Advertisement
Pertunjukan teater kolaborasi Indonesia - Malaysia bertajuk Perkahwinan adaptasi dari The Marriage karya Nikolai Gogol |
Oleh: Euis Karmila*
Pertunjukan Teater Kolaborasi dengan judul Perkahwinan Karya Nikolai Gogol, adaptasi Anwar Zulkifli, dan disutradarai oleh Mohd Diani/ Bung Kancil, merupakan kolaborasi ISBI Bandung, Persatuan Puri Pujangga Malaysia, Persatuan Kemuning Singapura, Alumnni Teater UKM berlangsung pada hari Minggu, 12 Maret 2023 pukul 20.00 WIB. Lakon "The Marriage" yang dikenal dengan defamiliarisasi di tangan ajaib Nikolai Gogol, berhasil diadaptasi dengan baik oleh Anwar Zulkifli menjadi sebuah kisah yang berlatar di Nusantara. Hal ini menjadikan akulturasi budaya dari bentuk adaptasi drama ini terasa lebur dan saling mengisi. Nama-nama karakter mewakili darimana sang aktor berasal, seperti Ahmadin Ahmad dari Malaysia, dan Lilis dari Indonesia.
Teater ini bergaya realisme dihadirkan dengan lanskap yang "proto-surealis", desain dekorasi panggung ala Eropa, serta sejumlah improvisasi dari aktor-aktor serupa reportoar komedi ala Moliere. Beberapa kali, para aktor juga dengan sengaja menembus dinding keempat untuk berinteraksi dengan para penonton. Sejak beberapa menit awal, meski menggunakan bahasa Melayu, namun pertunjukan ini terus memancing tawa penonton yang memenuhi Gedung Sunan Ambu, ISBI Bandung.
Menariknya, improvisasi dari para aktor itu, pembawaan karakter yang hanya mampu dilakukan oleh aktor yang profesional, menjadi sesuatu yang natural dan mengalir begitu saja, alias tidak klise. Dalam pertunjukannya kemampuan si aktor yang aktraktif, membawa kesan lebih dekat dan menyatu dengan penonton yang saling merespon sehingga lebih interaktif.
‘’Perkahwinan adalah perkara yang baik, mulia, patriot dan harus dilayani dengan hati yang suci karena perkahwinan bukan untuk dibuat main,’’ kata Kareem.
Dari sinopsis tersebut seorang pria yang dipaksa menikah oleh keluarganya merasa terganggu. Berulang kali menyampaikan ketidak inginannya untuk menikah dengan terburu-buru. Tokoh utama Ahmad dengan karakter polos, lugu, tampan dan berkarisma, dijodohkan dengan seorang perempuan berparas cantik bernama Lilis dengan karakter ayu, namun centil, memberikan kesan lucu, imut, menarik perhatian lelaki.
Pembawaan karakter Ahmad yang ragu-ragu mengambil keputusan membuat nya terjerat dalam dilema, walaupun ketika bertemu dengen Lilis berparas cantik, seiring berjalannya waktu tumbuh rasa cinta. Namun diakhir cerita Ahmad melarikan diri kabur disaat wanita itu sudah berharap dinikahi olehnya dan jatuh hati kepada Ahmad. Salah satu issue di Indonesia yang apabila wanita di tinggal nikah adalah tidak baik. Kesalahan dari Ahmad disini adalah dia kurang komunikasi dengan Lilis selaku Wanita yang akan dijodohkannya. Kenapa Ahmad tidak memberanikan diri untuk menyampaikan maksud dan keinginannya untuk menunda pernikahan, walaupun dia sudah menyukai Lilis. Hal yang sangat penting dalam suatu hubungan adalah membangun komunikasi yang baik, komitmen, sehingga timbul sara saling percaya bukan malah justru saling curiga. Bagi Sebagian orang jujur itu sulit, ada pepatah yang mengatakan bahwa sampaikanlah kejujuran walau itu pahit.
Plot seperti ini memang tidak asing di kalangan masyarakat yang masih percaya bahwa usia matang mengakibatkan sulit mendapat jodoh. Menikah adalah sesuatu yang diharuskan dan disegerakan. Namun pada kenyataannya, pernikahan terburu-buru atau segera menikah bukanlah hal yang baik juga bukan solusi untuk menghindari opini dari masyarakat, apalagi perempuan yang sering dianggap menunda pernikahan takut nanti jadi perawan tua, tidak laku, lupa dengan kodratnya. Permasalahnnya disini adalah tentang kesiapan dan persetujuan antara pihak laki-laki dan perempuan. Sesuai dengan sinopsis dari pertunjukan teater tersebut bahwa ’’Perkahwinan adalah perkara yang baik, mulia, patriot dan harus dilayani dengan hati yang suci karena perkahwinan bukan untuk dibuat main.
