impresi, bila dilihat dari bergesernya lanskap pertunjukan teater hari ini, maka juga akan ada perubahan pendekatan terhadap penciptaan dan komposisi teater.


Sejumlah bentuk teater baru, mulai dari pertunjukan eksperimental yang membutuhkan lebih banyak pendekatan (baik teknik, disiplin, maupun bidang keilmuan), serta kepekaan dan kemampuan di luar teater jelas membuka munculnya estetika baru. Hal itu juga membuka wilayah kerja baru dramaturgis. Misalnya, dalam konsep intermedialitas, maka dramaturgi masuk ke wilayah teknologi dan penggunaan alat-alat baru untuk menjadi bagian (bukan pendukung) pertunjukan.


Tentang Dramaturgi Baru: Pascamimetik dan Interkultur 


Mengutip Prof Yudiaryani lewat status Facebooknya yang membahas tentang Book Chapter ini, ia menyebut bahwa istilah dramaturgi baru mesti dibebaskan dari ikatan sejarahnya. Sebab, dramaturgi baru menunjukkan sifat ekspansif dan penyegaran kembali, meski deskripsi tersebut belum tepat. Sebab, secara umum istilah "baru" di peristilahan ini seakan menyebutkan ada perbedaan yang kentara dengan yang "lama". 


Namun, ada perbedaan dan pembatasan, tapi belum ada identifikasi sifat perubahan antara dramaturgi tradisional ke dramaturgi baru. Apalagi, istilah "dramaturgi baru" lahir dengan membawa serta istilah-istilah lain yang juga cukup unik, seperti dramaturgi tari, dramaturgi media baru, dramaturgi kawasan, dramaturgi korporat, dan sebagainya. Artinya apa? Ada perubahan dasar dalam lanskap dramaturgi. Perbedaan paling mendasarnya adalah, wilayah kerja seorang dramaturg sudah melebar dan "ekspansif" ke mana-mana.


Dramaturgi satu ini akan sangat terlepas dengan dramaturgi yang dibangun dalam Poetica Aristoteles. Tadinya, dramaturgi adalah bagian dari kerja analisis tekstual, sekarang (setidaknya mulai dari akhir abad ke-20) dramaturgi hadir dengan mengkonfigurasi ulang dirinya sendiri. Sampai akhirnya, ia menjadi identik dengan totalitas proses pembuatan sebuah kerja.


Dramaturgi menjelma menjadi "perancangan" yang menjadi "kata benda". Tapi, ia menjadi sebuah aliran dalam sistem yang dinamis. Maka, dramaturg tidak hanya membangun dramatik untuk pertunjukan teater, tapi mulai bekerja pada pertunjukan tari, sirkus, seni pertunjukan, yang kemudian menghadirkan kemungkinan dan strategi tertentu, rangsangan interdisiplin, mengubah keterhubungan ruang - penonton, dan sebagainya. 


Tapi, apakah sampai di sini apa yang terpikir hanyalah "dramaturgi tradisional" tapi melebar ke ranah luar teater (bahkan luar seni), adalah "sesuatu" yang dilabeli dramaturgi baru? Dramaturgi baru menyeret banyak teori dan estetika bersamanya, keragaman pengalaman dalam sejumlah tempat, seperti teater, tari, pertunjukan, sampai manajemen perusahaan.


dramaturgi baru


Dramaturg telah bekerja sebagai orang yang melakukan perancangan, perencanaan, melihat sejumlah kemungkinan, rangsangan interdisiplin, serta melihat keterhubungan antara spektakel dengan spektator. Namun dalam dramaturgi baru, hal-hal itu (dengan perspektif teater) digunakan dalam lebih banyak lini (diperluas). Dramaturgi hadir untuk pertunjukan tari, sirkus, sampai musik. Dalam situasi tersebut, tentunya akan ada lebih banyak "perdebatan" di dalamnya, namun dialog yang terus menerus justru menghadirkan lebih banyak kemungkinan lain.


Karakteristik Dramaturgi Baru


Secara umum, karakteristik dramaturgi baru terbagi menjadi tiga. Ketiga hal tersebut antara lain pascamimetik, interkultural, dan "sadar-proses".


Pascamimetik dipahami sebagai reduksi pada dominasi mimesis dalam model dramatik. Hal itu berdampak pada pengurangan model teater representasional. Pengurangan-pengurangan tersebut menjadi landasan proses kerja dramaturgi baru, dengan menciptakan "jarak" dari tradisi teater mimetik.


Interkultur ditujukan sebagai landasan berpikir bahwa setiap person maupun lingkungan akan dikelilingi oleh banyak sistem nilai dan budaya yang berbeda. Karenanya, akan terjadi negosiasi antara nilai-nilai dan budaya yang berbeda itu. Cara kerja interkulturalisme ialah menaikkan negosiasi hermeneutik antar budaya (maupun genre). Interdisiplin, pertukaran sistem pengetahuan, hingga negosiasi antar paradigma menjadi bagian dari kerja ini. Tindakan hermeneutik (pemahaman dan penafsiran) akan ditingkatkan intesitasnya, begitu juga negosiasi antar sistem budaya. Ini yang menjadi penciri kerja dramaturgi baru berikutnya.


