Advertisement
Sekretariat Dewan Kesenian Malang (sumber foto: Terakota) |
Oleh: Adhyra Irianto
Pojok Seni - Sejak hari Selasa (27/6/2023), selebaran bertajuk "Kronologi Gimbo" beredar di sejumlah Whatsapp Group, media sosial, dan menjadi pembicaraan masif di kalangan pegiat teater Indonesia. Penyebabnya, dalam narasi tersebut, terjadi hal yang sangat serius. Yakni, seorang seniman yang mengkritisi karya seniman lainnya, namun berakhir ke penganiayaan yang menyebabkan kematian.
Dalam narasi bertajuk Kronologi Gimbo tersebut, ada sebuah peristiwa di Dewan Kesenian Malang pada hari Senin tanggal 3 April 2023. Saat itu, ada pementasan teater yang digelar beberapa komunitas teater di Malang dan dihadiri oleh banyak seniman setempat. Salah satu yang datang sebagai penonton tersebut adalah Agus Gimbo.
Selebaran kronologi Gimbo yang tersebar secara masif di sejumlah WaG dan media sosial |
Menurut narasi yang beredar tersebut, Agus Gimbo terlibat dalam diskusi kecil di salah satu ruangan Dewan Kesenian Malang. Diskusi tersebut berakhir perdebatan, mengingat nama Agus Gimbo diklaim dalam narasi tersebut sebagai sosok yang kritis. Perdebatan tersebut berakhir dengan pemukulan pada Agus Gimbo.
Masih dari narasi tersebut, kronologi kejadian berlanjut dengan adanya seorang rekan (tidak disebutkan namanya) menyebutkan Agus Gimbo masih terkapar di DKM dan baru dilarikan ke Rumah Sakit di hari Selasa (4 April 2023) pukul 11 pagi. Agus Gimbo baru mendapatkan penanganan medis di saat itu, dan dinyatakan koma. Kemudian, tanggal 25 April 2023, Agus Gimbo dinyatakan meninggal dunia.
Namun, narasi bertajuk Kronologi Gimbo muncul di tanggal 27 Juni 2023 dan menyebabkan perhatian serius dari pemerhati dan pegiat teater. Sejumlah WaG, dan media sosial mulai membicarakan kejadian di Malang.
Kronologi yang "benar separuh"
Surat pernyataan dari Dewan Kesenian Malang terkait kejadian Agus Gimbo |
Setelah cerita tentang kejadian itu naik lagi ke permukaan, Dewan Kesenian Malang mengambil sikap dengan mengeluarkan surat pernyataan bernomor 46/27.06/DKM/2023. Dalam surat tersebut, Dewan Kesenian Malang menyebut lima poin antara lain:
- Dewan Kesenian Malang menyesalkan adanya peristiwa tersebut
- Ada inisiatif dari DKM untuk mengantarkan korban dari lokasi kejadian, ke rumah sakit.
- Ada inisiatif dari DKM untuk mengupayakan pembiayaan perawatan korban
- Ada inisiatif DKM untuk memediasi kedua belah pihak (pelaku dan keluarga korban)
- DKM menonaktifkan pelaku dari kepengurusan DKM
DKM disebut-sebut berdiam diri dan tidak mengambil keputusan apa-apa terkait kejadian tersebut. Sedangkan pihak DKM sendiri menyatakan bahwa mereka telah mengambil banyak keputusan terkait kejadian tersebut, seperti termaktub dalam surat pernyataan mereka. Ditambah lagi, DKM memilih "diam" justru karena permintaan dari keluarga korban.
Bukan karena Kritik Seni
Ketua Dewan Kesenian Malang, Dimas Novib Saptino, kepada Pojok Seni menyatakan bahwa kejadian tersebut memang benar terjadi. Perselisihan antara seniman B dengan Agus Gimbo memang benar terjadi, dan DKM menonaktifkan B dari status sebagai pengurus DKM pasca kejadian itu. Hanya saja, kronologi yang dibagikan lewat selebaran atau poster tersebut ada beberapa di antaranya yang keliru. Entah hal itu disengaja, atau tidak, yang jelas "kekeliruan" tersebut menjadikan penggiringan opini publik.
