Advertisement
pojokseni.com - Apa itu simbol dalam drama? Apa pula definisi dari teater simbolisme? Sebelumnya, kita akan mulai dari menelusuri apa itu simbol. Simbol adalah sebuah tanda yang menyiratkan makna atau pesan, yang akan jauh lebih besar daripada nominal, literal, atau verbalnya. Bisa dikatakan pula simbol adalah ketika suatu hal digunakan untuk mewakili sesuatu selain nilai literal, nominal, atau verbalnya.
Ketika seseorang meletakkan seekor tikus yang menggunakan dasi di atas sebuah meja kerja yang penuh dengan uang, maka tikus tadi bukan untuk menggambarkan hewan pengerat kecil, tapi untuk menyiratkan seseorang yang korupsi. Di dalam teater, simbolisme akan dicapai dengan gerakan, warna, alat peraga, kostum, dan karakter tertentu.
Setidaknya ada tiga jenis simbol yang ada di teater, antara lain simbol verbal, auditif, dan visual. Simbol verbal berupa kata-kata yang diucapkan oleh aktor (maupun lainnya, seperti narator) berdasarkan naskah. Sedangkan simbol auditif merupakan bebunyian yang dihadirkan di atas panggung dan terdengar oleh penonton. Simbol visual adalah apa yang terlihat oleh penonton. Inilah yang dilekatkan pada definisi simbol yang sudah diungkapkan di awal-awal artikel ini.
Tentunya, menambahkan penggunaan simbol-simbol ini dalam tujuan menyampaikan pesan yang lebih mengena di hati penonton, bukanlah suatu hal yang mudah. Terkadang, teater profesional melibatkan alat-alat dan teknologi canggih untuk menyematkan simbol ke dalam pertunjukan teater. Hal itu justru memberikan inovasi pada pertunjukan mereka.
Namun, teater simbolisme sering diartikan sebagai teater anti realistis atau non-realis. Dalam artian, teater simbolisme (drama simbolis) bukan berarti drama realis yang diselipkan simbol-simbol tertentu. Simbol yang dimaksud melibatkan banyak alat peraga, set panggung, pewarnaan, bebunyian, dan gerakan aktor untuk menyiratkan hal-hal tertentu, seperti emosi, imaji, hingga nilai-nilai sosial dalam masyarakat.
Sebuah kursi mewah yang disinari cahaya bisa menyimbolkan sebuah kekuasaan. Sebuah jendela yang diterangi cahaya dalam sebuah ruangan gelap dan sempit melambangkan kebebasan (dunia luar). Banyak gerakan-gerakan tertentu (yang bukan gerakan sehari-hari) dari aktor atau performer juga ditujukan untuk menyiratkan suatu hal tertentu.
Sekilas Sejarah Teater Simbolisme
Pada akhir abad ke-19 di Prancis, tepatnya sekitar tahun 1886, seorang seniman dan sastrawan bernama Jean Moreas mengumumkan manifesto simbolis yang kemudian memengaruhi kelompoknya. Berawal dari sekelompok penyair di Prancis, pengaruh dari gerakan tersebut menyebar ke mana-mana. Tidak hanya sastra, tapi juga seni rupa dan seni pertunjukan juga ikut terpapar pengaruh dari gerakan simbolisme ini.
Menurut Jean Moreas, seni simbolisme ialah seni yang menyiratkan hal-hal yang jauh lebih tinggi dan agung, bersifat metafisika, spiritual, dan mengekspresikan pengalaman emosi dengan sarana seni. Masuk ke abad-20, perlawanan terhadap seni teater realisme (dan naturalisme) juga dilakukan dengan memperkenalkan teater simbolisme. Gerakan aktor lebih stilistik, klise, dan sangat anti realistik.
Menjelang tahun 1900, dibuka Teater d'Art oleh Paul Fort yang menjadi tempat di mana teater simbolisme berkembang dengan sangat baik. Penulis drama akhirnya mencoba-coba menulis drama simbolis, seperti Belgia Maurice, Maeterlinck, Auguste Villiers de L'Isle-Adam, Paul Claudel, sampai nama beken yang begitu dilekatkan dengan ekspresionisme: August Strindberg. Nama penulis drama seperti WB Yeats (Irlandia) dan Eugene O'Neill (Amerika Serikat) juga tercatat ikut menulis drama simbolis ini.
Saat itu, penggunaan warna (dari lampu) menjadi sangat penting bagi drama simbolisme. Seperti yang sudah dibahas dalam artikel Merencanakan dan Merancang Tata Cahaya untuk Pertunjukan Teater, cahaya dalam teater memiliki dua fungsi yakni mencahayai, dan mewarnai. Nah, dalam drama simbolisme, pewarnaan tersebut akan sangat penting.
Gairah ditunjukkan dengan warna merah terang, sedangkan cinta ditunjukkan dengan warna merah muda. Pengetahuan, harapan, dan kegembiraan diwakili dengan warna kuning, sedangkan oranye menggambarkan energi, humor, dan semangat. Begitu pula warna-warna lain akan mewakili banyak hal dalam sebuah pertunjukan simbolisme.
Maka dalam pertunjukan simbolisme, Anda akan melihat bagaimana aktor berkeliaran, bergerak gelisah, dan bayangannya di latar belakang juga ikut memberikan semacam impuls dan imaji tertentu. Sekilas tampak seperti ketidakjelasan, terutama gerakan dan dialog yang sangat stilistik di atas panggung. Namun, gambaran dan sugesti dari pertunjukan tersebut memberikan kesan yang kuat di kepala penontonnya.