Advertisement
Pojokseni.com/Sumatera Barat - Pekan Nan Tumpah 2021 hari ketiga digelar Minggu (3/7) di Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat. Pekan Nan Tumpah adalah festival seni pertunjukan yang digagas oleh Komunitas Seni Nan Tumpah sejak 2011. Sejak dimulainya Pekan Nan Tumpah hingga saat ini, Pekan Nan Tumpah telah banyak perkembangannya. Pekan Nan Tumpah 2021 ini adalah penyelenggaraannya yang keenam.
Fajry Chaniago, Koordinator Lapangan Pekan Nan Tumpah 2021 menyampaikan, “Pekan Nan Tumpah 2021 ini adalah pekan yang paling sibuk jika dibandingkan dengan rangkaian penyelenggaraan sebelumnya karena Pekan Nan Tumpah kali ini melibatkan dua kali lipat lebih banyak pengkarya baik komunal maupun personal. Ditambah lagi dengan tidak adanya fasilitas gedung pertunjukan. Namun dengan tema merespon ruang ini, selain menjadi solusi bagi para peserta, juga menjadi hal yang baru untuk perkembangan Pekan Nan Tumpah berikutnya.”
Pekan Nan Tumpah 2021 pada hari ketiga ini tetap dibuka dengan beberapa kegiatan reguler seperti; pameran, pemutaran film, sketchday, dan lapak baca pada jam 09.00 WIB. “Kegiatan reguler dalam Pekan Nan Tumpah 2021 ini adalah kegiatan yang berlangsung setiap hari pada jam yang sama,” ungkap Tenku Raja Ganesha, Ketua Pelaksana Pekan Nan Tumpah 2021.
Kemudian pada hari ketiga ini juga diisi dengan acara diskusi yang digelar dengan menghadirkan beberapa orang yang dipilih untuk melangsungkan diskusi. Lanjutan dari kegiatan diskusi adalah penampilan seni pertunjukan musik yang dikomandoi oleh Arif Rahman Hakim.
Salah seorang Kurator Pekan Nan Tumpah 2021, Rijal Tanmenan, menjelaskan fenomena salah duga sebagai efek yang normal dihasilkan stigma umum atas respon awal persepsi pemikiran masyarakat luas selama masa Pandemi—, menyita perhatian Arif Rahman Hakim (Sukun) yang melihat salah satu akibatnya disebabkan oleh produksi kabar secara berulang-ulang ke faktual. Hal ini mendasari komposer memandang adanya kesalahan dari dampak kejadian itu.
Berangkat dari fenomena ini pengkarya berminat mempresentasikan gejala tersebut melalui penggarapan sebuah karya seni pertunjukan musiknya dengan menghadirkan aspek tanda (semiotic). Upaya kreatif meramu sampai pada menyajikan ide serta gagasan konseptual untuk mengekspresikan stigma (salah duga) ini, dibingkainya dengan sebuah tajuk berjudul Mistake. Penerjemahan tersebut diungkapkannya melalui olahan bebunyian instrumen musikal, aspek visual, gerak (choreo), dan eksplorasi alat musik non-konvensional. Proses kreatif ini diistilahkannya dengan penafsiran musikal yang menggunakan alat dawai dan alat non-konvensional serta elektronika sebagai visualisasi kemajuan. Kemudian dialektika dihadirkan lewat gerakan yang diinginkannya untuk menjadikannya, bersamaan dengan eksplorasi tafsir konsepsi ruang yang diasosiasikannya dengan penggabungan elemen dan media seni lainnya (representasi visual).
Usai seni pertunjukan musik yang dihadirkan oleh Arif Rahman Hakim, langsung dilanjutkan dengan seni pertunjukan musik oleh UA x Uyeah. UA x Uyeah adalah pertunjukan kolaborasi antara UA atau Uda Afdan yang berfokus pada musik-musik EDM dan Uyeah, sebuah band yang terbentuk ketika mengikuti ajang festival band di Sumatera Barat. UA x Uyeah sejak tahun 2018 berkolaborasi menggabungkan musik EDM dengan lagu-lagu Minang yang membuat mereka punya ciri khasnya sendiri dan dikenal luas oleh dunia musik khususnya di Sumatera Barat.
Di penghujung acara hari ketiga, Sarabi mengambil peran untuk menampilkan seni pertunjukan musik tradisional yang bertempat di pelataran parkiran depan Taman Budaya Sumatera Barat. Sarabi merupakan akronim dari Saluang Rabab Berinteraksi yang digawangi oleh Mak Hasanawi, seniman musik tradisional yang sudah dikenal luas di dunia musik Sumatera Barat.