Advertisement
pojokseni.com - Dari berbagai perlombaan, atau ajang tertentu, kita melihat ada pembacaan puisi yang dikemas sebagai sebuah pertunjukan atau performance. Bahan yang digunakan tentunya teks puisi, dan selayaknya watak dari teks puisi juga memengaruhi bentuk pertunjukannya.
Karena itu, Anda mungkin melihat seorang WS Rendra membaca puisi dengan berkobar-kobar, dan hal tersebut tidak Anda lihat ketika Sapardi Djoko Damono membacakan puisinya. Atau mungkin Sutardji Calzoum Bachri akan berguling-guling dan akrobatik saat membaca puisinya, berbeda dengan cara Hamid Jabbar membacakan puisinya.
Kenapa? Karena teks puisi yang memengaruhi cara mereka membacanya. Karena itu, hal pertama yang mesti Anda lakukan adalah menginterpretasi teks puisi dengan tepat. Interpretasi ditujukan untuk dapat menyelami maksud penyair lewat puisinya. Maka pembaca puisi akan mampu menyampaikan pesan tersebut pada khalayak.
Setelah interpretasi, maka hal yang Anda perlu lakukan adalah memastikan setiap kata terdengar dan terpahami dengan jelas. Maka intonasi, artikulasi, volume suara, dan sebagainya menjadi hal yang wajib Anda perhatikan.
Selalu ingat satu hal, bahwa dalam membaca puisi paling penting adalah memastikan setiap kata di dalam puisi tersebut bisa jelas terdengar, dan bisa terpahami oleh pendengarnya. Itu kata kuncinya, dan tugas utama seorang pembaca puisi.
Bagaimana Cara Mengenal Puisi yang akan Dibacakan?
Sekarang, kita coba pelan-pelan menelaah apa itu membaca puisi. Membaca puisi adalah salah satu cabang dari humaniora, yang disebut sebagai "bentuk berbicara tertinggi". Menurut John Anthony Ciardi (1916-1986) membaca puisi ialah membaca lantang secara artistik imajinatif untuk menyentuh pikiran dan perasaan manusia. Dalam hal ini, jelas Ciardi, membaca puisi menjadi sebuah cara pembacaan dengan struktur formal, di mana semua elemen beroperasi secara bersamaan.
Elemen apa yang dimaksud?
Elemen yang pertama adalah efek puitik. Apa saja efek dari sebuah puisi yang dibacakan ketika terdengar oleh pemirsanya?
- Pertama kekuatan interpretasinya muncul lebih jelas.
- Kedua, dapat meningkatkan kesadaran pembaca dan pendengar tentang berbagai hal di sekitar teks puisi.
- Ketiga, setiap kata-kata di dalam puisi menjadi lebih "berarti".
- Keempat, pembaca puisi akan menyarankan atau menyampaikan pesan yang lebih banyak, menghadirkan sebuah cerita dan sebuah ide.
- Kelima, menghadirkan suasana hati tertentu, membangkitkan emosi pembaca.
Tentunya, sebelum itu, seorang pembaca mesti mengenali dulu siapa penyair yang menuliskan kata-kata yang akan dibacanya. Apa itu penyair? Penyair ialah orang yang memiliki kemampuan "kepengrajinan" kata-kata, yang memaksakan pembatasan verbal atau yang mengembangkan bentuknya sendiri sebagai penulis puisi bebas, sekaligus penyampai salah satu pikiran ensiklopedis dengan selebaran untuk suara, bentuk, warna, dan sebagainya.
Setelah mengenali penyairnya, kenali pula puisinya. Puisi secara umum terbagi menjadi dua tema besar.
- Tema pribadi: cinta, kematian, kesepian, frustrasi, iman, kehidupan, seni, dll
- Tema sosial: ketidakadilan, penderitaan manusia, ketidakmanusiawian, tradisi, dll
Kemudian, lihat juga ciri puisi dilihat dari aransemen kalimatnya. Ada puisi yang metaforis, berirama atau ritmik, konotatif, figuratif, imajinatif, emosional, dramatis, tidak langsung, misterius, jelas, deskriptif, konkret dan paradoks.
Terakhir, kenali unsur-unsur di dalam puisi tersebut. Mulai dari:
- bahasa,
- nada (tone) yang tergambar atau menggambarkan suasana, perasaan, sikap, pendirian, cara memandang subjek/objek, dll,
- imaji,
- ritme dengan cara memperhatikan jenis dan jumlah pola kaki pada setiap baris, seperti iamb, trochaic, anapest, dactylic, sponde, monometer, dimeter, trimeter, tetrameter, dll,
- pemikiran atau makna.
Apa Saja Hal yang Harus Diperhatikan ketika Membaca Puisi
- Pelafalan
- Jeda (embajement)
- Intonasi
- Pantomimik (penampilan fisik)
- Ekspresi (mimik wajah)
- Pemahaman terhadap puisi tersebut