Lalu, apa itu "sadar-proses"? Kembali mengutip Prof Yudiaryani, ini terkait dengan etika, estetika, lingkungan, dan persoalan dramaturgi lainnya. Hal itu menjadi landasan berpikir dan cara kerja untuk membentuk materi produksi, penciptaan pertunjukan dan penginformasian. 


Ketiga ini yang menjadi ciri khas dramaturgi baru. Maka dengan kata lain, ini adalah ciri khas kerja seorang dramaturg era hari ini. Dramaturg bukan (lagi) seorang kritikus, atau berada di posisi sudut pandang orang ketiga dalam sebuah proses produksi dari awal hingga akhir pertunjukan. Tapi, dramaturg (baru) adalah seorang kurator, fasilitator, dan pekerja seni yang bekerja dengan penghormatan penuh pada negosiasi nilai, budaya, pengetahuan, dan menjaga jalinan sistem kerja. Untuk membangun sebuah karya, dan menjaga estetika serta keunikannya, maka seorang dramaturg bersama grup tersebut akan mengartikulasikan, mempertajam, membongkar, menambal sulam, mengkritisi, dan lain-lain untuk semua proses kreatif mereka. Dramaturg akan mengubah proses kinerja dari sebuah grup, di manapun ia berada. Ia berada di pusaran kerja penciptaan, sekaligus mengambil alih lebih banyak produksi dari sebuah grup teater.


Kelahiran "Dramaturgi Baru" 


Dekade 1990-an, Marianne Van Kerkhoven memperkenalkan istilah Dramaturgi Baru di Konferensi Amsterdam tahun 1993 dengan jurnal Theaterschrift berjudul On Dramaturgy diterbitkan setelah konferensi. Dalam tulisan tersebut, muncul pemikiran teoritis dan kritis baru, untuk mendefinisikan, mengklarifikasi, sekaligus memahami paradigma yang muncul lewat penciptaan teater post-modern. Menurut van Karkhoven, ada banyak bentuk teater di seluruh dunia saat ini yang mulai menyusun perlahan bentuk pertunjukan yang "melawan" paradigma lama dalam bingkai "dramaturgi lama". Bentuknya sudah berbeda, namun belum ada terminologi untuk memberi gambaran paradigma baru dan aspek-aspek lainnya dari "dramaturgi baru" ini.


Dramaturgi baru, menurutnya (seperti tertulis di volume tersebut), adalah sebuah bentuk perbincangan lingkup konseptual, yang melibatkan kategorisasi estetika, hubungan sosial, pertunjukan, dan fungsi filosofisnya. Dramaturgi baru adalah metode kerja yang berorientasi pada pencarian kemungkinan dan pemahaman. Itu berarti, makna, niat, bentuk, hingga substansi sebuah pertunjukan akan "dicari" selama proses penciptaannya. Dramaturgi bukan lagi cara membangun atau memunculkan struktur "makna dunia" lewat sebuah drama. Tapi justru sebuah pencarian lewat proses kreatif seorang seniman, dari elemen-elemen yang "dikumpulkannya" lewat proses latihan, kumpulan responnya pada kondisi realitas dunia, juga terkait alur cerita, karakter, dan sebagainya.


Wacana dari van Karkhoven dilanjutkan oleh Myriam Van Imschoot dan Jeroen Peters dengan mendirikan laboratorium seni bernama SARMA (di Belgia) dan The Dramaturgies Project (di Australia) pada awal 2000-an. Hasil kerja yang dieksplorasi dari hasil berbagai konferensi, seperti konferensi koreografi di Belanda, Perancis, dan Spanyol, juga konferensi dramaturgi di Jerman, dan Australia, yang terus mempertanyakan posisi, kinerja, dan apa saja yang bisa dilakukan oleh dramaturgi kontemporer. Apa saja bidang tugasnya? Apa saja yang minimal harus dikuasainya? Tentangannya, strateginya, dan sebagainya.


Hal itulah yang terus menerus dieksplorasi, setidaknya dimulai dari Australian Theater Forum di tahun 2009 silam. Dilanjutkan dengan berbagai pembahasan dramaturgi baru tersebut di berbagai seminar internasional. Sampai akhirnya, "Kelahiran Dramaturgi Media Baru" terjadi di Berlin tahun 2013, yang masuk menjadi bahasan dan kajian di sejumlah jurnal akademik. Volume jurnal On Dramaturgy Issue of Performance Research berjudul New Dramaturgies ditulis oleh Cathy Thurner dan Synne K Behrndt kemudian menegaskan secara signifikan, apa saja wilayah, tanggung jawab, keterampilan, dan sebagainya terkait "dramaturgi baru". Kemudian, dramaturgi baru mulai dipahami sebagai "keterlibatan kritis pada proses dan logika rancang bangun, sehingga sebuah karya bisa dibuat dan diartikulasikan".


Inilah yang terus bergerak, dan memunculkan lebih banyak teori dramaturgi baru sesuai "kebutuhan". Dramaturgi baru, di Eropa menjadi sebuah penyegaran pada wacana teater, dan membuka ruang yang lebih luas dan fleksibel bagi seorang dramaturg. Bila Anda ingin lebih komprehensif membaca terkait dramaturgi baru ini, Anda bisa membacanya di buku berjudul New Dramaturgy International Perspectives on Theory and Practice .


Unduh buku di Perpustakaan Pojok Seni.

Ads