Beberapa kekeliruan tersebut adalah adanya dugaan bahwa kejadian itu didasari atas kritik pertunjukan yang diberikan oleh Agus Gimbo. Kedua, adanya tindakan tidak bertanggung jawab yang dilakukan Dewan Kesenian Malang atas apa yang menimpa Agus Gimbo. Kedua hal ini menjadikan isu tersebut diarahkan ke tindakan antikritik dan membahayakan "kritikus".
Novib menceritakan bahwa pertunjukan teater di hari itu sudah selesai, dan diskusi seni itu juga sudah selesai. Kemudian, berlanjutlah obrolan yang masih dilakukan di Dewan Kesenian Malang. Namun, karena DKM terlalu ramai oleh seniman, hingga mahasiswa, akhirnya suasana malam itu menjadi cukup chaos, dan akibatnya terjadi keributan antara Gimbo dengan B.
"Ini murni masalah personal, bukan disebabkan oleh kritik seni atau sebagainya, seperti yang dijelaskan lewat selebaran itu," jelas Novib.
Novib mengakui bahwa ada hal yang sengaja disembunyikan dari kronologi aslinya. Hal itu sebenarnya dilakukan untuk menjaga nama baik korban, dan keluarganya. Pihak kepolisian juga sudah datang ke rumah sakit beberapa waktu setelah kejadian itu. Namun, melihat kondisi dari kedua pihak yang bertikai, pihak kepolisian justru meminta kedua pihak untuk menyelesaikan secara kekeluargaan.
"Ada tudingan bahwa kami menyembunyikan hal ini dari kepolisian, namun justru pihak yang berwajib juga sudah datang dan melihat kondisi kedua belah pihak yang bertikai. Dan aparat yang merekomendasikan untuk penyelesaian lewat jalur kekeluargaan," tambah Novib.
Hal lain yang dikritisi oleh Novib adalah arah dari selebaran tersebut justru menuntut pertanggungjawaban dari Dewan Kesenian Malang. Hal ini disayangkan oleh Novib, termasuk oleh keluarga korban. Alasan utama gugatan ditujukan ke DKM, dikarenakan lokasi kejadian tersebut terjadi di sekretariat DKM.
"Tapi malam itu terlalu ramai, dan sudah kemana-mana obrolannya. Kita juga hanya meminjamkan tempat hingga pukul 22.00 WIB, namun kegiatan lanjutan seperti kumpul-kumpul dan silaturahmi masih terjadi setelah itu," jawab Novib.
DKM dan Keluarga Korban Menyayangkan Tersebarnya Selebaran
Setelah selebaran tersebut tersebar, Novib menghubungi pihak keluarga korban. Hasilnya, tidak hanya Dewan Kesenian Malang, tapi keluarga juga menyayangkan hal tersebut. Poster tersebut mengatasnamakan "seseorang saksi mata" yang mengantar dan menemani korban di RS. Padahal, yang mengantarkan korban adalah pelakunya sendiri. Dan, pelakunya juga yang mengusahakan untuk membiayai biaya pengobatan didukung oleh Dewan Kesenian Malang. Sedangkan pihak yang menemani di RS adalah kakak kandung korban. Novib memastikan, tidak ada yang menghubungi pihak keluarga korban sebelum akhirnya selebaran itu tersebar secara masif.
"Korban dinyatakan meninggal dunia lantaran sakit jantung. Sedangkan cedera di kepala sudah berhasil diobati. Begitu hasil keterangan medis," tambah Novib.
Terakhir, kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang digelar oleh komunitas teater se-Kota Malang, utamanya mahasiswa. Dewan Kesenian Malang dalam hal ini adalah fasilitator yang meminjamkan sekretariat DKM untuk digelarnya acara tersebut. Selepas gelaran pertunjukan, juga digelar diskusi kekaryaan. Sedangkan kejadian tersebut terjadi sudah larut malam, dan terkait dengan masalah personal antara kedua belah pihak.