Advertisement
PojokSeni.com - Festival Pantomim Mahasiswa Nasional (FESMIMNAS) #1 hari ke tiga menghadirkan Himpunan Mahasiswa Sentanu Universitas Nahdlatul Ulama, Nusa Tenggara Barat dengan judul karya Midang. Repertoar Midang diproduksi di bawah arahan Hafis sebagai sutrdara, Hamdani sebagai penulis naskah dan M.B. Metha sebagai asisten sutradara. Sedangkan untuk aktor, dua pantomimer dari HIMA Sentanu yang unjuk gigi, yaitu Witri Utami dan Ramadan Guhir.
Karya Midang menceritakan tentang perjalanan asmara seorang gadis yang bernama Sulasti. Setiap malamnya, sulasti selalu didatangi oleh para pemuda yang menaruh hati padanya. Para pemuda yang datang memiliki harapan untuk dipilih oleh Sulasti menjadi kekasihnya. Bagi Sulasti, memilih seorang suami bukanlah perkara yang mudah. Namun, ibu Sulasti selalu mendesak untuk segera menikah, mengingat usia Sulasti telah menginjak kepala tiga. Konflik mulai muncul ketika Narsidep mengharuskan Sulasti untuk menikahi seseorang yang memiliki strata sosial yang tinggi. Tolak ukur tersebut memaksa Sulasti untuk mengorbankan perasaannya.
Karya pantomim yang memiliki durasi sekitar 10 menit ini menampilkan lanskap perkampungan yang menawan. Selain itu, beberapa gerak dan ekspresinya didasari oleh Budaya Sasak yang ada di NTB. Repertoar Midang ini menjalin komunikasi melalui gerak-gerak yang realistis.
IKJ Pentaskan Cinta Jangan Kora-kora
Reportoar Cinta Jangan Kora Kora oleh IKJ |
Himpunan Mahasiswa Seni Teater, Institut Kesenian Jakarta juga ambil bagian dalam Festival Pantomim Mahasiswa (FESMIMNAS) #1 dengan karya Cinta Jangan Kora-Kora. Repertoar pantomim yang berdurasi kurang lebih 14 menit ini dipentaskan secara virtual pada hari rabu, 7 September 2022 pukul 20.00 WIB di kanal Youtube Asosiasi Dosen Pantomim Indonesia.
"Malam ini, aku sendiri dibangku. Sunyi sepi tanpamu. Langit ramai kemerlap bintang. Hampa hari menanti yang datang. Entah hingga kapan.
Riuh di tanah lapang. Sepi hati tak kunjung usang
Dengarlah suaraku. Memanggil namamu. Untuk kembali datang. Dengan senyuman riang
Jangan kau pikir yang lalu. Biarlah berlaku karena aku tahu kau masih milikku. Telapak tangan lembut nan wangi. Kelip lampu jalan yang selalu menemani., Harummu tak kan ku lupa. Tawa candamu melepaskan jiwa yang merana.
Langit jingga seperti bertanya. Kapan saatnya? Waktu berjalan tanpa disadari. Tapi aku masih terjebak dalam situasi.
Ingin kudekam wajahku. Kubunuh rasa ku dan terbungkam. Lebih nyaman dan menenangkan.
Tuhan bolehkah ini yang ku perjuangankan?"
Repertoar pantomim berjudul Cinta Jangan Kora-Kora mengisahkan tentang kisah cinta yang pelik antara tiga insan. Problema asmara ini digarap dengan gerak pentomim yang dilengkapi dengan instrumen dialog. Teater merupakan wadah yang sangat komplek dengan berbagai instrumen tunggal didalamnya. Dialog salah satu instrumen tunggal dalam teater yang sangat penting bagi konsep teater yang berangkat dari kekuatan sastra.
Pada pertunjukan ini kehadiran pantomim yang didasarkan pada konsep komunikasi gerak dileburkan dengan instrumen dialog atas konsep mini kata untuk mempertegas beberapa komunikasi gerak dalam pantomim agar tetap pada tujuan pesannya. pengabungan ini diharapkan mampu memberikan memberikan suasana baru dalam pantomim untuk menambah kekayaan komunikasi tanpa merusak konsep sastra tubuh pada seni pantomim.
Baca review Festival Pantomime Mahasiswa Nasional (Fesmimnas) #1 2022 lainnya di pranala berikut:
Review Hari Pertama Fesmimnas#1 2022:
ISI Yogya Hadirkan Sebuah Kisah, UNJ Tawarkan Kepanikan
Review Hari kedua Fesmimnas #1 2022:
Unimed Teriakkan "Bung", ISBI Aceh Hadirkan "Sial"
Review Femimnas#1 Hari Ketiga:
Midang dari UNU NTB dan Cinta Kora-kora dari IKJ
Review Fesmimnas#1 2022 Hari Keempat:
IAHN GDE Pudja Mataram Suarakan Stop Bullying, ISI Padangpanjang Kisahkan Cegukan