Advertisement
Pentas teater dengan lakon Tonu Wujo karya/sutradara Silvestre Hurit (foto: Engki Rebon) |
Oleh : MOH. ZAINI RATULOLI
Pojok Seni - Pementasan ini bukan kali pertama dimainkan oleh Sanggar Seni St Cecilia Fanfare. Sanggar ini tercatat telah beberapa memainkan naskah ini. Naskah yang berjudul Tonu Wujo ini ditulis oleh Silvester Petara Hurit, yang juga sebagai sutradara sekaligus ketua Nara Teater. Naskah ini membawa kita pada dimensi yang berbeda, tentang Tonu Wujo, seorang sosok penyelamat bagi saudara-saudaranya, juga bagi kehidupan. Peran Tonu Wujo dimainkan dengan apik oleh Astri Kia, seorang pemain seni peran yang berbakat.
Pentas teater dengan lakon Tonu Wujo karya/sutradara Silvestre Hurit (foto: Engki Rebon) |
Bertempat di Taman Kota Lembata, 21 Juli 2023, pentas teater yang bukan sekedar pentas teater. Tapi, ini adalah sebuah pertunjukan yang coba mengangkat cerita rakyat yang tumbuh di masyarakat Lamaholot, Flores. Naskah ini juga berbicara tentang perubahan iklim dan bagaimana sesungguhnya manusia sebagai makhluk yang semestinya menjaga bumi ini dari kehancuran yang cepat. Sebenarnya, dalam tradisi lama kita telah diajarkan nilai-nilai luhur tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu narasi itu perlahan menghilang. Orang tua tak lagi mendongengkan kisah-kisah itu dan literatur tentang kisah ini sangat jarang ditemukan, kecuali hanya menjadi kegelisahan kaum akademis.
Maka lewat pertunjukan Tonu Wujo, Silvester Petara Hurit sebagai sutradara ingin mengajak para penonton maupun pemain yang terlibat untuk memasuki makna terdalam dari kisah ini. Tentang sebuah pengorbanan seorang putri bagi kehidupan, menjaga Ibu Bumi. Inilah adalah perwartaan yang bisa sama-sama menjadi bahan perenungan. Pertunjukan yang tak hanya bicara masa lalu tapi kondisi hari ini yang terulang karena keengganan manusia menggali nilai-nilai kearifan lokal warisan leluhur. Juga, bagaimana masyarakat Lamaholot Flores mampu bertahan dengan tengah tanah yang tandus, bagaimana masyarakat tradisional begitu menghormati Tonu Wujo sebagai legenda yang menyelamatkan kehidupan dari bencana kelaparan dan kekeringan dengan mengorbankan tubuhnya untuk dibunuh dan menjadi makanan.
Pentas teater dengan lakon Tonu Wujo karya/sutradara Silvestre Hurit (foto: Engki Rebon) |
Seperti dalam teks naskah tersebut ada yang harus mati agar kehidupan terus berlanjut. Setiap penonton yang menyaksikan pertunjukan ini membawa pulang ingatan tentang pengorbanan.
Pentas teater dengan lakon Tonu Wujo karya/sutradara Silvestre Hurit (foto: Engki Rebon) |