Advertisement
Pentas Sebuah Kisah ISI Yogyakarta |
pojokseni.com - Pusat Studi Pantomim Pendidikan (PUSPOP) Pendidikan Seni Pertunjukan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta mempersembahkan repertoar pantomim berjudul Sebuah Kisah. Repertoar yang berdurasi 10 menit ini disutradarai oleh Wanggi Hoed dan dibantu oleh Nur Iswantara sebagai asisten sutradara. Karya ini dipentaskan secara virtual di kanal Youtube Asosiasi Dosen Pantomim Indonesia pada pukul 16.00 WIB (Senin, 5 Desember 2022).
Repertoar Sebuah Kisah berangkat dari aktivitas kehidupan manusia yang beragam. Berbagai kisah terjalin dengan membuka ruang relasional antar manusia. Namun, persilangan antar berbagai kisah menjadi awal mulai lahirnya konflik. Konsekuensi logisnya adalah setiap manusia mulai mencampuri berbagai persoalan orang lain dan membuat ruang sosial menjadi kian problematis.
Karya pentomim Sebuah Kisah mencoba mengintegrasikan film dan pertunjukan pantomim. Konvensi panggung diubahsuaikan berdasarkan konvensi sinematography. Meksipun demikian, karya ini tetap mempertahankan pola lantai panggung di berbagai bagian. Selain itu, narasi disampaikan tidak hanya melalui gerak saja, namun didukung oleh visual effect untuk membuka ruang jelajah baru. Visual effect dihadirkan juga sebagai narasi yang membuka ruang imaji penonton yang lebih luas.
Melalui karya Sebuah Kisah, Wanggi Hoed mencoba pendekatan bersifat partisipatoris untuk mewujudkan interaksi virtual. Konsep ini tentunya menawarkan pengalaman estetika baru bagi penonton untuk menjalin komunikasi secara langsung, namun menggunakan media virtual.
UNJ Pentaskan Ade Paniknye
Kelompok pantomim dari Universitas Negeri Jakarta mempersembahkan repertoar pantomim berjudul Ade Paniknye karya dan sutradara Deden Haerudin. Karya pantomim yang berdurasi 7 menit ini dipentaskan secara virtual di kanal Youtube Asosiasi Doen Pantomim Indonesia pada Senin (5/12/2022) pukul 20.00 WIB.
Repertoar Ade Paniknye mengisahkan tentang kondisi manusia ketika berhadapan dengan bencana alam (gempa bumi). Manusia yang awalnya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing dipersatukan oleh ketakutan yang sama. Cerita ini mengambil latar gedung yang tinggi, karena semakin tinggi lokasi maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan ketika menghadapi gempa bumi. Namun, meskipun setiap manusia dapat bersatu karena memiliki ketakutan yang sama, tetap saja prioritasnya adalah menyelamatkan diri sendiri.
Karya ini memperlihatkan secara gamlang bagaimana manusia akan menjadi buas ketika bertahan hidup. Meskipun demikian, tetap saja karya Ade Paniknye menghadirkan sosok manusia yang tetap membantu orang lain meksipun di tengah situasi yang genting. Karya ini memberikan penyadaran kepada penoton bahwa sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan manusia yang lainnya.
Baca review Festival Pantomime Mahasiswa Nasional (Fesmimnas) #1 2022 lainnya di pranala berikut:
Review Hari Pertama Fesmimnas#1 2022:
ISI Yogya Hadirkan Sebuah Kisah, UNJ Tawarkan Kepanikan
Review Hari kedua Fesmimnas #1 2022:
Unimed Teriakkan "Bung", ISBI Aceh Hadirkan "Sial"
Review Femimnas#1 Hari Ketiga:
Midang dari UNU NTB dan Cinta Kora-kora dari IKJ
Review Fesmimnas#1 2022 Hari Keempat:
IAHN GDE Pudja Mataram Suarakan Stop Bullying, ISI Padangpanjang Kisahkan Cegukan