Tiga Level Dramaturgi Menurut Eugenio Barba: Organik, Naratif, dan Evokatif -->
close
Pojok Seni
14 July 2023, 7/14/2023 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2023-07-15T18:34:37Z
BeritaMateri Teater

Tiga Level Dramaturgi Menurut Eugenio Barba: Organik, Naratif, dan Evokatif

Advertisement
Tiga level dramaturgi menurut Barba


Oleh: Adhyra Irianto


Pojok Seni - Nama Eugenio Barba (1936) dikenal sebagai seniman Denmark, seiring ketenaran Teater Odin (Odin Teatret) dan International School of Theatre Anthropology (ISTA) yang berpusat di Holstebro, Denmark. Namun, sebenarnya Barba lahir dan besar di Lecce, Italia. Ia juga mengambil gelar sastra Norwegia, sejarah agama, dan bahasa Prancis di Universitas Oslo, Norwegia. Belajar teater juga pernah dilakukannya di Warsawa, Polandia. Namun, harus diakui kebersamaannya dengan Jerzy Grotovsky selama 3 tahun di Opole, Polandia, adalah hal yang paling membentuk visinya berteater. (Baca: Teater Miskin Growtosky dan Teater Ketiga Barba)


Dalam pencarian artistiknya, Barba mengunjungi India, untuk memelajari teater timur. Pencarian itu berujung ke penerbitan buku berjudul In Search of a Lost Theatre tahun 1965. Barba kemudian merumuskan Teater Antropologi yang secara singkat bisa diartikan sebagai "teater yang berangkat dari kajian tentang manusia". Merujuk Haviland (1988), antropologi merupakan studi tentang manusia. Berdasar itu, Barba mulai mengembangkan konsep para teater dan budaya aktif, yang sebenarnya merupakan konsep Grotovsky, gurunya sekaligus seniman teater yang dikaguminya. Yudiaryani (2002) menyebut teater antropologi sebagai kajian sikap pra-ungkap pelaku didasarkan atas divergensi gaya dan tradisi, baik individu maupun kolektif (tentang hal ini, baca: Sikap Pra-Ungkap dalam Teater Antropologi: Eugenio Barba).  Sejak Barba memperkenalkan istilah teater antropologi (juga sering disebut "teater ketiga") maka istilah "performer" lebih sering disebut daripada "aktor" atau "dancer", mengingat bentuk "teater" yang diperkenalkan Barba lebih berbentuk teater-tari.


Konsep dramaturgi Barba didesain dengan pendekatan antropologis, dengan cara kurang lebih bisa disimpulkan sebagai pemusatan fungsi analisis teater untuk melakukan produksi teater. Pemahaman pementasan, menurut Barba, jauh lebih diutamakan daripada pemahaman teks teater. (baca: Empat Tindakan Teater, Berdasar Gagasan Teater Antropologi Barba)


Barba meyakini bahwa dramaturgi terbagi di dua divisi kerja, yakni wilayah teks dan penampilan. Bila teks adalah rangkaian, atau anyaman dari "laku", maka penampilan adalah tindakan atau action. Tindakan (action/laku) adalah rangkaian dari semua unsur dalam teater (aktor, cerita, skor musikal, cahaya, modifikasi irama, gerak, properti, dan lain-lain). Dalam hal ini, terjadi rangkaian ruang, waktu, cahaya, dan suara dengan karakter di atas panggung. Laku adalah teks, jaringan, rangkaian (anyaman), dan tekstur, yang ditujukan untuk mendapatkan perhatian, pemahaman, dan emosi penonton. 


Untuk mendapatkan hal tersebut, dilakukan pendekatan yang berbeda (berdasar spektakel) dari teks dramatik dan teks performatif. Keduanya bisa saja terpisah, dengan cara teks panggung diambil (disarikan) dari pementasannya.


Tiga Level Dramaturgi Barba


Dalam artikelnya berjudul The Deep Order Called Turbulance: The Three Faces of Dramaturgy (ditranslasi ke Bahasa Inggris oleh Judy Barba), Eugenio Barba mencoba menjelaskan tiga jenis dramaturgi (sebagaimana disarikan oleh Ari Pahala Hutabarat dalam kegiatan bertajuk Indonesian Theatre Incubation di Bandar Lampung, 10 - 13 Juli 2023).


Ketiga level dramaturgi tersebut antara lain dramaturgi organik, naratif, dan evokatif. Ketiga ini berkaitan dengan visi dramatik Barba, yakni untuk mendapatkan perhatian (impression), pemahaman (understanding), dan emosi (affection/emotion).


Dramaturgi organik


Menurut Barba, dramaturgi organik adalah level paling primer dari pengorganisasian pertunjukan. Ini yang disebut sebagai "akar" dari semesta yang dibangun Barba di atas panggung. Tentu saja, teks tertulis bukan hal yang paling penting dalam dramaturgi organik. Sebab, wilayah ini menyasar emosi dari penonton. Maka, hal yang paling penting dalam dramaturgi organik adalah kemampuan fisikal dan vokal dari aktor tersebut, daya hadir, kesiapan dan energi aktor, pendekatan yang digunakan untuk "mengganggu" penonton, efek yang dihadirkan secara organik oleh tubuh aktor, dan kemampuan ketubuhan dalam cosmos panggung. Hal-hal tersebut akan menyasar bagian nervous system, limbic & reptile brain dari penonton. Karena itu, bagian ini disebut sebagai dramaturgi aktor.


Dramaturgi Naratif


Bila sebelumnya dramaturgi organik akan menyasar bagian penghasil "perasaan" dari penonton, maka dramaturgi naratif akan menyasar bagian otak cortex yang memproduksi pikiran manusia. Bagian ini adalah ranah sutradara. Dalam bagian ini, unsur yang paling penting adalah premis, cerita, karakter, teks, peristiwa, dan spektakel lainnya.


Dramaturgi Evokatif


Bagian ini adalah wilayah kepenontonan. Diskursus bagian naratif, menurut Barba, tidak mungkin bisa menyusun satu kemungkinan cerita atau sintesis bagi semua spektator. Pertunjukan teater adalah sebuah dialektika, antara seniman dengan pemirsanya. Maka, sintesis yang hadir di setiap kepala penonton akan sangat berbeda. Maka, dramaturgi evokatif akan berbicara tentang "kondisi" yang dibaca oleh penonton dengan berbeda cara, berdasar latar psikologis dan sosio-kultural yang dimiliki penonton. Tentunya, hasilnya akan berbeda. Tapi, perbedaan tersebut akan memberikan satu jenis hasil; yakni terjadinya perubahan atau penambahan perspektif penonton untuk melihat dan merespon situasi sekitarnya.

Ads