Advertisement
Oleh: Zaeni Boli
Kerusakan di muka bumi adalah akibat karena ulah manusia itu sendiri. Kita melihat bahkan merasakan sendiri dampak dari perbuatan yang kita lakukan. Kerusakan hutan, sampah plastik yang menggulung adalah akibat kurangnya kesadaran kita untuk bisa menjaga dan merawat bumi, sebagai tempat yang layak untuk dihuni bukan untuk generasi kita saja tapi untuk masa setelahnya.
Berangkat dari kegelisahan itu bagaimana kesenian mengambil peran untuk terlibat dalam mengedukasi hal tersebut. Tercatat paling tidak sejak 2018 Sanggar Fanfare Larantuka telah berbicara hal tersebut lewat pementasan di Larantuka, Kupang juga Maumere lewat karya dari Silvester Petara Hurit. Tahun ini 2023 karya berjudul Tonu Wujo akan kembali dipentaskan di Lembata. Tonu Wujo adalah sebuah cerita rakyat yang ada dalam ingatan masyarakat Lamaholot secara khusus dan Flores pada umumnya. Berkisah tentang pengorbanan seorang putri untuk saudara saudara dimasa panceklik.
Dalam karya ini Silvester Petara Hurit sebagai penulis naskah sekaligus sutradara ingin mengajak kita mengingat kembali nilai nilai tradisi masyarakat dalam mengelola kehidupan menjaga alam , bahwa nilai nilai luhur para leluhur semestinya kita ingat kembali agar tak tersesat dalam mencintai dan menjaga bumi dan bahwa leluhur kita dimasa lalu telah banyak mengajar nilai nilai tersebut dalam tradisi lisan yang di tuturkan dari generasi ke generasi.
Seperti yang juga terdapat dari teks yang lain "ia yang mengajarmu menanam kapas, memintalnya menjadi benang, menata motif dan menenun". Dengan naskah ini semoga kita mau dan mampu belajar pada hal hal yang baik yang telah diwariskan leluhur dimasa lalu.