Advertisement
Bayi manusia lahir sudah jamak membawa cerita masing-masing. Mengenai nilai dari cerita yang kemudian menyejarah tentu menjadi hal yang berbeda tiap insan yang tiap hari terjadi kelahiran dimanapun di dunia. Kelahiran yang tentu saja sangat berbeda dengan dua manusia pertama yang adanya karena hasil ciptaan Yang Maha Kuasa.
Tersebutlah kisah sejarah anak manusia yang dilahirkan di Betlehem pada saat masa pemerintahan Herodes Agung. Betlehem berjarak sekitar 11 kilometer barat laut kota Nazareth tempat ia dibesarkan, dan berjarak sekitar 10 km di sebelah selatan Yerusalem. Dalam kitab Perjanjian Lama, kota ini disebut sebagai kota kelahiran Raja Daud. Dilahirkan di kandang domba dari rahim seorang wanita perawan bernama Maria. Hingga kini diyakini ia dibesarkan seorang ayah bernama Yusuf yang adalah tukang kayu.
Kisah tragis sudah dimulai sejak lahir yakni dicari serdadu yang diperintah Herodes Agung yang percaya pada peramal istana bahwa akan lahir bayi laki2 yang akan menjadi raja diraja. Maka bayi laki2 dicari untuk dibunuh agar kekuasaan Herodes selamat. Oleh karenanya Maria dan Yusuf membawa si bayi mengungsi hingga sampai Nazareth. Ia wafat di umur 33 tahun dengan disalibkan yang diputuskan oleh Pilatus .
Bayi itu diberi nama Yesus yang dalam bahasa Ibrani adalah Yosua yang memiliki arti “menyelamatkan”. Menilik arti kata tersebut maka melalui catatan singkat ini saya merasa senang menyampaikan ke pembaca bahwa kelahiran bayi yang sepanjang 33 tahun menorehkan sejarah penderitaan manusia yang sangat fantastis itu layak menjadi bahan renungan.
Saya hanya melihat dari kacamata “dongeng” bahwa ada sebuah cerpen yang menggambarkan seorang anak manusia yang sepanjang 33 tahun hidupnya mengalir menjalani apa yang orang sebut sebuah penderitaan. Namun dibalik itu sekaligus membawa pesan bahwa apa yang dilakukan membawa gambar besar bahwa kehidupan memerlukan pengorbanan. Bukan berupa harta duniawi namun apa yang kita tentunya paham yang disebut kasih. Kasih yang memiliki desah pengorbanan dan perjuangan akan memiliki warna yang indah dengan iringan lagu2 perdamaian. Perdamaian disini yang dimaksud artikan adalah yang selalu dalam perjuangan tanpa kekerasan. Bilapun harus menerima kekerasan maka siaplah menerima tanpa perlawanan dengan kekerasan.
Anak tukang kayu yang pada zamannya bukan pebisnis kaya raya namun manusia jelata yang harus meninggalkan kotanya dan bersusah payah harus menjadi “gelandangan” dari desa ke desa yang tentulah berjalan kaki. Tukang kayu yang harus melihat anaknya membesar dimusuhi oleh kekuasaan yang pada akhirnya oleh para penjilat kekuasaan mempengaruhi rakyat untuk meminta Pilatus menghukum mati. Hukuman mati yang paling buruk yakni untuk penjahat besar yakni disalib. Bagaimana perasaan seorang ibu dan juga bapak harus melihat anaknya mengalami perjalanan hidup yang difitnah habis2an oleh para pecandu kekuasaan karena takut kehilangan kursi kenikmatan duniawi dari penguasa?
Tiap kelahiran memang akan membawa misi masing-masing. Besar kecilnya misi selama yang bermanfaat bagi penyelamatan kehidupan orang banyak pasti akan terasa membahagiakan bagi sang penyelamat apapun bentuk perjuangannya. Menjadi Yosua yang berarti “menyelamatkan” bagi seluruh penghuni bumi akan berarti tidak membawa-bawa bendera apapun; identitas, ideologi, etnis, ras, sehingga bebas dari gangguan penyakit jiwa seperti rakus, intoleran, korup dan sebangsanya yang bisa kita lihat disekitar kita.
Ribuan warna kelahiran kini bisa kita lihat, dengar dan pelajari untuk mampu lebih dalam menukik mendapatkan intisari terbaik untuk disemayamkan di hati menjadi obor yang terus menyalakan “kasih” atau lebih sering terdengar digembar gemborkan yakni “perdamaian dunia”. Hal ini pun sudah termaktub menjadi salah satu tujuan kemerdekaan 17 Agustus 1945 yakni turut menjaga perdamaian dunia. Dua tujuan yang lain adalah mensejahterakan dan mencerdaskan bangsa. Warna warninya bayi yang telah lahir yang menjadi tauladan baik dan buruk sudah tersedia. Sudah waktunya tidak lagi mempertentangkannya dengan tujuan merasa paling benar dan yang lain salah. Semua telah mewariskan ajaran yang terbaik yakni hidup selalu mampu berjalan secara horizontal dan vertikal. Saya yakin semua kita paham arti ajaran ini.
Merry Christmas.
Duren Seribu Bojongsari Depok 24 Desember 2022.
Rudolf Puspa
Email : pusparudolf@gmail.com