Advertisement
Diskusi bertajuk Demotivasi: Filsafat Santuy bersama Syarif Maulana dalam rangka pameran karya Alm. Prof Satiawan Sabana di Galeri PlaAstro |
Oleh: Adhyra Irianto
Di tengah pameran karya seni berbahan kertas karya almarhum Prof Satiawan Sabana di Galeri PlaAstro, Kurdi Timur III, M Toha, Bandung, Minggu (21/05/2023), pihak Galeri PlaAstro yang diasuh oleh Diana dan Fahdi Hasan mengundang Syarif Maulana sebagai pembicara. Syarif Maulana adalah seorang dosen filsafat di Universitas Parahyangan (Unpar) dan tengah mengerjakan proyek filsafatnya bertajuk "Demotivasi".
Demotivasi adalah oposisi dari Motivasi (dengan "M" besar). Sebelum bicara tentang demotivasi dan pertentangannya dengan motivasi, Syarif Maulana terlebih dulu memaparkan bahwa ada dikotomi motivasi, menjadi dua; motivasi dengan "m" kecil dan Motivasi dengan "M" besar. Perbedaan keduanya adalah, motivasi yang pertama merupakan motivasi yang timbul secara organik dan penting bagi kebutuhan manusia untuk survival dan beradaptasi dengan kehidupan. Misalnya, seseorang yang sedang tidur, butuh "motivasi" yang berlandaskan motif tertentu untuk perlahan bangun dan menjalankan aktivitasnya.
Sedangkan motivasi dengan M besar, adalah motivasi yang dilakukan oleh motivator untuk mengubah mindset seseorang. Seperti seseorang yang diberi masukan oleh motivator untuk bekerja sepenuh hati, dan memberikan lebih dari apa yang dibayarkan. Syarif Maulana memberikan contoh seorang penjual karcis yang diminta untuk memberikan senyuman, mengajak berbincang-bincang, dan berdandan dengan sangat baik di bioskop. Sedangkan bayaran yang diberikan adalah hanya untuk berdiri dan memberikan karcis.
Biaya untuk berdandan, mengajak berbicara, dan memberikan senyuman tentu saja tidak termasuk dalam gajinya. Dengan kata lain, mulai dari pembelian kosmetik, jasa penatu pakaian, harga parfum, dan penambahan wawasan untuk sekedar mengajak berbincang orang-orang asing yang membeli karcis, tentunya dilakukan dengan "dana sendiri".
"Bila motivasi memberikan Anda perintah untuk memberikan lebih dari yang dibayarkan, maka demotivasi justru meminta sebaliknya. Lakukan sesuai dengan bayaran yang Anda dapatkan," kata Syarif.
Untuk kasus itu, menurut Syarif, motivasi menjadi sesuatu untuk menutupi "hal-hal yang tidak dibayarkan", diganti dengan semangat hidup, kerja keras, dan sebagainya. Untuk kasus yang lain, misalnya untuk mengejar kekayaan, maka motivasi memberikan "standar" kekayaan yang harus dikejar oleh seseorang. Karena itu, kerja dari seorang pegawai akan berlebih dari apa yang didapatkannya, sedangkan pekerjaan pemilik perusahaan akan semakin santai. Sebaliknya, pegawainya akan tetap seperti itu, dan pemilik perusahaan akan semakin kaya.
"Kapitalisme memang meminta seperti itu, di mana pekerja mesti bekerja melebihi gajinya. Dan beberapa kalimat motivasi justru menjadikan hal tersebut sebagai hal yang memang seharusnya. Pekerja lembur dianggap rajin, dan pekerja rajin adalah pekerja yang paling banyak dieksploitasi," kata Syarif.
Karena itu, dibutuhkan demotivasi sebagai antithesis dari motivasi dengan "m" besar itu. Namun, cara kerjanya adalah dengan juktaposisi. Karena demotivasi tersebut baru bisa bekerja apabila disandingkan dengan motivasi yang dimaksud. Bila hanya mendengarkan motivasi saja, maka akan hadir eksploitasi pekerja. Sedangkan bila hanya mendengarkan demotivasi saja, maka tidak ada pekerja yang mau bekerja lagi. Untuk menetralisir, maka keduanya mesti dihadirkan bersamaan.
Untuk itulah, Syarif Maulana menerbitkan sejumlah buku bertajuk "ayat-ayat demotivasi" untuk menjadi counter dari "ayat-ayat motivasi" yang kerap digunakan motivator. Terutama, motivator yang sangat terkesan manipulatif.
Ada beberapa tokoh agama misalnya, menggunakan power relijiusnya untuk meminta sumbangan dalam jumlah tertentu. Dalam kalimat motivasinya, mengutip sejumlah ayat kitab suci, bahwa sedekah yang dilakukan dengan ikhlas akan diganti berlipat-lipat oleh Tuhan. Hal itu digunakannya untuk memperkaya diri, di sisi lain merugikan korbannya.
"Motivasi dalam hal itu justru digunakan untuk mengelabui seseorang untuk mengganti kerugian seseorang dengan 'pahala'," kata Syarif.
Tonton video diskusi Demotivasi: Filasafat Santuy oleh Syarif Maulana di pranala berikut ini: