Catatan Rudolf Puspa: Merdeka Berkarya -->
close
Pojok Seni
02 April 2023, 4/02/2023 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2023-04-02T01:00:00Z
Artikel

Catatan Rudolf Puspa: Merdeka Berkarya

Advertisement
Pentas teater keliling Jakarta
Pentas Teater Keliling Jakarta

Kemerdekaan adalah hak setiap bangsa.

Oleh karenanya setiap bentuk penjajahan harus dilenyapkan.


Kudengar pertama kali diucapkan bapak proklamasi Soekarno puluhan tahun lalu dari sebuah rekaman pidato beliau yang sungguh mendebarkan sekaligus membakar jiwa-jiwa nasionalisme yang dimiliki bangsa. Ketika aku mulai membesar selepas sekolah menengah atas dan mengembara meninggalkan kota masa kecilku kembali terngiang pidato yang sangat menohok hatiku.  Penjajahan ternyata bukan saja meliputi ekonomi, politik, sosial namun juga kebudayaan. 


Sebagai insan yang bergerak di lingkungan kesenian khususnya teater modern Indonesia, aku terkesima bahwa salah satu kendala bagi kemajuan kesenian yang satu ini adalah adanya kekuatan yang bukan dari gelora berkesenian namun datang dari kekuatan politik kekuasaan yang secara berkesinambungan selama puluhan tahun boleh dikatakan memberangus. Teater dianggap bagai hantu yang bisa mempengaruhi bangsa untuk melawan kekuasaan. Padahal belum ada sejarah yang mencatat terjadi pemberontakkan kepada kekuasaan melalui gerak kesenian yang adalah salah satu kegiatan kebudayaan.  Jika Pun ada yang berusaha memberikan kritik yang tujuannya mengingatkan agar taat undang undang kemerdekaan bangsa maka akan mudah diberangus walau banyak yang tak menggunakan undang undang. Hal ini terjadi karena undang undang kebudayaan ternyata belum terwujud baik sebagai usulan dari pemerintah atau inisiatif dewan perwakilan rakyat. 


Hari ini 1 April 2023 terbetik ide membuat berita April mop yakni mengundang para seniman teater untuk hadir di ruang rapat dewan perwakilan rakyat Republik Indonesia untuk mendengar keputusan DPR RI bahwa teater Indonesia dilindungi sebuah undang undang yang mewajibkan semua kepala daerah di seluruh Indonesia memberikan anggaran secara permanen kepada seniman teater dan sanggarnya untuk mampu menggelar produksi teater tiap bulan.  Ide aneh ini segera aku urungkan karena yang namanya April mop kan cuma lucu-lucuan belaka. Jikapun dimaksudkan sebuah sindiran kepada penguasa apa iya didengar. Kurun kabarnya yang namanya demokrasi itu bebas bicara mengemukakan pendapat namun juga bebas untuk tidak mendengarkan. Kemerdekaan adalah hak setiap bangsa sehingga tak boleh ada pemaksaan. Tentunya termasuk apa yang disebut demokrasi. 


Sambil senyum-senyum sendiri diiringi rintik gerimis pagi yang terlihat lewat jendela kamarku terdengar sayup-sayup namun jelas sekali bahwa UNTUK PERTAMA KALINYA, Indonesia memiliki undang-undang tentang kebudayaan nasional. Pada 27 April 2017, Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan disahkan Pemerintah sebagai acuan legal-formal pertama untuk mengelola kekayaan budaya di Indonesia. Dari senyum berubah ke manggut-manggut bahwa hari ini berarti sudah 6 tahun umurnya UU pemajuan kebudayaan.  Tambah senyum lagi melihat bahwa seharusnya kesenian khususnya teater sudah mendapat perlindungan bagi kehidupannya yang bukan hanya keseniannya namun juga senimannya.  Maka menggelegar tawaku yang ketika selesai tak kutemukan entah ketawa gembira atau sebaliknya.