Pernikahan, antara Hegemoni dan Relasi Kuasa
Pertunjukan teater dengan lakon Perkahwinan di Bandung (foto: Euis Karmila) |
Hal yang perlu digaris bawahi adalah pernikahan itu bukan perkara main-main, karena bukan main-main banyak tanggung jawab dan resiko didalamnya. Oleh sebab itu, jika belum siap jangan menikah tetapi coba diskusikan alasan yang logis, dan pemahaman yang bisa dimengerti. Namun, beberapa orang tidak ingin mengerti, itulah sebabnya beberapa orang ketika ditanya hal tersebut memilih diam atau bahkan hanya melempar senyum.
Isu pernikahan sering menjadi pembicaraan terutama pada wanita. Pertanyaan orang- orang tentang kapan nikah, habis nikah kapan punya anak, habis punya anak, kapan nambah anak lagi. Rumit sekali memang membahas pertanyaan para netizen ini. Pada dasarnya memang manusia itu kepo. Selalu ingin tau, tetapi hanya sebatas ingin mengorek saja. Pernikahan mempunyai dua peluang yang sama besar. Jika masing-masing mampu menyeimbangkan antara hak dan kewajibannya masing-masing maka akan terwujud keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah. Namun sebaliknya jika saling menuntut maka akan sulit. Sehingga beberapa orang sepakat menyebut pernikahan adalah ‘’jebakan tikus’’ karena karena adanya kasus negatif dalam masyarakat sehingga kasus tersebut dijadikan dasar untuk generalisasi terhadap pernikahan yang dampaknya mengotori sakralitas dari pernikahan.
Carl Rogers memberikan penjelasan terhadap suatu pendekatan konseling pada klien atau partener konseling yang diberikan keluasaan kesempatan serta kebebasan dalam mengekspresikan emosi. Pendekatan Rogers, sesuai dengan kaidah psikologi yang setiap individu miliki, seperti dalam mengungkapkan segala bentuk permasalahan, baik itu situasi hati, sosial, masyarakat serta pengalaman yang dialami individu. Oleh sebab itu, konseling pra nikah para calon pengantin inilah yang memahami secara detail terkait dengan permasalahan ataupun upaya di dalam penyelesaian yang dia hadapi. Menikah di usia muda bukanlah alternatif menghindari pergaulan bebas. Faktor budaya juga memberikan pengaruh besar sehingga secara eksplisit berimplikasi pada perkembangan nilai keluarga dan keberadaanya, yang mengakar pada mindset masyarakat. Motif ekonomi, harapan tercapainya keamanan sosial dan finansial setelah menikah menyebabkan seseorang menikah muda.
Pada hakikatnya, konsep pernikahan itu bukan siapa cepat, siapa dapat, namun siapa siap, tetapi jangan menikah muda juga. Manusia di tahun 1954 secara eksplisit menentang pernikahan dini, namun di berbagai negara masih saja terabaikan.
Dampak pernikahan paksa yang sering terjadi, adanya hegemoni baik itu laki-laki atas perempuan atau sebaliknya. Pernikahan paksa yang dialami oleh banyak perempuan pada dasarnya secara psikologis tidak dapat dibenarkan, dapat menimbulkan perubahan sikap keseharian menjadi pendiam (silent girl) dan pemurung, Perasaan nervous dan stress serta perasaan-perasaan lainnya akan terus berlanjut hingga awal kehidupan perkawinan, konsekuensi terburuknya adalah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dan berujung pada perceraian. Walaupun perceraian bisa saja terjadi, diluar dampak kawin paksa.
Pesan yang bisa diambil dari pertunjukan teater ini terinspirasi dari perkataan Barack Obama dan Jason Goldberg, yakni penting untuk memastikan bahwa kita berbicara satu sama lain dengan cara yang menyembuhkan bukan dengan cara yang melukai, juga kesadaran emosional diperlukan sehingga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain.
*Penulis adalah mahasiswa jurusan Pengkajian Seni Pasca Sarjana Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung