Advertisement
pojokseni.com - Kesurupan (trance) tentunya bukan hal yang aneh bagi orang Indonesia. Sudah sering terjadi fenomena kesurupan atau kehilangan kendali diri (hysteria) bahkan kesurupan massal terjadi di Indonesia. Bahkan, ada juga yang menjadi tontonan, seperti yang kita lihat di sejumlah seni tradisi Indonesia. Karena melibatkan "makhluk halus" maka dukun-dukun atau paranormal juga sering terlibat dalam pertunjukan seni tradisional tersebut. Namun, artikel kali ini tidak akan membahas tentang fenomena kesurupan umumnya. Karena ini adalah website tentang kesenian, maka fenomena kesurupan yang akan dibahas adalah kesurupan yang terkait dengan musik. Atau, musik yang memancing seseorang atau lebih untuk menjadi kesurupan.
Fenomena ketika seseorang masuk dalam fase transedental, yang terjadi karena musik tertentu yang diperdengarkan pada "korban", kami sebut dengan nama "kesurupan musikal". Frasa kesurupan musikal dipilih untuk membedakan dengan kesurupan yang terjadi "tanpa musik", yang mungkin sering Anda lihat di lingkungan sosial Anda. Kesurupan musikal ini dalam istilah biomusikologi, disebut dengan nama entraintment.
Entrainment dikenal ketika sesuatu yang memiliki "aliran" tertentu, menangkap aliran lainnya dan kemudian menjadi satu aliran yang menyatu. Pada disiplin metereologi misalnya, entrainment diartikan adalah ketika aliran turbulen yang ada di atmosfer, menangkap aliran non-turbulen. Misalnya, kasus siklon tropis yakni ketika udara yang lebih sejuk menangkap udara yang lebih kering kemudian menjadi suatu fenomena ketika aliran tersebut menyatu dan tersinkronisasi dalam satu aliran besar.
Sedangkan dalam musik, ada aliran musik di dalam tubuh manusia yakni bioritme, yang menangkap aliran musik di luar tubuh yang kemudian menghasilkan entrainment. Sebagai bentuk nyatanya, terjadi gerakan tangan, kepala, dan tubuh manusia. Fenomena ini terkadang terjadi tanpa disadari oleh makhluk hidup itu sendiri.
Dalam ilmu musik dan psikologi, ada pembahasan tentang biomusikologi. Biomusikologi menjadi landasan biologis dari pengalaman musik. Intinya, ada musik atau lagu yang membuat tubuh kita terbawa. Entrainment (dalam biomusikologi) disebut sebagai fenomena keterbawaan tubuh terhadap bunyi musik di luar tubuhnya. Musik yang dimaksud berarti lebih luas, tidak hanya irama yang terdengar sebagai audio, memiliki ritme, beat, dan melodi seperti lagu-lagu yang sering kita dengarkan. Tapi, bisa juga berasal dari dalam "tubuh" alam itu sendiri. Atau, bioritme yang ada di dalam tubuh setiap makhluk hidup.
Keterangan yang cukup jelas tentang fenomena keterbawaan ini dibahas oleh Martin Clayton dkk dalam jurnal berjudul In Time With the Music: The Concept of Entrainment and Its Significance for Ethnomusicology yang diterbitkan tahun 2016 lalu. Dalam jurnal tersebut, Martin Clayton menyebut bahwa entrainmet merupakan kondisi di mana tubuh dan musik saling meng-singkronkan diri (synchronizing). Tapi ternyata, tidak hanya manusia, tapi terjadi pada apapun baik benda (yang mampu menghasilkan bunyi) maupun makhluk hidup. Anda bisa membaca jurnal Martin Clayton tersebut di Perpustakaan Pojok Seni.
Misalnya, ada jam dinding dengan bandul yang berbunyi dengan ketukan tertentu berada di toko jam dalam jumlah yang banyak. Tentunya, Anda bisa mendengarkan bunyi dari puluhan bahkan ratusan jam dinding yang berbunyi tersebut. Di awal kita mendengarkannya, maka akan terdengar ratusan bunyi yang saling bertabrakan, alias tidak singkron. Namun, seiring berjalannya waktu, telinga kita akan mulai menyadari bahwa ketukan bandul di jam tersebut akan semakin tersingkronkan, dan menjadi suatu bunyi dengan ritme tertentu.
Andrew Rose dkk, pada tahun 2016 melakukan eksperimen untuk membuktikan bahwa entrainment juga terjadi pada hewan. Hewan yang menjadi subjek penelitiannya adalah anjing laut, yang diperdengarkan beat atau ritme musik tertentu dalam jangka waktu tertentu pula. Kemudian, anjing laut ini akan mulai mengangguk mengikuti ketukan musik tersebut. Karena ketukannya teratur, maka anggukan anjing laut ini juga terasa sangat teratur. Namun, ketika beat tersebut diubah, tidak butuh waktu lama untuk tubuh anjing laut tersebut menyesuaikan anggukannya dengan ketukan tersebut.
Penjelasan Saintifik dari Kesurupan Musikal
Penjelasan di atas merupakan penjelasan sains tentang fenomena kesurupan yang sering ditemukan di seni tradisi Indonesia. Martin Suryajaya, dalam video YouTube-nya menyatakan sejumlah penelitian yang dibuat sejak tahun 1930-an, sampai 2016. Dalam video YouTube tersebut, Martin juga menjelaskan tentang entrainmen yang terjadi pada seseorang yang kehilangan kendali atas diri kemudian menari-nari tanpa sadar. Mulai dari permainan tambur asal Sumatera Barat, Kuda Lumping, sampai sejumlah jenis tarian lain di Maluku, Pulau Sulawesi, Kalimantan, dan Bali. Juga di banyak tempat lainnya di Indonesia, kesenian tari yang berpotensi menyebabkan penarinya "kerasukan".
Sebenarnya yang terjadi adalah entrainmen, yakni ketika bioritme di dalam tubuh manusia menangkap aras musik yang ada di luar tubuhnya, kemudian tersingkronisasi. Hal ini bisa membuat seseorang masuk dalam fase trasendental, yang kemudian membuat dirinya lepas kendali atas dirinya sendiri. Akhirnya, tubuhnya akan mengikuti musik tanpa ia sadari.
Dalam kondisi yang lebih ringan, Anda akan bergoyang mengikuti irama yang Anda sukai. Jari Anda bergerak, tubuh Anda bergoyang, dan sebagainya. Hal itu adalah ketika Anda telah menemukan satu aliran antara tubuh Anda dengan musik yang Anda dengarkan. Kondisi tersebut juga merupakan entrainmen yang termasuk ringan. Sedangkan dalam kondisi yang lebih berat, maka tubuh Anda akan sepenuhnya "dikuasai" oleh musik tersebut.