Advertisement
Tarian sakral di Indonesia |
PojokSeni - Tarian sakral banyak ditemukan di Indonesia. Tarian ini juga banyak ditarikan baik lelaki, maupun perempuan. Khusus untuk tarian sakral yang ditarikan oleh perempuan, maka kesucian si penari menjadi syarat utama tarian tersebut bisa dilakukan. Selain penari perempuan yang masih perawan, syarat lainnya yang juga tidak boleh dilanggar adalah tarian tersebut tidak bisa ditarikan saat menstruasi.
Dengan kata lain, penari mesti mengenali tanda tanda menstruasi dengan mengingat siklus bulanannya. Misalnya, bila si penari biasa mendapatan menstruasi di awal bulan, maka apabila tarian itu akan ditarikan di awal bulan, penari sebaiknya menolak dari awal. Kenapa? Sebab, beberapa tarian bahkan sudah memiliki aturan yang ketat sejak latihan.
Selain itu, akan sangat terasa rugi dan sia-sia bila si penari berlatih berminggu-minggu, namun ketika hari H akan menari, justru batal karena sedang dalam masa menstruasi.
Bagi yang tertarik untuk menari, tentunya mesti mempelajari terlebih dulu, tarian apa saja yang memiliki syarat tersebut. Berikut beberapa di antaranya.
Tari Bedhaya Ketawang
Tari Bedhaya Ketawang adalah tarian asal Surakarta. Tarian ini dikenal sebagai salah satu tarian paling sakral dan sangat "magis" karena itu aturannya sangat ketat. Tari Bedhaya Ketawang biasanya ditarikan ketika ada acara tertentu di Kraton Surakarta. Biasanya upacara penobatan raja baru, peringatan hari kenaikan tahta, dan sebagainya.
Tari ini menggambarkan hubungan antara Raja Mataram dengan Ratu Laut Selatan (Nyi Roro Kidul). Para praktisi tari ini meyakini bahwa Kanjeng Ratu Kidul akan datang melihat ketika tari ini dipentaskan.
Karena itu, penari mesti dalam keadaan suci. Para penari adalah perempuan muda yang belum menikah alias masih perawan. Syarat lainnya adalah, ketika menari ini, penarinya mesti sedang tidak dalam keadaan menstruasi.
Tari Kejei Rejang
Tari Kejei Rejang ditarikan oleh pasangan perempuan - lelaki. Baik perempuan, maupun lelakinya, sedang dalam keadaan "perawan" dan "perjaka". Tarian ini berasal dari Tanah Rejang, Provinsi Bengkulu.
Tari ini akan ditarikan di saat penyambutan tamu agung atau tamu yang dihormati. Tarian ini juga biasa ditarikan saat-saat tertentu yang berkaitan dengan kegiatan kedaerahan.
Saat menari, akan ada seorang penari utama yang memegang sekapur sirih. Nah, sekapur sirih inilah yang akan dikunyah oleh tamu yang disambut dengan tarian tersebut.
Namun para penari perempuan di tarian ini sangat tidak diperbolehkan dalam keadaan menstruasi. Diyakini akan ada banyak petaka yang datang bila ada seorang penari yang sedang menstruasi ikut dalam rombongan.
Tari Sintren Cirebon
Tari satu ini merupakan tari yang menceritakan kisah hubungan asmara yang rumit, antara Raden Sulandono dengan kekasih hatinya, Sulasih. Hubungan keduanya ditentang oleh orang tua Raden Sulandono, sehingga menjadikan keduanya gagal menikah.
Kegagalan itu membuat keduanya sama-sama putus asa. Sulandono memilih pergi menyendiri menjadi pertapa, sedangkan Sulasih memilih untuk menjadi seorang penari. Tarian inilah yang menjadi tari sintren yang dikenal dengan kacamata hitam ini.
Karena itu, tari ini dianggap sangat sakral dan magis. Penari perempuan yang menarikan tari sintren harus masih gadis dan dalam keadaan suci. Dengan kata lain, tidak diperbolehkan ada seseorang yang sedang menstruasi mengikuti tarian ini.
Tari Rentak Bulian Riau
Tari Rentak Bulian dikenal sebagai tari ritual pengobatan pada awalnya. Tarian ini mengundang makhluk gaib untuk masuk ke tubuh penari, yang kemudian menari untuk melakukan ritual pengobatan. Tarian ini berasal dari Provinsi Riau.
Penarinya berjumlah tujuh orang, dan ada seorang lelaki yang cukup baik menari namun memiliki kekuatan yang baik. Hal ini dikarenakan penari lelaki mesti memecahkan mayang pinang, yang menjadi media pengobatan.
Karena begitu kentalnya unsur magis dalam tarian ini, maka penari perempuan harus seseorang yang belum menikah alias masih perawan. Tidak hanya itu, penari tersebut juga tidak dalam keadaan menstruasi.
Tari Seblang Banyuwangi
Tari Seblang adalah tari yang berasal dari Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Tarian ini bahkan dilakukan selama berjam-jam dan mesti diikuti dengan ritual tertentu sebelum menari.
Karena sakralnya tarian ini, maka penarinya bukan orang sembarangan. Pertama, penarinya mesti memiliki garis keturunan dengan penari Seblang sebelumnya. Kedua, penarinya juga mesti masih perawan. Ketiga, ketika menari, penari Seblang juga mesti bebas dari menstruasi.
Tidak hanya itu, selama proses sebelum menari, ada berbagai ritual yang mesti diikuti oleh penarinya. Berikutnya, ketika hari menari, maka penari akan menari selama enam jam tanpa henti. Itupun dilakukan selama tujuh hari berturut-turut. Tentunya, memerlukan stamina yang sangat baik, bukan?
Tarian ini akan dimulai dengan prosesi pemanggilan roh untuk masuk ke tubuh penari. Berikutnya, penari akan terjatuh dan itu berarti roh sudah masuk, dan tarian akan segera dimulai.
Itu tadi deretan tarian yang mengharuskan penarinya mesti dalam keadaan suci dari haid. Karena itu, sangat penting bagi para penari untuk mengenali siklus menstruasi, serta tanda-tandanya, agar tahu kapan bisa menari dan kapan tidak bisa menarikannya.