Barangkali hanya sebuah kebetulan bahwa tanggal hari teater sedunia dan UU pemajuan kebudayaan sama yakni 27 maret dan 27 april. Angka 27 bisa iseng2 dijadikan angka keramat bagi keduanya. Sesuatu yang dipandang keramat biasanya memiliki cerita yang bisa unik, menyejarah ataupun lebih kepada hal gaib. Namun peringatan besar2an untuk dua tanggal itu masih belum terasa menasional.  Yang paling lama untuk peringatan hari teater sedunia terjadi 10 kali di Solo yang boleh dikata dari sudut pembiayaan masih termasuk kendala klasik. Istilah klasik semestinya tentang sesuatu yang sudah lama dan menjadi sejarah yang tentu berbiaya mahal bagi perawatannya. Namun merawat kendala klasik yang berbunyi “materi” sungguh terasa menjadi sebuah pemandangan yang tragis adanya.  Bahkan sangat merasa malu bagiku menjadikan keluhan lalu menengadahkan tangan agar mendapat kucuran bantuan. Padahal ajaran suci adalah lebih baik tangan kebawah dibanding membuka keatas. Lalu muncul pidato atau anjuran2 yang seolah-olah mulia bahwa harus optimis, kalau mau kaya jangan di teater dan sebagainya. Ucapan yang dianggap sebagai hero, pahlawan di depan namun di belakang nggrundel juga. Dan yang nyata bahwa tak terjadi langkah seribu yang bukan kebelakang.   


Dengan adanya undang undang pemajuan kebudayaan setidak-tidaknya sudah ada jalan terbuka bagi seniman untuk menjadikan senjata bagi melaksanakan pidato presiden pertama NKRI. Merdeka berkarya adalah semboyan baru atas terjemahan yang sudah dilepas oleh mas Menteri Pendidikan dan kebudayaan, riset dan teknologi dengan “merdeka belajar”.  Itulah sejatinya nafas menggelorakan berkesenian tentu melalui ide2 kreatif inovatif termasuk dalam melawan tirani klasik yakni kendala pendanaan. Sudah tepat jika kemendikbud bersikap sebagai fasilitator program yang dibuat para seniman. Tentu sebagai kementerian dari kabinet yang resmi akan memiliki aturan2 yang harus diikuti. Bagaimanapun uang yang ada di kementerian keuangan yang selalu dikatakan uang rakyat harus ada pertanggungan jawab penggunaannya. Harus ada pembuktian sehingga bukan merupakan sedekah yang tak perlu kwitansi dan sejenisnya.  Aturan seperti inilah yang banyak mengejutkan seniman teater yang seumur2 tidak pernah berurusan dengan administrasi keuangan.  Tidak heran jika banyak proposal gagal diterima karena kesalahan administrasi. 


Kemerdekaan bangsa telah dicetuskan 17 Agustus 1945 yang berarti sudah 78 tahun umurnya. Namun untuk kemerdekaan mengisi kehidupan berbangsa masih saja tergagap gagap. Setiap ada demo yang merupakan salah satu kemerdekaan menyatakan pendapat terpaksa berakhir ricuh dengan aparat keamanan. Sangat sulit menyalahkan siapapun bagai tanya duluan telor atau ayam. Jika dilihat kemerdekaan berkarya masih (maaf) sedikit yang menghasilkan karya yang monumental, karya yang dihadiri penonton  lebih dari seribu. Aku senang baca laporan kegiatan pertunjukkan namun sering bertanya-tanya kenapa tak disertai foto atau laporan berapa yang nonton? Bagiku penonton adalah jadi tanggung jawab seniman teater untuk merangkulnya agar hadir sebanyak2nya.  Jika memang pertunjukkan menyentuh hati mereka maka akan ketagihan dan pasti datang lagi untuk nonton. Padahal promosi untuk itu kini sangat mudah karena terbuka gratis untuk memasukkan promosi bagi karya-karya produksi teater.   


Undang undang pemajuan kebudayaan. Merdeka berkarya. Mari jadikan sebuah laku sehingga terlepas dari dinding pajangan belaka. 


Duren Seribu Bojongsari  Depok 1 April 2023.

Rudolf Puspa

Ads