Advertisement
Ari Bayuaji (sumber: Jakartapost) |
Oleh: Adhyra Irianto
Pojok Seni - Selama pandemi, sejumlah sampah tali plastik ditemukan di pantai Bali, baik di garis pantai maupun di hutan mangrove. Ari Bayuaji, seorang seniman Indonesia yang berdomisili di Kanada, saat itu "terkurung" di Bali dan tidak bisa pulang ke negara asalnya. Ia menemukan sampah tali plastik tersebut di akar pohon bakau, di daerah Sanur, Bali.
Sampah plastik sudah menjadi elemen utama dunia hari ini. Kita telah terkurung oleh sampah-sampah berbahan plastik. Tidak terkecuali habitat alam di Sanur, Bali. Hal itu membuat Ari Bayuaji terpikir untuk memanfaatkan sampah tali plastik yang berserakan di pantai Sanur sebagai bahan utama untuk menciptakan sebuah karya seni yang memukau.
sampah tali plastik yang ditemukan di Sanur |
Di saat yang sama, Bali sedang terpuruk. Pulau Dewata yang menjadi daya tarik utama bagi para turis itu sedang dalam kondisi memprihatinkan karena Pandemi Covid-19. Pantai Sanur dan manggrove-nya semakin tak terawat, dengan sejumlah tali plastik yang ditemukan di mana-mana. Maka, dibantu dengan empat orang asisten, Ari Bayuaji perlahan mengumpulkan tali plastik tersebut untuk menjadi bahan proyek artistiknya, sekaligus menjaga keseimbangan alam. Karya ini yang kemudian diberi tajuk Weaving the Ocean (Menenun Laut).
Konferensi pers bersama Vincent Guironnet GM The Apurva Kempinski Bali |
Tantangan Mengerjakan Weaving the Ocean
Karya Ari Bayuaji berjudul Weaving the Ocean (sumber: aribayuaji.com) |
Menurut Ari Bayuaji, plastik itu lebih pendek dan lebih licin dari benang katun. Karena itu, proses menggulungnya juga sulit karena sering lepas. Saat dimasukkan ke lubang jarum untuk ditenun, lebih sering tersangkut.
Itu cukup sulit, beruntung Ari adalah seorang insinyur sipil menjadikan, hingga lebih terstruktur dalam bekerja. Sambungannya tidak terlalu besar, juga harus diubah dengan teknik pengikatan menggunakan tangan.
Ari menambahkan, ia masih menggunakan benang katun, untuk bagian yang vertikal. Sedangkan benang dari tali plastik dibuat untuk bagian yang melintang, berdasar sistem pembuatan endek. Sedangkan kesulitan lain, dikarenakan benang plastik lebih tebal dari benang katun. Hal ini menjadikan proses penenunan plastik menjadi lebih lama.
Karya Ari Bayuaji berjudul Weaving the Ocean (sumber: aribayuaji.com) |
"Saya masih terinspirasi dengan songket dan endek (kain bali). Ada beberapa kain songket di bali maupun di luar bali, yang hanya berbentuk garis-garis saja. Saya mengutamakan warna-warni alami untuk menghadirkan garis-garis tersebut secara estetis. untuk memberikan pemandangan mulai dari langit hingga laut," tutup Ari Bayuaji.
Melihat karya Ari Bayuaji, kita tidak hanya diarahkan untuk melihat "kain" berbahan tali plastik. Tapi juga melihat apa yang disebut oleh Gilles Deleuze sebagai sebuah "ekstraksi dari sesuatu yang figuratif". Karya-karya ini mengejawantahkan mozaik-mozaik sensasi yang memberi kesan suasana laut dan warna-warna di sekitarnya. Karya instalasi dari Ari Bayuaji memberi kita kesan-kesan pra-individual, seperti apa yang digambarkan Ruskin dalam tajuk "realisme kodrati". Bongkahan-bongkahan sensasi inilah yang menghiasi Koral Restaurant di The Apurva Kempinski Bali. Vincent Guironnet sebagai GM hotel tersebut mengajak berkunjung ke Koral Restaurant untuk menikmati karya-karya indah dari Ari Bayuaji.